Perfect7

4K 307 2
                                    

Prilly mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sejak seminggu ini menghilang, orang yang biasa setiap hari menemaninya kini tak ia lihat selama seminggu ini.

Ali, iya dialah orangnya. Seminggu yang lalu Ali meminta izin pada Prilly bahwa ia akan mengikut turnamen basket antar sekolah, selama ini Ali memang tidak pernah mengikuti kegiatan basket disekolahnya tapi entah mengapa tiba-tiba saja Ali ikut turnamen.

"Hey piy?"

"Ayi, eh oya. Gue kira..."

"Siapa? Ali?" Prilly hanya menanggapi acuh. Ia  melajutkan langkahnya untuk mencari Ali.

"Eh piy, kok gue ditinggal sih." Ucap oya menghentikan langkah Prilly

"Ada apa oyaaa, gue lagi nyari Ali nih." Balas Prilly agak kesal

"Ngapain sih nyari Ali, kan ada gue?"

"Nggak biasanya dia ngilang gini oy, gue cuma khawatir sama dia!" Balas Prilly sambil terus melanjutkan langkahnya dengan celingak celinguk mencari.

"Ali lagi di kantin bareng Monic!" Ucapan oya itu berhasil menghentikan langkah Prilly. Oya menatap sahabatnya merasa bersalah.

"Oh. Ali dikantin? Yaudah gue kesana dulu ya, bye!" Prilly langsung berlari meninggalkan oya yang masih menutup mulutnya. Ah kenapa mulut lemesnya itu tidak bisa dikendalikan.

"Hahaha. Aaaa Ali geli,"

"Masa gitu aja geli, hahaha"

"Awas ya gue balas nih."

"Ayi?"

Suara panggilan dari Prilly itu berhasil menghentikan tawa Ali dan Monic yang sedang asyik bercanda.

"Eh pril. Sini gabung?" Ajak Monic sok akrab.

"Nggak usah mon, gu... gue masih ada urusan lain. Sorry udah ganggu, permisi!" Setelah mengatakan itu Prilly segera pergi meninggalkan kantin dengan berlari.

Kenapa dadanya mendadak nyeri saat melihat Ali tertawa bersama cewek lain selain dirinya. Ah entahlah, perasaan apa itu sebenarnya.

Prilly berlari kemudian masuk ke dalam toilet, ia menumpahkan rasa sesaknya di sana. Prilly menangis dalam diamnya, entah mengapa rasanya tidak rela melihat sahabat lelakinya itu tertawa bersama perempuan lain.

Tok. Tok. Tok

"Pril, elo baik-baik aja kan?" Oya mengetuk pintu toilet. Ia khawatir saat tadi melihat Prilly berlari dari kantin dan masuk ke dalam toilet.

"Iya oy, gue baik-baik aja. Lo ngapain ngikutin gue?" Balas Prilly. Prilly buru-buru menghapus air matanya saat mendengar suara oya. Ia tidak mau sahabatnya itu bertanya aneh-aneh padanya.

"Elo ngapain sih gedor-gedor pintu, mau ikut masuk ke dalam, hah?" Tanya Prilly pada oya saat keluar dari toilet. Ia berusaha bersikap biasa.

"Ya enggak, gue khawatir aja liat elo lari dari kantin tadi. Gue pikir elo lagi nangis di dalam." Balas oya.

"Enak aja, ngapain gue nangis." Elak Prilly

"Siapa tau patah hati! Eh." Prilly yang mendengar celetukan oya itu hanya diam tak membalas. Ia melirik sahabatnya itu sekilas.

"Yaudah yuk masuk kelas aja ya pril," ajak oya akhirnya.

***

Ali merenung di sebuah danau tempat ia dan Prilly biasanya melepas penat jika ada masalah. Tapi baru kali ini ia ke danau sendirian tanpa Prilly.

"Tumben lo sendiri? Kemana cewek lo?" Tanya seseorang ikut duduk di sebelah Ali.

"Bukan urusan lo!"

"Weh santai kali, gue nanya baik-baik. Nyolot banget lo!" Balas gadis itu tidak terima

Ali hanya diam, tidak membalas ataupun pergi dari tempat itu seperti yang ia lakukan sebelum-sebelumnya.

"Tumben nggak balas maki gue?"

"Woy gue nanya ya, bukan lagi ceramah yang harus di dengerin doang!" Ucap gadis itu geram. Ia merasa kesal dengan orang yang ada disebelahnya ini.

Ck. Ali berdecak kesal, ada apa dengan gadis ini? Kenapa selalu mengganggunya coba? Apa salahnya? Haihh

"Ah gue paham nih, lo lagi berantem ya sama cewek lo?" Cerocos gadis tersebut.

"Gini-gini juga gue kan cewek nih, jadi kalau misalnya lo mau curhat, gue siap nampung kok." Katanya lagi.

"Haihh, lo masih mau diam? Yaudah deh biar enak kita kenalan dulu. Nama gue Sesilia, panggil aja Sesil." Gadis itu mengulurkan tangannya pada Ali. Niatnya sih mau kenalan, tapi yang di ajak kenalan malah cuek bebek.

"Ya Allah nasib lu ngan, apes banget ye. Yaudah balik!" Kata Sesil lagi menarik tangannya yang tidak mendapat respon dari orang di sebelahnya kini.

"Gue Ali." Balas Ali akhirnya.

"Telattt!"

"Tapi nggak papa ding, dari pada enggak sama sekali." Ralat Sesil berbicara sendiri.

"Ngapain lo ada disini?" Tanya Ali cuek

"Renang." Ali langsung menoleh.

"Gue emang sering kesini kali, tempat ini nyaman banget." Jelas Sesil akhirnya.

"Sama,"

"Sama. Sama apanya?"

"Hhhh..."

"Lo hobby banget ya buang napas gitu, orang ditanya juga balasnya napas doang. Irit banget ngomong lo."

"Gue juga sering ketempat ini, danau ini adalah tempat fovorit gue sama dia," jelas Ali tanpa diminta. Sesil yang mendengar itu hanya diam tanpa ingin memotong. Pasalnya baru kali ini Ali berbicara banyak padanya.

"Tapi mulai sekarang gue harus terbiasa kesini sendiri, tanpa dia." Lanjutnya.

"Lho kenapa?" Tanya Sesil reflek menutup mulutnya. Aduh kenapa ditanya sih, kalau ditanya pasti nggak mau jawab. Batin Sesil

"Ck. Sorry gue harus pergi," decak Ali lalu bangkit dan bergegas meninggalkan danau.

"Lah? Kok pergi, tunggu weh belum dibungkusin ini. Hahaha aneh!" Teriak Sesil bercanda lalu tertawa sendiri.

***

"Piy, udah minum obat?" Tanya tante Lia

"Aku lagi nggak mau minum obat mam,"

"Jangan gitu dong sayang, papa sama mama nggak mau liat kamu sakit nak." Sahut oom Niccol mengelus kepala putrinya sayang.

"Kalau papa sama mama nggak mau liat aku sakit, apa bisa papa sama mama stay dirumah setiap hari?" Tanya Prilly. Pertanyaan putri semata wayangnya itu sukses membuat tante Lia dan oom Niccol tercekat.

"Sayang, dari awal kan kita udah sepakat? Lagian papa sama mama kerja siang malam juga demi kamu nak, untuk masa depan kamu." Jelas tante Lia halus.

"Aku nggak butuh semua itu mam, pap. Aku cuma butuh kasih sayang dan perhatian dari kalian, udah itu aja."

"Piy kita hidup punya banyak kebutuhn, punya banyak keinginan, dan itu semua nggak bisa dibayar pake kasih dan perhatian aja. Kamu tahu? Lagian kurang perhatian apa sih papa mama sama kamu piy, kita selalu menuruti keinginkan kamu, fasilitas kita kasih lengkap. Kurang perhatian dimana coba, dimana?" Ucap tante Lia mulai tersulut emosi. Ini nih yang tidak bisa ia kendalikan, emosi.

"Mama sama papa nggak akan ngerti, dan nggak pernah mau ngerti. Aku hidup bergelimang harta, tapi malangnya aku nggak punya siapa-siapa. Aku sendirian mam, pap, apa kalian tahu? Aku kesepian. Dari pada hidup sendiri, lebih baik piyi mati aja sekalian. Nggak ada satu orang pun yang sayang sama aku!" Teriak Prilly histeris. Tangis yang ia tahan kini pecah sudah. Prilly menangis lalu berlari menaiki tangga. Ia sudah merasa sangat lelah dengan semua ini, papanya, mamanya, bahkan sekarang Ali. Orang-orang yang ia sayangi perlahan-lahan meninggalkannya.

"Piyi, ya Allah...!"

***

Dirgahayu Republik Indonesia ke-72. Semoga Indonesia terbebas dari para koruptur nakal. Aaamiin.

Holaaa aku balik lagi 😉 Jangan lupa untuk vote and comment 😙

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang