Kabar Buruk

1.4K 173 225
                                    

Ujian akhir semester pun akhirnya selesai. Refa tinggal menunggu Farel untuk pulang bersama.

“Ayo, Rel, cepet! Lama banget, sih, piketnya,” geram Refa.

“Iya bentar, Refa sayaaang,” geram Farel juga menyelipkan kata sensitif tanpa maksud itu.

“Eung .... Ya udah, cepet!” Refa kini malu untuk berceloteh lagi.

Apa katanya? Sayang? Aaaaa!

“Udah, ayo! Tapi, kita ke taman belakang sekolah dulu, ya,” ujar Farel yang dibalas anggukan Refa.

Entah mengapa Farel terlihat lebih bersemangat.

“Kamu diem di sini sebentar, ya, Ref? Aku mau tunjukkin sesuatu, kamu pasti kaget!”

“Apaan, Rel?”

Ssttt .... Tutup mata, ya.” Farel mengeluarkan syal merah lalu menutupkannya di mata Refa.

Farel, kamu tuh paling bisa bikin orang baper,” gumam Refa saat Farel memperlakukannya seperti itu.

Setelah selesai menutup mata Refa, Farel terdengar sedikit berlari. Tak lama dari situ, Farel menyuruh Refa untuk membuka syalnya.

Alangkah kagetnya Refa saat membuka mata. Ia langsung dihadapkan dengan pemandangan di mana terdapat Farel sedang bertekuk lutut ke arah Astri sambil memegang bunga mawar merah.

“Astri, kamu mau gak, jadi pacar aku?” tanyanya dengan tatapan penuh harap.

Tanpa sadar, air mata Refa sudah berkumpul di pelupuk matanya.

Dengan senyumannya, Astri menerima bunga dari Farel sambil berkata, “Ya, aku mau, Rel!”

“CIEEE .... PACARAN, NIH!”

Banyak orang berseru di belakang Refa—teman sekelas Refa—bersorak-sorai dengan status baru antara Farel dan Astri.

Mereka berdua langsung dikerumuni teman sekelas, berbalik dengan Refa yang justru memalingkan wajahnya dari keramaian dan pergi menuju toilet.

Saat sampai di toilet, Refa termenung dan bergumam dalam kepedihan yang dirasa baru menghampiri hatinya, “Aku gak nyangka, Rel. Kamu gak peka sama aku. Gak peduli sama aku. Aku nyesel udah suka sama kamu. Buat apa selama ini kamu kasih harapan buat aku, kalau akhirnya kamu juga bakal ngejatuhin aku? Sakit, Rel. Sakit. Tega, ya, kamu? Milih dia yang bahkan belum terlalu kenal sama kamu.

Tiba-tiba datang seseorang yang membuat Refa tersadar. Orang itu adalah Ranti, teman se-geng-nya Astri. Ia terlanjur tahu bahwa di dalam toilet ada Refa.

“Kamu, kok, di sini, Ref? Padahal, yang lain pada rayain hari jadiannya Farel sama Astri. Apa jangan-jangan kamu—”

Dengan cepat Refa memotong ucapan Ranti yang ditakutkannya malah melantur kemana-mana, “Apa Ranti? Kamu pikir aku di toilet buat apa?” timpal Refa.

“Halah .... Gak usah beralasan. Aku lihat dari tadi kami cuman diem, tuh. Oh ... atau kamu gak terima Farel sama Astri pacaran?” ujar Ranti tanpa ba-bi-bu.

SKAK MAT!

“Eung .... Kenapa kamu bilang gitu, Ran?” tanya Refa sedikit gugup.

“Eung, eung, eung ... gugup, ha? Berarti bener, kan?!” Ranti bersikeras dengan opininya, terlebih lagi, ia memastikan dengan luapan emosi.

“Biasa aja kali, nanyanya! Emang kalo aku suka sama Farel, kamu mau apa?! Apa urusannya sama kamu?! Kamu kira aku gak bisa marah, apa?!” Refa mengeluarkan semua isi hatinya dengan emosi, menahan air di pelupuk matanya agar tak jatuh.

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang