"Haii pril?"
Mendengar ada yang menyapa Prilly yang tadinya akan ke kelas mengurungkan niatnya, ia menoleh ke belakang untuk melihat seseorang yang telah menyapanya tadi, sepertinya ia tidak asing dengan suara itu.
"Eh haiii? A...amara?" Prilly terkejut bukan main saat melihat kebelakang, ternyata benar ia sangat kenal dengan orang yang tadi ia sebut Amara itu. Meski sedikit terbata mangucapkan namanya tapi Prilly kenal batul dengan orang itu.
"Ini beneran elo mar?" Tanya Prilly sekali lagi untuk memastikan sambil memegang bahunya antusias. kemudian di balas anggukan pasti oleh gadis itu. Prilly pun segera berhambur dalam pelukan Amara, memeluknya penuh kerinduan.
Amara adalah sahabat Prilly dan Ali saat SMP, dulu kemana-mana mereka selalu bertiga. Tapi pada saat lulus SMP orang tua Amara memutuskan untuk pindah ke Autralia karena pekerjaan ayahnya Amara. Sejak itu Amara tak ada kabar, mereka lost contak. Bukannya melupakan, namun setiap mencari kabar Amara sama sekali tak pernah Prilly dapat. Amara menghilang bagai ditelan bumi.
Kedatangan Amara yang tiba-tiba membuat Prilly merasa surprise, apa lagi kini Amara sengaja datang ke kampusnya langsung. Namun saat Prilly memeluk Amara dengan senyum lebarnya seketika senyumannya memudar saat melihat orang yang baru datang dari belakang Amara, tubuhnya menegang seketika saat matanya melihat dia kembali nyata kini ada dihadapannya.
"Hai pril?" Sapanya dengan senyuman rindu. Sangat rindu.
Tidak ada jawaban, Prilly masih terpaku ditempatnya. Amara yang mendengar suara calon tunangannya dari belakang, ia pun melepas pelukan Prilly.
"Honey," kini Amara menoleh kebelakang dengan senyuman manisnya dan langsung memeluk tangan calon tunangannya possesif.
"Ho...honey?" Prilly terbata mengulang panggilan Amara, ia menatap kedua orang di hadapannya meminta penjelasan.
"Oh iya gue lupa, pril lo masih inget Ali kan?" Ucap Amara bertanya.
Prilly mengangguk
"Sekarang dia adalah calon tungan gue, gue sengaja datang kesini buat ngundang lo diacara pertunangan kita." Jelas Amara dengan wajah berseri-seri.
"Tu... tunangan?" Tanya Prilly terbata lagi. Air matanya tidak terasa menetes seketika.
"Iya. Iyakan honey?" Balas Amara sambil menatap Ali meminta persetujuan. Ya, calon tunangan Amara adalah Ali, sahabatnya dulu, mantan sahabatnya Prilly.
"Iya." Balas Ali singkat sembari mengalihkan pandangannya.
Mendengar jawaban dari mulut Ali langsung, luruh sudah air mata Prilly, entah kenapa ada perasaan tak rela. Harusnya kan ia ikut bahagia dengan kebahagian kedua sahabatnya itu. Namun entahlah, mendengar kabar itu seperti ada yang mencubit hatinya, mendadak dadanya pun terasa sesak.
"Pril lo baik-baik aja? kenapa nangis?" Tanya Amara sok simpati dengan lebaynya.
"Hah? gu... gue baik-baik aja kok, i...ini air mata bahagia." Balas Prill sambil menghapus air matanya mencoba tersenyum. Prilly mengatur napasnya agar terlihat biasa.
"Oh, kirain lo gak rela gue tunangan sama Ali."
"Ya enggaklah, gue malah senang lagi sahabat gue sebentar lagi tunangan."
"Yaudah, nih undangan buat lo, jangan lupa datang ya? Gue bakalan marah sama lo kalau lo sampe gak datang." Ucap Amara dengan nada mengancam sambil menyerahkan undangan pertunangannya dengan Ali.
"Gue pasti datang." Balas Prilly sembari melirik Ali yang sejak tadi hanya diam. Prilly tahu sadari tadi Ali menatapnya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.
