Cinta Pertama

975 86 66
                                    

Keesokan paginya, Refa berangkat ke sekolah bersama Farel. Mereka berdua memilih untuk berjalan kaki. Setelah sampai di dekat kelas, Farel tiba-tiba berlari mendahului Refa dan cepat-cepat memasuki kelas. Refa mengangkat alisnya, tak mengerti kenapa Farel bersikap begitu. Saat tiba di ambang pintu, Refa melihat tas Farel beserta empunya sudah menempati tempat Samuel sebelumnya. Farel tersenyum senang sembari melambaikan tangannya. "Refa ...."

Refa menghampiri bangkunya dan menatap tajam dan sedikit melotot pada Farel.

"Jangan melotot gitu, ih. Takut ... ahahaha .... Eh, melotot? Kamu, kan, sipit ... gak bisa melotot, ya? Hahahahaha ...." Farel tertawa terbahak-bahak.

"Isshhh ... udah maksa, numpang tidur, ngeledek, lagi! Dasar!" bentak Refa seraya menyimpan tasnya dan pergi ke luar kelas.

"Eh, Ref, jangan marah, dong. Gitu aja, kok, marah?" Farel berusaha mengejar Refa.

"Apa, sih?" Refa menghentikan langkahnya. "Siapa juga yang marah? Aku mau kumpul OSIS," bantah Refa.

"Oalah ... syukurlah, hehehe .... Jangan marah, ya, Refa ..." bujuk Farel.

"Iya!" Refa kembali berjalan menuju ruang OSIS.

Sesampainya di ruang OSIS, anak-anak OSIS membahas acara perpisahan kelas 9 dan kenaikan kelas 7 dan 8.

"Jadi nanti kita bakal adain acara di ...." Deon memimpin rapat dan memberi tugas masing-masing pada anggota OSIS.

Saat tibanya waktu kembali ke dalam kelas, Farel menunggu Refa di ambang pintu dengan satu kotak di tangannya.

"Nih, Ref." Farel menyodorkan kotak itu.

"Ini apa?" tanya Refa bingung.

"Buka aja."

Refa mengerutkan alisnya saat menerima kotak itu. Dengan perlahan tangannya membuka bungkusannya. Alangkah senangnya Refa, di dalamnya ternyata ada sebuah buku novel.

"Aaaaa!!!" Refa berteriak kegirangan.

"Udah lunas, ya," ujar Farel.

Farel memenuhi janjinya kepada Refa untuk memberikan novel atas tebusan kesalahan dan anggap saja syarat untuk dirinya agar sebangku dengan Refa.

"Ahaha ... iya. Makasih banyak, Rel!" Refa terkekeh sendirian.

Cara Farel bisa mendapatkan buku secepat itu yaitu dengan meminta bantuan Fara. Farel meminta Fara untuk mampir ke toko buku dan memilih sebuah novel yang cocok untuk dibaca remaja.

Kemarin, Fara datang ke rumah Refa malam-malam. Refa tak mengetahuinya karena ia sudah tidur. Fara sempat memaksa Farel untuk pulang karena ia juga sudah selesai dengan acara menengok temannya.

Tetapi, Farel menolaknya. Farel bilang, ia ingin berangkat bersama Refa hari ini. Karena adiknya memaksa, Fara akhirnya mengalah dan pulang sendirian.

***

Beberapa minggu kemudian, akhirnya acara perpisahan pun selesai.

Farel dan Refa naik ke kelas 8 dan Deon naik ke kelas 9. Kini, mereka sedang liburan panjang sekaligus merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Ketika Refa berada di Malang, kampung halaman Mona, ia mendapatkan pesan di WhatsApp.

Pesan dari Deon.

Ref, mohon maaf lahir dan batin, ya. Ngmong-ngomong, sekarang kamu di mana?

Mohon maaf lahir dan batin juga, Kak. Aku lagi di Malang, nih, hehe.

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang