Prilly terus berlari entah sudah berapa jauh ia berlari, entah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan, dan entah sudah berapa banyak keringat yang bercucuran dipilipis nya, Prilly tidak menghiraukannya. Prilly tidak peduli. Yang ia tahu hanya ingin berlari sejauh mungkin untuk menghindari rasa sesak di dadanya yang entah kenapa begitu sakit.
Jedarrrr...!!!!
Aaaaaa...
Suara petir yang memekakan telinga dan jepretan kilat bagaikan kamera namun menyeramkan itu berhasil membuat langkah Prilly terhenti dengan berteriak kencang.
Prilly menangis tersedu-sedu seperti orang yang merasakan kesakitan luar biasa. Prilly berjongkok ditengah jalan yang sepi karena hujan sangat lebat membuat kendaraan tak berani beroperasi sambil menutup telinganya kuat-kuat.
"Bangun lo!" Prilly mendongakkan kepalanya saat melihat ujung sepatu orang bersuara berat yang tadi menyuruhnya bangun.
"Juna?" Prilly menatap Juna berdiri kemudian memeluknya erat. Juna yang mendapat perlakuan itu hanya mampu terpaku di tempatnya.
Juna membiarkan Prilly menangis di pundaknya tanpa berniat menghentikannya, kini tangannya sudah membalas pelukan Prilly yang tiba-tiba itu.
Sekitar 10 menit berlalu akhirnya Prilly melepaskan pelukannya dari Juna.
"Udah?" Tanya Juna sambil menunduk menatap Prilly. Prilly pun membalas dengan manganggukkan kepalanya.
"Yaudah kita pulang." Juna menggandeng tangan Prilly untuk masuk kedalam mobilnya namun langkahnya terhenti ketika merasa Prilly tak kunjung bergerak dari temapatnya berdiri.
"Ada apa?"
"Gue bisa pulang sendiri,"
"Jangan batu deh, hujannya deras banget lo mau pulang pake apaan?" Ucap Juna sedikit mengeraskan suaranya karena beradu dengan suara hujan.
"Bukan urusan lo! gue bisa pulang sendiri." Balas Prilly ketus.
"Dasar cewek batu, lo udah nangis-nangis dibahu gue dan bikin baju gue basah sekarang se enaknya aja ngetusin gue? Dasar gak tau terima kasih." Ucap Juna kesal. Padahal mah bajunya basah ya memang karena kehujanan. Rasanya mudah sekali ia kesal ketika berhadapan dengan gadis ini.
"Makasih." Ucap Prilly kemudian. Prilly menyadari sindiran Juna kalau ia memang belum mengucapin terimakasih.
"Gue mau terima makasih dari lo asal lo ikut gue pulang." Balas Juna dingin
"Ishh rese banget sih lo! Yaudah terserah kalau lo gak mau nerima makasih dari gue yang penting gue udah bilang makasih." Balas Prilly kesal hendak melangkahkan kakinya pergi, namun aksinya langsung gagal ketika Juna menarik paksa tangannya dan mendorong pelan Prilly ke dalam mobilnya. Dan mobil itu langsung Juna kunci. Benar-benar pemaksaan.
"Elo!!!" Prilly menunjuk wajah Juna sebal. Kenapa orang disebelah nya ini selalu saja memaksa. Menyebalkan!
"Berisik!" Setelah mengatakan itu Juna langsung tancap gas tidak membiarkan Prilly berbicara lebih banyak lagi.
***
"Gimana li, lo udah nemuin Prilly?" Tanya Ken
"Balum, gue udah nyari kesetiap sudut ruangan kampus ini tapi gak ada." Balas Ali frustasi. Setelah tahu bahwa Prilly pergi entah kemana Ali langsung memutuskan untuk mencarinya, tapi hingga sekarang belum juga ketemu.
"ck. Handphone nya juga gak bisa dihubungin dari tadi." Decak Ken.
"Yaudah sih honey, palingan juga Prilly udah pulang kerumahnya, kamu ngapain sih khawatirin dia, dia kan bukan anak kecil lagi yang kalau ilang musti dicari-cari." Sahut Amara tak suka.
"Eh kalau lo gak mau nyari Prilly, yaudah gak usah ikut-ikutan. Ribet banget sih lo!" Balas Sela menatap Amara tak suka.
"Eh siapa juga yang lagi nyari Prilly, gue cuma ngikutin calon tunangan gue!" Balas Amara tak kalah sengit.
"Ap...apa? Calon tunangan? Maksud lo?" Tanya Sela bingung.
"Ali adalah calon tunangan gue!"
"Hah? Ali..."
"Li apa maksud dia?" Tanya Ken menatap Ali meminta penjelasan.
"Iya. Gue sama Amara akan tunangan."
"Dengarin tuh!" Sahut Amara yang kini sudah bergelayut manja dilengan Ali.
"Jangan bilang Prilly pergi gara-gara ini?" Tebak Ken menatap Ali tajam.
Tidak menjawab Ali hanya mampu menunduk lesu.
"Jawan li!" Sentak Ken menarik kerah baju Ali.
"Eh lepasin, apa-apaan sih lo?" Sahut Amara tak terima
"Ken, Ken... lepasin." Lerai Nina menarik Ken menjauh dari Ali.
"Awas ya! Kalau sampe terjadi sesuatu sama Prilly, gue gak akan ma'afin lo!!" Ucap Ken emosi kemudian berlalu dari Ali di ikuti Sela, Nina dan Oya.
"Udah honey, kamu gak usah dengerin mereka. Lagian emangnya kenapa sih mereka lebay banget, Prilly juga biasa aja tadi." Ucap Amara.
"Udahlah lo gak ngerti!" Sentak Ali kemudian berlalu meninggalkan Amara. Pening rasanya mendengarkan wanita itu bicara tak henti-henti.
***
"Ya ampun sayang kamu kenapa?" Tanya tante Lia khawatir. Mamanya khawatir saat melihat putrinya pulang dengan keadaan basah kuyup.
"Aku gak papa kok mam,"
"Loh nak Juna? masuk dulu yukk, kamu juga basah itu." Ajak tante Lia saat melihat Juna keluar dari mobil dengan keadaan basah kuyup juga.
"Gak usah tante, saya langsung pulang aja. Oh iya tante, suruh dia langsung mandi terus ganti bajunya jangan biarin lama-lama kedinginan." Balas Juna sopan.
"Lo gak masuk dulu?" Tanya Prilly.
"Saya pulang dulu ya tante, permisi." Pamit Juna sambil mencium punggung tangan tante Lia tak menghiraukan pertanyaan Prilly.
"Ishh dasar cowok ngeselin, diajak ngomong baik-baik malah dicuekin." Prilly menghentakkan kakinya kesal sembari melihat Juna memasuki mobilnya sampai mobil Juna keluar dari pelataran rumahnya.
"Udah ah kamu ini, ayok cepat mandi terus ganti bajunya." Perintah tante Lia sembari mengajak putrinya masuk.
***
Ditunggu kelanjutannya yaa... makasih semuanya 😉😃
![](https://img.wattpad.com/cover/118878942-288-k602054.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Couple
ФанфикHanya karena sebuah ikatan persahabatan Ali dan Prilly mendapat gelar perfect couple dan menjadi pasangan terpopular di sekolahnya? WOW, AMAZING! Sebelum membaca follow me dulu, okeh? 😉