Keputusan

835 63 124
                                    

“Lo itu PHO, Refa!!!” teriak Astri.

Refa tersentak, lalu menghampiri Astri di ambang pintu.

“Apa maksud, lo, Astri?!” Refa balik menyentak Astri.

Kata ganti orang yang dipakai Refa bisa saja berubah sesuai lawan bicaranya.

“Oh … sekarang pake lo-gue, ya? Oke!” Astri melipat kedua tangan di dadanya.

“Emangnya masalah? Lo duluan yang teriakin gue, pake LO! Elo sendiri, tuh …. Mau apa, sih?! Apa maksud ucapan lo, tentang gue itu PHO?!” Refa berteriak di telinga Astri.

Astri sudah memancing emosi Refa di pagi buta ini.

Lantas, Farel menghampiri Refa dan Astri dalam keadaan rumit seperti ini. Tapi, bagaimanapun juga, Farel jelas terlibat dalam masalah ini.

“Udah, Astri. Jangan bawa-bawa Refa ke dalam masalah kita,” ucap Farel di samping Refa.

“Hah? Rel, Refa itu emang sumber masalah dari hubungan kita sejak SMP! Denger, ya, Ref …. Lo itu penyebab gue sama Farel bisa sampai putus!” Astri menunjuk-nunjuk tepat di wajah Refa.

Sedangkan Refa masih bingung dengan ini semua.

“Eh, lo … jangan main tuduh-tuduh, ya. Apa yang gue lakuin, emang? Denger, ya … kalian putus itu karena Farel emang udah gak nyaman sama lo. Jangan bawa-bawa gue, dong!” Refa menatap tajam ke mata Astri.

Farel berusaha melerai mereka berdua. Dia bingung, apalagi sekolah sudah mulai ramai.

“Eh … keterlaluan, lo, Ref! Mana mungkin Farel gak nyaman sama gue lagi?! Ini semua, emang gara-gara lo!” tuduh Astri.

“Udah, Ref, Astri.” Farel berusaha melerai mereka berdua.

“Rel, kamu jelasin, dong, ke Astri, kalo kamu emang udah gak nyaman sama Astri. Kan, waktu itu kamu cerita sama aku. Sekarang liat, dia makin libatin aku ke dalam masalah kamu sama Astri, kan?” Refa menatap Farel.

“Ya, aku bingung gimana jelasinnya, Ref,” ucap Farel tak tegas.

“Ih, bego! Gitu aja gak bisa. Bentar, bentar …. Oh, sekarang gue tau!” Refa berbicara sembari mengangkat alisnya merasa menang.

“Astri, lo gak terima, kan, putus sama Farel? Aduh … kasian banget, Mba … diputusin si mas-nya, ya? Lo gak terima karena ternyata, setelah putus dari Lo, Farel malah makin Deket sama gue, kan?” Refa tersenyum meledek.

Sedangkan Astri hanya diam, bingung harus membalas apa.

“Dan lo mau sebarin yang enggak-enggak tentang foto gue yang ditahan sama Farel malem-malem, kan? Denger, ya, lo itu gak tau apa-apa tentang foto itu. Jadi, jangan sebarin yang enggak-enggak kalo gak tau faktanya!”

Astri ingin membantah. Namun, Refa kembali melanjutkan pembicaraannya.

“Foto itu lo jadiin buat anceman ke Farel. Lo pasti mau minta balikan sama Farel, kan?” tebak Refa.

“Jangan so tau, deh!" Astri mulai gelagapan.

Kini, Farel buka suara.

“Astri, denger …. Aku gak bisa lanjutin hubungan kita. Benar apa kata Refa tadi kalau aku emang udah gak nyaman sama kamu. Dan aku juga mau tegasin kalo Refa gak ada hubungannya sama putusnya kita. Itu emang keputusan aku. Sekarang aku minta ….” Farel menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan.

“Kamu klarifikasi ke temen seangkatan kita, kalo foto itu bukan foto macem-macem. Itu foto aku sama Refa ketika kita lagi ngospek anak kelas 10, jangan sebarin yang enggak-enggak.”

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang