Perfect17

3.4K 258 1
                                    

"Masih juga hubungin dia?"

"Nggak bun,"

"Jangan bohong deh!"

"Apa sih bun, bunda masih belum puas juga udah jauhin Ali sama dia" balas Ali membentak.

"Ali! Kamu ya sama bunda kok ngomongnya kasar." Balas tante Ratna mendelik tajam.

"Hhhh... ma'af bun."

"Pokoknya bunda nggak mau tau ya jauhin dia, jangan coba-coba nyari tau keadaan dia apa lagi menghubungi dia!" Ucap tante Ratna memperingati. Kemudian tante Ratna berlalu meninggalkan kamar putra satu-satunya itu dengan perasaan kesalnya, kenapa putranya itu sulit sekali di beritahu. Selalu saja membantah.

"Ahh... kenapa sih bunda jadi kayak gini!" Teriak Ali marah.

***

Tiga hari menjalani ospek membuat Prilly dan teman-temannya merasakan lelah yang luar biasa, bagaimana tidak? Tiga hari berturut-turut menginep di kampus dengan tugas yang menumpuk, jelas membuat para calon mahasiswa dan mahasiswi itu kelelahan.

Dan belum lagi besok, acara terakhir camping di puncak. Katanya sih untuk melatih mental calon mahasiswa/mahasiswi agar tahan banting.

"Piy kamu nggak usah ikut lagi ya sayang." Ucap tante Lia menghampiri putrinya yang sedang menyiapkan barang bawaan yang akan ia bawa untuk camping.

"Mama ini itu acara kampus, nggak mungkin aku nggak ikut." Balas Prilly sambil berjalan kesana kemari mengemasi baju ke dalam koper kecil miliknya.

"Piy, mama takut kamu kecapean sayang. Apa lagi belakangan ini kamu banyak banget kegiatan." Ucap tante Lia khawatir. Ia khawatir putrinya itu akan kambuh lagi, mengingat kata dokter Prilly tidak boleh terlalu capek dan banyak pikiran karena itu akan mempengaruhi kesehatannya.

"Mama tenang aja aku sehat kok, dan aku janji pasti akan jaga diri." Balas Prilly meyakinkan mamanya.

"Hemm yaudah deh, tapi janji ya nggak boleh capek-capek di sananya, terus jangan lupa bawa baju tebal, udara di sana dingin." Pesan tante Lia panjang lebar.

Prilly menatap mamanya haru, akhir-akhir ini tante Lia memang banyak berubah. Tante Lia jadi lebih perhatian pada Prilly. Prilly sangat senang melihat perubahan mamanya itu.

"Iya mama sayang, mama nggak usah khawatir ya." Balas Prilly lembut sambil memeluk mamanya.

"Piy, nggak ada kabar dari Ali?" Mendengar pertanyaan dari mamanya tiba-tiba Prilly melepaskan pelukannya.

"Aku nggak tau!" Balas Prilly malas. Lalu kembali mengemasi barang bawaannya.

"Kamu jangan kayak gini dong sayang, walau bagaimana pun Ali itu pernah jadi sahabat terbaik kamu nak, dari kecil dia udah jagain kamu, bahkan sampe kalian sama-sama besar pun dia masih mau jagain kamu" ucap tante Lia sambil menatap putrinya.

"Dan apa kamu inget, dulu mama sangat sibuk siapa yang nemenin piyi? Ali kan, dia selalu ada saat kamu senang maupun sedih sayang." Ucap tante Lia lagi.

"Apa mama juga inget siapa yang bikin aku jadi kayak gini? Dia mam, dia. Dia sendiri yang bikin aku benci sama dia mam." Balas Prilly emosi. Entahlah kenapa ia selalu saja emosi jika membahas mantan sahabatnya itu.

"Iya mama tau sayang, tapi alangkah bijaknya kalau kita mema'afkannya. Apa lagi dia kan udah jelasin semuanya ke kamu."

"Udah ya mam, dari pada kita ribut gara-gara bahas kayak ginian yang menurut aku sama sekali nggak penting mendingan jangan di terusin deh. Please?" Ucap Prilly dengan tatapan memohon.

"Hhh yaudah terserah kamu, yang penting mama udah selalu ngingetin kamu." Tante Lia hanya mampu menghela napas. Putrinya ini benar-benar keras kepala.

Tante Lia pun berlalu dari Prilly kemudian keluar dari kamar putri satu-satunya itu. Benar kata Prilly jika di teruskan maka hanya akan memicu pertengkaran antara ibu dan anak itu.

Selepas tante Lia keluar, Prilly merenung mencerna setiap ucapan mamanya barusan. Apa iya ia terlalu jahat dengan membenci Ali? Apa iya ia terlalu berlebihan tak ingin  lagi berurusan dengan Ali?

Dalam lubuk hati terdalamnya Prilly tidak ingin membenci Ali, namun rasa sakit hatinya mengalahkan semuanya. Bahkan Prilly menutup mata akan kebaikan Ali selama ini padanya, ia lebih melihat betapa jahatnya Ali ketika menjauhinya dan berkata menyesal pernah mengenalnya. Manusia mana yang tak sakit hati mendengar penuturan sahabatnya sendiri berkata seperti itu? Prilly rasa tidak ada. Ia pun normal sama seperti manusia lainnya, meskipun persahabatan mereka sudah terjalin cukup lama bukan sehari dua hari, namun tetap saja yang namanya manusia punya perasaan.

Ting.

Suara pesan masuk di ponselnya menyadarkan lamunannya.

Bawa obat nya jangan sampe lupa!

Prilly mengerinyitkan dahinya heran, pesan dari siap dengan nomor tidak di kenal?

Karena penasaran Prilly pun mengetik pesan balasan.

Ma'af siapa ya?

Gak penting.

Balasan macam apa itu? Dasar orang aneh. Pikir Prilly

Dari pada mendapat balasan yang lebih aneh lagi, Prilly akhirnya memutuskan untuk tidak membalas.

Tidak lama kemudian ponselnya berbunyi kembali.

Pril jangan lupa bawa obat ya? Terus baju-baju tebal juga.

Kali ini pesan dari Ken,

ken? Mengingat Ken Prilly juga agak merasa heran akhir-akhir ini Ken begitu perhatian padanya, ada apa anak itu?

Dari pada pusing memikirkan itu Prilly akhirnya memilih untuk tidur, besok ia harus bangun pagi-pagi. Jangan sampai terlambat.

Tidak lama kemudian Prilly terlelap ke alam mimpinya, mungkin karena sangat lelah makanya Prilly begitu mudah memejamkan matanya.

***

Jangan lupa kasih vote dan comment ya 😉 terimakasih semuanya 😊😃

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang