Beberapa hari ini Refa duduk di bangku cokelat sekolah tanpa suatu yang berkesan, membuat ia merasa jenuh berada di kelas.
Karena siapa lagi kalau bukan Farel?
Farel yang membuat suasana seolah dimatikan menyisakan kesunyian individu. Tanpa saling bertegur sapa apalagi bercanda. Hah … itu hanya harapan.
Tetapi, Refa merasa tak enak dengan suasana yang seperti ini. Lagian, kalau Farel senang dengan Astri? Mengapa tidak?
Refa memang selalu merenungi bahwa dirinya bukan siapa-siapa selain teman bagi Farel. Ia tak berhak mengatur kehidupan Farel.
Ia juga tak mau mengusik perasaan seseorang, terutama Farel.
Refa berniat untuk mendamaikan suasana yang mencekam ini. Dengan segala nyali dan kekuatannya, tak peduli harga diri atau gengsi yang menggerogoti dirinya, Refa tetap berpegang teguh dengan tujuannya.
Ia tak ingin persahabatannya hancur karena parasit yang datang tiba-tiba.
“Rel.” Refa memiringkan posisinya menghadap ke arah Farel.
Farel menoleh. “Kenapa, Ref?” tanya Farel dengan wajah polosnya yang tanpa beban, seolah tak terjadi apa-apa selama ini.
Nyali Refa sedikit menciut.
“Aku … minta maaf, ya.” Refa menunduk setelah mengatakan itu.
“Maaf? Aku yang harusnya minta maaf, Ref. Tapi, kalo mau minta maaf, aku maafin, kok.” Farel tersenyum manis.
“Kita lebay banget ya, Ref. Hanya karena Astri, apa, sih? Persahabatan kita hampir hancur. Aku baru nyadar, buat apa, ya, cinta-cintaan? Padahal kita masih SMP, juga. Ck ck ck …” lanjut Farel sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ih? Kamu sendiri yang gitu, Rel? Aku mah nggak pacaran, ih ….” Refa menoyor kepala Farel.
“Hehe, iya.” Wajah Farel yang idiot, polos, dan lucu membuat Refa tersenyum.
“Huu … dasar playboy!” Refa menjulurkan lidahnya dan berlari.
Farel menyusul Refa. Namun, saat Refa di ambang pintu, Refa kembali ke dalam kelas.
Farel tetap melanjutkan larinya. Lalu, saat di ambang pintu, ia menabrak seseorang.
Blug!
Farel terjatuh ringan, saat Farel menengadahkan kepalanya, ternyata ia menabrak Pak Kepsek SMP 1.
WAH, PARAH!
Farel yang menyadari langsung berlari menuju kursinya.
Pak Kepsek hanya tersenyum melihat tingkah Farel.“Ssttt …. Mau apa Pak Kepsek ke sini?”
“Iya, ada apa?”
“Deg-degan, nih.”
Beberapa bisikan terlontar dari bibir teman sekelas Refa.
Farel dan Refa pun bingung dengan kedatangan Pak Kepsek yang tiba-tiba.
“Anak-anak, dengarkan bapak,” ujar Pak Kepsek sehingga semua perhatian tertuju padanya.
“Kelas kalian kedatangan murid baru,” sambungnya.
“Siapa, Pak?” Keysa, teman sebangku Anto, bertanya.
“Kamu sini, masuk.” Pak Kepsek melambaikan tangannya ke arah pintu.
Semua murid mendongak, ingin melihat siapa yang akan mengisi kursi kosong di pojok dekat jendela belakang.
Seorang laki-laki tak kalah tampan dari Farel masuk ke dalam dengan tampilannya yang sangat rapi itu.
“Waaa!!! Gila, ganteng banget! Mirip Sehun!” pekik Poppy.
Poppy, anak K-Popers itu memang sangat tergila-gila dengan dunia sekitar K-Pop.
Berbanding dengan Poppy, murid baru itu hanya berdiri di depan dengan tenang.
“Perkenalkan dirimu, Nak!” Pak Kepsek tersenyum ke arah anak itu yang dibalas anggukan sopan darinya.
“Kenalin namaku Samuel Kim. Aku turunan Korea, tapi tinggal di sini udah 5 tahun. Hmm … salam kenal semua.” Samuel membungkukkan dirinya.
“Whuaaa!!! Beneran?” Refa antusias dengan kata Korea yang menelusup telinganya.
Samuel mengangguk.
“Haaa … ganteng banget!” seru Putri disusul Intan, “Iya, ganteng banget ….”
Samuel hanya tersenyum.
Hampir semua anak cewek di kelas Refa memandang kagum Samuel.
“Gak nyangka bakal sekelas sama anak Korea, Ya Allah!”
Berbalik dengan anak cewek, anak cowok justru biasa saja. Mungkin yang ada di pikiran mereka, “Lebay banget, sih, cewek-cewek!”
“Ada kursi kosong?” Pak Kepsek mulai bicara kembali.
“Di pojok, Pak!” Semua menjawab serempak.
“Kamu gak keberatan duduk di belakang? Tuh, deket kursi Refa!”
“Iya, Samuel sini!” Refa mengisyaratkan agar Samuel menuju ke arah kursi yang ditunjuk Refa.
Samuel pun berjalan dan duduk di kursi itu.
Saat istirahat, kursi Samuel dikerumuni cewek-cewek.
Ada yang minta inilah, itulah, ngasih sesuatu, lah. Beragam.
“Coba kamu ngomong Korea,” suruh seorang murid.
“Annyeonghaseyo, joneun Samuel imnida, bangapseumnida!” ucap Samuel dengan fasih yang artinya, “Halo, nama saya Samuel, senang bertemu denganmu.”
Teriakan pun mengisi oksigen di dalam kelas yang pengap.
Refa hanya terdiam di bangkunya, merasa bosan dengan segala hal. Farel istirahat bareng Astri. Dan kini, Refa merasa sendiri. Namun, Samuel bangkit dari duduknya dan menghampiri Refa.
“Istirahat bareng, yuk!”
Semua anak cewek yang tadi mengerumuni kursi Samuel bersahutan merasa keadilan tak ditegakkan. Samuel bagaikan seorang bias yang tidak boleh ada yang memilikinya.
“Istirahat bareng, yuk!”
“Kok, kata-katanya percis sama apa yang Farel omongin waktu pertama dia ngajak istirahat bareng? Haa … aku kangen kamu, Rel,” lirih Refa dalam hatinya.
***
Hah?! Sekelas sama anak Korea?! Wah, pengen … dong!!!
Bayangin, guys!
Kaya Oppa-oppa ganteng itu, loh!WOOOOOOO!!! (Author agak miring kalo ngomongin Korea)
Vomment, vomment, vomment~ ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Farel dan Refa
RandomMerangkai mimpi dalam kehidupan memang sudah seharusnya kita lakukan. Walau dalam setiap langkah menggapai mimpi itu sendiri, tak selamanya berjalan sesuai keinginan. Banyak momen yang tak pernah kita bayangkan dan tak pernah kita sangka menghampiri...