Apa Lagi?

816 73 134
                                    

“Maafin aku, Ref.”

Refa melepaskan pegangan Farel. “Aku maafin. Udah? Puas?” sinis Refa.

“Aku perlu ngobrol berdua sama kamu,” lanjut Farel.

Refa berdecak kesal. “Hah? Sorry, ya … gak ada waktu. Mending kamu pulang, udah sore. Aku mau belajar gitar sama Kak Deon.” Refa menarik Deon.

“Refa, ini penting.”

“Lain kali aja.” Refa masuk ke rumah dan menutup pintu.

Kini, Refa duduk di kursi halaman belakang bersama Deon. Setelah mendengar suara mesin motor Farel menjauh, Deon memulai pembicaraan.

“Gila, Ref! Sekarang kamu bisa ngomong gitu ke Farel.”

“Ngomong gitu gimana?” tanya Refa yang memangku gitar barunya

“Ya, tegas gitu. Biasanya, kan, kamu luluh di depan Farel,” ledek Deon.

“Hah …. Udah, ah. Jangan bahas dia lagi. Katanya, Kak Deon mau ajarin aku gitar … kok, malah jadi bahas Farel, sih?” Refa menghentakkan kakinya.

“Wih, sabar …. Iya, iya. Sini, aku ajarin.” Deon mengambil alih gitar putih yang sudah menjadi milik Refa

“Jadi, ini kunci C …. Ini kunci D ….” Deon mengajarkan nada dasar kepada Refa.

“Sekarang kamu coba.” Deon mengembalikan gitar ke pangkuan Refa

Refa mencoba mempraktikkan apa yang diajarkan Deon.

“Gak buruk, kok. Kamu gampang diajarinnya. Bagus, deh … kamu tinggal asah lagi aja. Sering-sering latihan. Eh, Ref, mau denger satu lagu?” tawar Deon.

Refa cepat-cepat mengangguk.

“Meskipun lagunya udah gak terlalu tenar kayak waktu itu, tapi aku mau persembahin lagu ini buat kamu, Ref. Semoga suka, ya.”

Deon memulai sebuah lagu berjudul ‘Perfect’ dari Ed Sheeran.

Deon mulai memetik senar dan bernyanyi dengan merdu.

~I found a love for me
Darling, just dive right in
And follow my lead
Well, I found a girl, beautiful and sweet
I never knew you were the someone waiting for me
….~

Deon menatap Refa di sela menyanyinya dan tersenyum. Begitu juga Refa. Tatapan Refa sesekali melihat tangan Deon yang lihai memainkan gitar, juga menatap Deon yang tengah menatapnya juga.

“Bagus banget, Kak! Aku suka. Aaa … terharu sama lagunya.” Refa menunjukkan eye smile-nya.

“Bagus, kan? Kamu juga harus bisa. Belajar yang rajin, ya. Tapi, inget … utamain belajar sekolah, bukan gitar, oke?” Deon mengacungkan kelingkingnya.

“Ih, kayak anak kecil aja … cantelan cantelan,” kelakar Refa.

“Biarin, Refaaa …. Cepet.” Refa akhirnya menautkan kelingkingnya di kelingking Deon.

“Kalau gitu, aku mau pulang dulu,” ujar Deon

“Eh … aduh, Kak. Aku lupa …. Kak Deon belum minum, belum makan. Aduh, Refa … ceroboh! Mau aku bikinin sesuatu, gak?” tanya Refa

“Hahaha … gak usah, deh, Ref. Udah mau Magrib juga. Mana mama sama papa kamu? Aku mau pamit,” ucap Deon.

“Bener, nih, gak mau? Eh, Kak, beneran itu gitar buat aku? Masih gak percaya aja ….”

“Beneran, Refa. Masa Deon bohong sih?” balas Deon.

Tiba-tiba datang Mona dan Haris.

“Eh … Tante, Om. Deon mau pamit pulang, ya?” Deon mencium tangan keduanya.

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang