Tahun ajaran baru, Refa masih bingung dengan status Farel dan Nisa. Semudah itukah Farel mencintai seseorang lagi?
Ketika Refa melamun, datang Nisa ke dalam kelas. Tak biasanya, ia datang sepagi ini.
“Hai, Ref,” sapanya ketika melewati ambang pintu.
“H–hai …. Eh, Nis, sini coba …. Aku mau tanya sesuatu,” ujar Refa.
Nisa dengan tingkah kekanak-kanakannya menghampiri Refa.
“Ada apa … lah, Ref?” tanyanya dengan mimik senang dan ucapan khasnya.
“Kamu … pacaran sama Farel, ya?” tanya Refa langsung.
Nisa yang sedang mengerucutkan bibirnya, menunggu ucapan Refa, langsung melotot. “Hmm … Eungg … i–iya, Ref. Aduh … gimana, ya, bilangnya?”
Nisa memejam berusaha berpikir sampai akhirnya kembali menerangkan, “Maaf, nih, sebelumnya, Ref. Bukan maksudku ngerebut Farel dari kamu … tapi, di samping itu juga, aku gak enak sama Astri.”
“Ngerebut dari aku? Emang aku siapanya? Hhhh ….” Refa berdecak geram.
“Kamu juga, kan, suka Farel ….” Nisa menatap Refa dengan perasaan bersalah. Ia tahu kalau Refa menyukai Farel. Ralat, semua teman sekelasnya sudah tahu kalau Refa menyukai Farel.
Refa menyipitkan matanya, pura-pura tidak mengerti dengan ucapan Nisa.
“Eh, Nis … tadi kamu bilang kalau kamu gak enak sama Astri, itu maksudnya apa?” Refa mengalihkan pembicaraan.
“Ya, kan, Astri mantannya Farel. Gimana-gimana juga, dia temen deket aku. Aku gak enak,” ucapnya.
“Jadi enak, kali …” gumam Refa dalam hati.
“Oh …” tanggap Refa seadanya.
“Aduh, Ref, maafin aku, ya? Awalnya juga aku gak suka sama dia. Cuman, makin sini … aku malah ikutan suka. Maafin aku, y—”
“Maaf buat apa?” potong Refa.
“Karena aku pacaran sama Farel.”
“Haha ….” Refa tertawa garing, lalu menunjukkan senyum paksa kepada Nisa, dan berlalu begitu saja.
***
Saat istirahat, Farel memulai perbincangan, “Eh, woi … kenapa kamu, Ref? Diem mulu …. Bahkan dari waktu aku ke rumah kamu pas liburan, diem mulu, dih. Kagak biasanya.”
“Enggak,” ketus Refa.
“Ah, bohong aja,” bantah Farel.
“Ya, udah, kalau gak percaya,” timpal Refa.
“Eh, Ref, kamu udah tau pacar baru aku?” tanya Farel dengan sangat polos.
“Hmm … apa? Mau curhat? NO! I DON’T WANNA HEAR!” bentak Refa dan melenggang pergi ke luar kelas.
“Kenapa, tuh, orang?” Farel kebingungan.
Setelah beberapa menit, Refa kembali ke dalam kelas dan melihat Farel sedang di bangku Nisa. Mereka tengah bercanda ria sambil berpegangan tangan. Farel menatap Nisa dengan tatapan yang tak pernah ia tunjukkan kepada Refa.
Nisa yang melihat Refa berjalan melewati keduanya—karena bangku Refa berada di belakang bangku Nisa—langsung melepaskan pegangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farel dan Refa
RandomMerangkai mimpi dalam kehidupan memang sudah seharusnya kita lakukan. Walau dalam setiap langkah menggapai mimpi itu sendiri, tak selamanya berjalan sesuai keinginan. Banyak momen yang tak pernah kita bayangkan dan tak pernah kita sangka menghampiri...