Refa berjalan masuk ke gerbang sekolah sembari memasangkan earphone di telinganya. Ia tengah menikmati lagu yang terputar di ponselnya.
Hampir sampai di depan kelas, seseorang mencabut earphone yang terpasang di telinga Refa.
Refa mengerutkan keningnya dan berbalik untuk melihat siapa pelakunya.
“Hai, Ref,” sapa Farel.
“Farel? Ganggu aja ….”
Refa kembali berjalan sembari menenteng earphone yang sudah terlepas. Lalu, Refa duduk di bangkunya.
Farel menyimpan tasnya di bangku depan, bangku yang lumayan jauh dari bangku Refa saat ini.
Refa kembali asyik dengan ponselnya, menyetel lagu Korea tanpa earphone. Yah, di kelas hanya ada dirinya dan Farel.
~Shwiun iri jeoldae anya
Ne ape seoneun geon
Seurilleo hanpyeoniya
Jal nagadagado
Mwonga eogeutnamyeon
Geudaero shijagiya~Refa ikut bernyanyi seiring dimulainya lagu ‘Shoot Me’ dari DAY6, tanpa menghiraukan Farel.
Beberapa saat kemudian, Farel menghampiri Refa. “Ref ….”
“Apa?”
“Aku mau ngomong,” ucapnya.
“Ngomong aja, lagi. Gak harus izin segala. Biasanya juga langsung ngomong. Just shoot me, shoot me ….”
Refa menjawab sekilas, lalu melanjutkan nyanyiannya.
“Kamu udah tonton video dari kaset yang aku kasih?”
Farel kini duduk di samping Refa, di tempat Chyntia.
“Yang kamu kasih? Kemarin, sih … aku tonton video dari kaset yang Kak Fara kasih, paling,” jawab Refa enteng.
“Hmm … iya, Ref, yang itu. Jadi, kamu udah tonton? Gimana, Ref?”
Farel berusaha sabar berbicara pada Refa yang masih asyik dengan nyanyiannya.
“Hmm? Gimana apanya? Hanpyeone deuramaya ….”
“Refa, aku serius.”
“Iya, aku serius.” Refa mengangguk-anggukan kepala sembari menikmati lagunya.
“Matiin lagunya, dong, sebentar. Please, Ref,”pinta Farel.
“Hmm …. Oke, oke!” Refa terpaksa mematikan lagu di ponselnya, lalu menghadap ke arah Farel di sampingnya.
“Jadi, bisa, kan? Kamu kembali jadi Refa yang dulu? Aku mohon,” ucap Farel sangat memohon.
“Aku gini-gini aja, Rel … gak ada yang berubah,” respons Refa.
“Refaaa …. Kamu ngomong gini aja, itu tandanya kamu udah berubah …” rajuk Farel.
“Jadi, kamu maunya apa?”
“Kamu yang dulu.”
“Yah … itu semua, gak segampang yang kamu pikirin, Rel,” bantah Refa.
“Tapi, aku gak tahan sama sikap kamu yang acuh gak acuh sama keberadaan aku. Biasanya kita bareng-bareng, Ref. Aku pengen kayak gitu lagi,” pinta Farel lagi.
“Hmm … gak segampang itu, Rel.”
“Aku mohon, Ref ….”
Refa menggeleng-gelengkan kepalanya. “Percuma, Rel. Kamu mau mohon sampai bertekuk lutut pun, sikap aku emang gak akan sama lagi kayak dulu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Farel dan Refa
RandomMerangkai mimpi dalam kehidupan memang sudah seharusnya kita lakukan. Walau dalam setiap langkah menggapai mimpi itu sendiri, tak selamanya berjalan sesuai keinginan. Banyak momen yang tak pernah kita bayangkan dan tak pernah kita sangka menghampiri...