"Honey yang ini bagus gak?"
"Bagus."
"Kalo yang ini?"
"Bagus!"
"Yang ini?"
"Ck. Bagus!"
"Ih, kamu tuh kenapa sih dari tadi bagus bagus mulu jawabannya. Komentarin kek, apa kek!" Ucap Amara kesal
"Udah selesai?" Tanya Ali dingin
"Udah."
"Yaudah kita pulang." Ucap Ali ketus kemudian berlalu begitu saja tanpa berniat menggandeng tangan calon tunangannya. Padahal Amara sudah siap mengulurkan tangannya minta digandeng.
"Ish!" Kesal Amara sembari menghentakkan kakinya lalu menyusul Ali yang sudah berjalan mendahuluinya.
"Kamu kenapa sih honey?" Tanya Amara saat ia sudah di dalam mobil.
Ali tidak menjawab pertanyaan dari calon tunangannya itu, ia hanya fokus menyetir tanpa menoleh sedikitpun pada wanita disampingnya yang sadari tadi ngoceh-ngoceh.
"Gue masih ada urusan, sekarang lo turun." Ucap Ali datar tanpa menatap Amara yang wajahnya sudah ditekuk karena kesal. Dicuekin, siapa yang tidak kesal?
"Kamu gak mampir dulu honey?" Tawar Amara
"Gak usah."
"Kamu kenapa sih dari tadi dingin banget sama aku?" Tanya Amara akhirnya. Ia merasa sudah sangat tidak tahan dengan sikap calon tunangannya itu. Semenjak kejadian kemarin Ali jadi mengacuhkannya, Ali jadi lebih cuek dan terkesan dingin padanya. Walaupun sebelumnya juga Ali sudah terkesan tak respek semenjak tahu mereka akan tunangan, tapi kali ini sikapnya semakin menjadi-jadi. Itu yang membuat Amara meradang.
"Oh apa jangan-jangan semua ini ada hubungannya sama cewek penyakitan itu? Iya?" Tebak Amara dengan meninggikan suaranya.
"Jaga ya mulut lo!" Bentak Ali menatap Amara tak suka.
"Kenapa? Emang bener kan dia itu cewek penyakitan yang bisanya cuma nyusahin orang!"
"Sekali lagi lo ngejelek-jelekin Prilly, gue akan..."
"Apa? Kamu mau ngapain? Mau mukul aku? Inget ya li, sebelum kamu ngelakuin itu sama aku, aku pastiin Prilly akan benci sama kamu selama-lamanya!" Ucap Amara mengancam sembari menunjuk wajah Ali sinis. Lalu Amara turun dengan membanting pintu mobil keras hingga terdengar suara dentuman yang membuat Ali memejamkan matanya.
"Aaakkhh..." Teriak Ali memukul stir mobilnya emosi.
"Kenapa? Kenapa orang-orang bisanya cuma ngancem gue sih!!!" Pekik Ali emosi. Tidak bundanya, tidak juga Amara yang Ali anggap adalah sahabat yang ternyata musuh dalam selimut. Kini mengancam pula.
Sebenarnya bisa saja Ali tidak menuruti apa kata bunda atau pun Amara, lalu Ali sendiri yang menjelaskannya pada Prilly, tapi tidak semudah itu. Ali tidak ingin melihat Prilly sedih, Ali tidak ingin melihat Prilly terpuruk. Ali tahu betul bagaimana dulu Prilly begitu terpuruknya saat orang tuanya mengabaikannya, Ali hanya tidak ingin melihat Prilly sedih dan ditambah lagi merasa dibohongi, Prilly pasti akan sangat membencinya jika dia tahu Ali menyembunyikan kebenaran ini.
***
"Mam, aku ke toilet dulu ya." Pamit Prilly.
"Yaudah, mama juga mau keruangan dokter Hana." Balas tante Lia kemudian Prilly menganggukkan kepalanya berlalu.
Ceklek
"Hai han," sapa tante Lia pada adik ipar sekaligus dokter yang menangani putrinya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Couple
FanfictionHanya karena sebuah ikatan persahabatan Ali dan Prilly mendapat gelar perfect couple dan menjadi pasangan terpopular di sekolahnya? WOW, AMAZING! Sebelum membaca follow me dulu, okeh? 😉