“Assalamualaikum.” Refa memasuki kelas yang sudah cukup ramai. Tidak biasanya Refa datang jam segini.
“Waalaikumsalam,” jawab beberapa teman sekelasnya.
Refa melewati Farel yang dibalut sweater hitamnya begitu saja tanpa menyapa.
Farel melirik Refa hingga ia duduk di samping Samuel yang sepertinya sengaja menunggu Refa.
Refa berbincang nyaman dengan Samuel. Farel tak menyangka Refa akan berubah banyak semenjak ia tidak sebangku dengan Refa.
“Hai, Rel! Udah sembuh? Apa yang sakit?” Astri datang dan langsung menyentuh kening Farel.
“Enggak ada. Aku udah sembuh, kok.” Farel tersenyum.
“Syukur, dong, kalo gitu. Aku khawatir, tau,” ucap Astri lebay.
Refa melirik mereka dengan geli. Tanpa ia sadari, ia baru saja bergidik.
“Hey! Kenapa?” Samuel menepuk lengan Refa.
“Hmm? Tuh … liat aja dua kadal, lebay banget.” Refa kembali bergidik.
“Kadal? Sejak kapan, tuh, diciptain?”
“Entahlah. Selintas lewat gitu aja, tuh panggilan. Tapi, cocok, kan? Sama-sama suka merayap, meliuk, nggak pernah diem di satu tempat, gitu. Nggak ‘betah’-an. Haha ….”
Mereka pun tertawa.
Farel yang melihat itu merasa iri. Kini ia menyesal telah menyia-nyiakan Refa yang selalu ada untuknya.
“Mungkin Refa udah gak peduli sama aku. Aku nyesel. Maafin aku, Ref,” gumam Farel.
Farel merasa sebatang kara saat ini. Astri yang katanya pacarnya, malah bergabung dengan geng-nya dan berbincang dengan laki-laki lain.
“Ref, liat, tuh. Kasian si Farel …samperin, gih,” celetuk Samuel tiba-tiba.
Refa menoleh dengan ekspresi sedikit kaget. “Hoh? Samperin? Sorry, ya …. Refa sekarang udah be-ru-bah. Malesin banget … nyamperin, buat apa?”
“Kasian, Ref,” tukas Samuel.
“Kamu aja, gih,” balas Refa.
"Inget waktu kamu suka dia, hayoo …” paksa Samuel.
“Itu dulu, ih! Kok kamu maksa, sih?” Refa geram dan kesal.
“Kan, kamu masih temennya. Kamu bukan Refa yang aku kenal, deh. Aku tau banget kamu, Ref. Kalo kamu gak bisa ngambek lama-lama ke seseorang ….” Samuel menatap Refa. “Apalagi sama aku!” ujar Samuel bercanda.
“Heh?! Kepedean! Gak mau, males! Aku udah sakit, Sam,” ucap Refa sedikit lebay.
“Alay. Sebagai sahabat kamu yang baik hati, aku saranin kamu biar memaafkan setiap kesalahan yang terjadi. Apalagi ini cuman masalah kecil,” ujar Samuel.
“Tumben?” Samuel mengangkat alisnya saat Refa berujar demikian.
“Jadi, sekarang gimana? Aku juga gak tega, sih, liat dia gitu,” lanjut Refa.
“Samperin,” ucap Samuel singkat.
“Ayo, anterin, yuk …! Kan, Samuel sahabat cowokku yang ganteng, baik, dan tidak sombong,” ucap Refa dengan nada dibuat-buat sembari menyelipkan permohonan.
“Makasih pujiannya,” balas Samuel menatap Refa datar.
“Ih … ayo, Sam!” seru Refa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farel dan Refa
AcakMerangkai mimpi dalam kehidupan memang sudah seharusnya kita lakukan. Walau dalam setiap langkah menggapai mimpi itu sendiri, tak selamanya berjalan sesuai keinginan. Banyak momen yang tak pernah kita bayangkan dan tak pernah kita sangka menghampiri...