Malmingan 2

715 66 34
                                    

“Lagi pada ngapain, nih?”

Mereka bertiga sontak menoleh, mendengar seseorang berbicara pada mereka.

Ternyata, itu adalah Reza dengan tangannya yang membawa sekantung kresek.

“Kak Reza? Kok, udah pulang?” tanya Refa.

“Ya, udah, lah. Ngapain juga, lama-lama di kampus? Nih … ada martabak, masih anget,” ucap Reza sambil bergabung.

Reza duduk di antara Samuel dan Refa.

”Samuel kapan sampe?” tanya Reza.

“Tadi siang, Kak. Kak Reza apa kabar?” Samuel mencium tangan Reza.

“Baik. Kamu sendiri, gimana?”

“Baik juga, Kak,” jawab Samuel ramah.

“Ssttt! Jangan berisik … lagi baperin, nih,” ujar Refa sambil melahap martabak dari Reza.

Reza hanya melirik Refa sambil geleng-geleng kepala.

“Eh, Farel … malmingan di sini juga? Kakak kamu lagi di kosan, ya?” tanya Reza.

“Iya, Kak. Jadi, aku dititipin di sini, deh, hehehe ….”

Reza mengangguk-angguk mengerti.

“Tau, tuh, Kak. Emangnya rumah kita … tempat penitipan anak, apa?” sindir Refa.

“Biarin, dong. Kita, kan, udah deket. Ya, gak, Rel?” bela Reza.

Farel mengangguk, lalu tersenyum.

“Film apa, nih?” tanya Reza.

Our Times,” jawab Refa.

“Tentang apa?” tanya Reza lagi.

“Makanya nonton … jangan ngomong terus,” timpal Refa.

“Eh, ya, ngomong gitu ke kakak sendiri!” Reza merangkul Refa dengan lengannya dan sedikit mencekik.

“Aw, aw, sakit! Iya, maafin, Kak. Udah, ah, kita nonton bareng aja, makanya.“ Refa melepaskan lengan Reza yang melingkari lehernya.

Akhirnya, mereka kembali larut pada film ‘Our Times’ itu.

Reza mengambil sepotong martabak dan fokus kepada film. Disusul Refa, Farel, lalu Samuel.

Beberapa saat kemudian, inilah yang terjadi saat scene puncak yang menyedihkan.

Farel sedikit tersentuh, tetapi tidak sampai menangis, begitu pun dengan Samuel dengan cara memalingkan pandangannya ke arah lain agar mengurangi rasa sedih yang juga meradang dalam perasaannya.

Selain itu, Refa sudah menangis dengan sangat keras. Air matanya mengalir deras mengiringi jalan cerita yang masih terus berlanjut.

Refa memeluk Reza erat. Ia merasa sangat sedih dan tersiksa ketika scene TaiYu yang berjuang habis-habisan membela Truly.

Tangis Refa semakin menjadi-jadi. Mendengar itu, Farel dan Samuel lantas menatap Refa, merasa bingung juga iba.

Sebegitu menyentuhnya, kah?” batin mereka berdua.

Namun, yang membuat Farel dan Samuel lebih bingung lagi adalah pemandangan histeris dari kedua bersaudara di samping mereka.

Tak hanya Refa, Reza pun ikut menangis, walaupun ia baru bergabung beberapa saat yang lalu.

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang