Saat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tercinta datang, festival yang diadakan kecamatan tempat tinggal Refa memang yang paling dinantikan seluruh penduduknya.
Seperti biasanya, Refa datang paling pertama ke kelas, disusul kedatangan Farel dengan tampilan yang sangat memukau.
Anak laki-laki dengan rambut sangat rapi, memakai jas yang pas di tubuhnya, dan wajahnya yang sangat tampan menghampiri Refa.
Ketika menghampiri Refa, harum parfum tercium jelas di hidung Refa. Refa memandang Farel dari ujung sepatu hitamnya hingga ujung rambutnya yang begitu rapi.
“Ganteng banget kamu, Rel,” puji Refa tanpa basa-basi.
Farel melirik dirinya sekilas. “Ah, beneran, Ref?” tanyanya tersipu malu.
“Iya, Rel, ganteng banget,” tegas Refa
Tak henti-hentinya Refa memandang Farel yang saat ini duduk di sampingnya. Ia membayangkan bahwa dirinya kini tengah memakai gaun mewah sambil menggandeng tangan Farel.
“Wey, kenapa kamu, Ref?”
“Hm?” Refa baru menyadari bahwa sedari tadi ia malah asyik berkhayal sembari memejam.
“Ngelamun mulu. Nanti kesambet, baru tau rasa!” sindir Farel.
“Eh, malah nyumpahin,” balas Refa sembari memutar bola matanya.
Beberapa saat kemudian, seseorang datang dengan pakaian sederhana, namun anggun.
“Wah, cantik banget ya, Ref,” celetuk Farel memandangi Astri yang datang dan menghampiri keduanya.
“Rel, kamu ganteng!” ujar Astri langsung.
Farel tersenyum mendengarnya, lalu ia membalas, “Kamu juga.”
“Kamu juga apa, Rel? Masa aku ganteng, sih?” tanya Astri yang mungkin tak bisa dikategorikan sebagai sebuah pertanyaan sembari terkekeh.
“Apa sih maksudnya? Bercanda?” gumam Refa malas karena ia tahu tujuan dari ucapan Astri.
Sekejap kemudian, Refa langsung berujar, “Cantik maksudnya. Nggak usah so-so-an nggak ngerti, deh.”
Farel yang mendengar itu langsung menatap Refa. “Ya, biarin dong, Ref. Kan, maksud Astri bercanda," timpal Farel.
“Oh … jadi kamu lebih belain Astri ketimbang aku, OK!” Refa pun melenggang pergi.
“Aku gak bermaksud gitu, Ref!” teriak Farel sambil mengejar Refa.
Saat langkah Farel hampir sampai di hadapan Refa, Refa bergumam, “Ayo Rel sedikit lagi, samperin aku, minta maaf ke aku.”
Namun, Farel ditahan oleh Anto. “Eitsss, mau ke mana? Ayo kita latihan dulu, lumayan … masih banyak waktu buat latihan,” ujarnya.
“Tapi, aku mau …—”
“Udah, ayo cepet!” potong Anto.
Mereka pun melenggang pergi menuju kelas meninggalkan Refa sendirian duduk di anak tangga dekat kelas.
“Setega itu Rel, kamu sekarang sama aku, lebih milih dia ketimbang aku. Lihat, ya, Rel. Kamu bakal tau siapa orang yang bener peduli ke kamu,” gumam Refa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farel dan Refa
De TodoMerangkai mimpi dalam kehidupan memang sudah seharusnya kita lakukan. Walau dalam setiap langkah menggapai mimpi itu sendiri, tak selamanya berjalan sesuai keinginan. Banyak momen yang tak pernah kita bayangkan dan tak pernah kita sangka menghampiri...