Ali melihat betapa terlukanya gadis di hadapannya itu, ingin sekali menghapus air mata yang keluar dari mata indahnya, namun apalah daya ia hanya mampu diam menyaksikannya. Dulu ia akan dengan sigapnya menghapus air mata itu, seakan tidak membiarkan ada genangan air kesedihan sedikit pun di mata indahnya, Ali akan memeluknya, menghapus air matanya, bahkan tak segan menghapus ingusnya. namun sekarang untuk sekedar menatapnya dari dekat saja rasanya sulit.
"Yaudah kalau gitu, kita permisi dulu ya. Ayo sayang." Pamit Amara dengan menggandenga tangan Ali. Bukan, tapi lebih tepatnya menarik paksa. Karena sadari tadi Ali diam saja dengan mata tidak lepas menatap gadis di depannya, Amara melihat itu.
Selepas kepergian Amara dan Ali, Prilly langsung berlari sekencang-kencangnya meninggalkan tempat itu. Prilly tidak menghiraukan umpatan dan perkataan orang-orang yang ia tabrak, entah kemana kakinya akan membawanya, yang terpenting ia harus meninggalkan tempat itu sekarang juga.
"Awsss... prillyyy ya ampun sakit tauu...!" Pekik Sela memagangi bahunya. Namun sesaat kemudian ia menatap Prilly khawatir, Sela melihat wajah Prilly banjir dengan air mata.
"Loh pril, lo kenapa?" Tanya Sela khawatir.
"Gue baik-baik aja, gue duluan ya." Balas Prilly dengan suara seraknya kemudian berlalu dari Sela dengan berlari lagi.
"Pril, Prilly tunggu..." teriakan Sela sama sekali tidak Prilly hiraukan, Prilly terus berlari sampai keluar gedung dan tidak terlihat lagi entah kemana.
"Lo tadi manggil-manggil Prilly, mana anaknya?" Tanya Ken yang baru datang bersama Oya dan Nina.
"Gue gak tau, dia tadi lari sampe nabrak gue terus sambil nangis gitu, gue panggil-panggil dianya malah tetap lari." Jelas Sela.
"Ada apa ya?" Tanya Nina bingung.
"Mungkin Prilly takut di tinggal kondangan kali sama mamanya." Sahut Oya asal yang sukses mendapat plototan dari yang lain.
"Kenapa sih pada melotot gitu? Bisa aja kan omongan gue bener?"
"Oya please deh! Sekarang situasi nya lagi genting, bisa gak otak lo di ajak kompromi dulu?" ucap Sela jengkel.
"Udah-udah jangan ribut, mending sekarang kita cari Prilly deh dari pada ribut gak jelas." Ucap Nina melerai.
"Nah bener tuh? Ayokk..." Sahut Ken setuju
Akhirnya mereka semua mencari Prilly kesetiap sudut gedung di kampus, namun hasilnya nihil mereka sama sekali tidak menemukan Prilly. Tiba-tiba mata Ken memicing saat melihat seseorang yang sangat ia kenal berada tidak jauh darinya, orang tersebut berjalan menuju parkiran. Tapi yang membuat Ken tambah heran adalah dia tidak sendiri, dia jalan beriringan bersama seorang wanita?
"Ali..." panggil Ken menghampiri Ali
"Loh Ken, hah Ali?" Ucap Sela mengikuti arah pandangan Ken. Kemudian Sela, Oya, dan Nina pun menyusul menghampiri Ali.
"Lo ngapain ada disini? cari Prilly ya? Kita juga sama nih lagi nyari Prilly, tu anak ngilang kemana kali, mana tadi dia perginya sambil nangis lagi." Cerocos Oya dengan cerewetnya seperti biasa. Rupanya Oya tidak pernah berubah.
"Apa? Prilly pergi?"
***
Seandainya pembaca gelap pada nongol ninggalin jejak, betapa senangnya aku.
Ayo dong kasih vote and comment biar aku semangat ngetiknya 😯
Follow juga kali biar bacanya afdol hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Couple
FanfictionHanya karena sebuah ikatan persahabatan Ali dan Prilly mendapat gelar perfect couple dan menjadi pasangan terpopular di sekolahnya? WOW, AMAZING! Sebelum membaca follow me dulu, okeh? 😉