Setelah Sekian Lama

861 76 50
                                    

“Dah siap belum, nih?” tanya Putri.

“Udah, dong! Yuk, kita cusss!” seru Refa.

Mereka berdua berangkat ke sekolah untuk meng-OSPEK anak kelas 10. Saat di aula, Refa disambut Deon.

“Eh, Ref. Udah dateng, nih.” Deon datang dengan setelan jeans dan kemeja.

“Ya, udahlah, makanya ada di sini juga. Rajin banget, jam segini dah dateng,” ujar Refa.

"Ya, iyalah. Kan, mau ngospek, jadi harus semangat.”

Refa mengangguk-anggukkan kepalanya menyetujui.

“Eh, Ref, kelas 12 disuruh kumpul, tuh,” ucap Deon.

“Ah, iyakah?” Deon menganggukan kepalanya.

“Iya, Ref, ayo kita kumpul. Kak Deon, kita duluan, ya,” pamit Putri.

Refa dan Putri berlarian menuju ruang OSIS memenuhi panggilan.

“Jadi, kita jalanin rencana sesuai diskusi kemarin. Semoga semuanya berjalan lancar …. Semangat teman-teman!” pungkas Farel mengakhiri rapat OSIS, sehubungan ia kini menjabat sebagai Ketua OSIS.

Berbagai acara berlalu begitu saja, hingga tak terasa siang telah menyapa kawasan SMA 1.

“Ayo, Ref, kita ke lapangan,” ajak Hasna, teman satu organisasi Refa.

“Iya, iya.” Refa berlari dan tak sengaja menabrak Farel.

“Eh, sorry.” Refa berlalu begitu saja, begitu juga Farel.

Beginilah mereka sekarang, setelah sebelumnya saling mengenal dan pernah menjadi teman sebangku plus sahabat, kini hubungan mereka hanya sebatas teman.

“UNTUK KELAS 10, BAWA MAKAN SIANG DAN KALIAN SEGERA PERGI KE AULA! SEKARANG!!!” teriak Tomi.

Siswa-siswi kelas 10 langsung bergegas ke kelas masing-masing dan berlarian menuju aula di tengah teriknya matahari.

Sesampainya di aula, mereka disuruh duduk di kursi yang tersedia.

Setelah semuanya duduk dengan rapi dan hening, datanglah Farel, Refa, Putri, dan anak OSIS lainnya yang dikenal sebagai senior galak. Tak sedikit kelas 10 yang berbisik ketakutan.

“SIANG SEMUA! Hmm … Jangan tegang begitu, dong. Tenang … sekarang lagi istirahat, kok, gak akan ada marah-marah,” ucap Refa dengan nada santai.

Kelas 10 hanya tersenyum menanggapinya, walau sebenarnya dalam hati masing-masing mereka justru merasa ketakutan, takut suatu saat sikap para kakak kelas mereka seketika berubah.

“Kalian bawa makan siang, kan?” tanya Putri.

“BAWA, KAK!” Semua menjawab serentak.

“Ya, sudah, kalian makan dulu. Kami tinggal dulu. Jam dua siang, kalian harus sudah selesai,” ucap Farel tegas.

Posisi Refa berdiri tepat di samping Farel. Ketika mereka menuruni tangga, dengan cerobohnya Refa sedikit terpeleset dan hampir terjatuh. Namun, untungnya Farel menahan Refa.

Beberapa saat mereka dalam posisi itu. Dan betapa bodohnya, mereka tidak menyadari bahwa mereka masih di aula, dan kelas 10 seketika melihat mereka dan melontarkan berbagai komentar.

“Cieee ….”

“Wah, romantis, ya.”

“Kayak drakor, njir!”

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang