Perfect26

3.7K 268 2
                                    

Prilly duduk termenung di tepi danau menatap lurus kedepan. Kini gadis itu datang ke tempat yang banyak kenangan bersama seseorang yang hingga kini masih ia sayangi untuk menunggunya, tadi ia sudah mengirim pesan pada orang yang sedang ia tunggu.

Prilly berharap orang itu akan datang.

"Piy?"

Dan benar saja tidak membutuh waktu lama untuk menunggu, seseorang itu datang menghampirinya lalu ikut mengambil tempat duduk disebelahnya.

"Kenapa kamu tega nyembuyiin semua kebenaran ini?" Tanya Prilly datar dengan masih menatap lurus kedepan.

"Maksud kamu apa piy?" Tanyanya heran sembari memutar badannya menghadap Prilly. Ali, orang itu adalah Ali.

"Kenapa kamu gak pernah ngasih tau kalau aku itu adalah gadis penyakitan?" Pekik Prilly bangkit dari duduknya dengan mata berkaca-kaca.

Ali cukup syok mendengarnya hingga membuatnya ikut bangkit.

"Kamu tau dari mana?" Tanya Ali

"Gak penting aku tau dari mana, yang pasti aku udah tau semuanya." Prilly memalingkan wajahnya sembari mengusap air matanya kasar.

"Ma'af piy!"

"Kamu gak perlu minta ma'af." Balas Prilly pelan.

"Tapi aku salah."

"Iya. Iya emang benar kamu salah, tadinya aku juga berpikir kalau kamu jauhin aku karena ini. Tapi mama udah jelasin semuanya sama aku tentang kebenarannya." Ucap Prilly dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi.

"Aku mohon jangan nangis," Ali menghapus air mata yang mengalir membasahi pipi chubby Prilly menggunankan punggung tangannya. Prilly tidak menolak, ia juga rindu dengan ini semua. Munafik jika menolak.

Bukannya berhenti, Prilly malah semakin terisak mengingat kenangannya bersama Ali dulu. Dengan sigap Ali langsung memeluk tubuh mungil itu menenangkan. Ali tahu kini sahabatnya itu sedang terpukul, dari dulu bahkan Ali ingin sekali memberitahu tentang kebenaran ini namun apalah daya ia sangat tidak suka melihat orang yang ia sayangi menangis, dan itu terbukti sekarang. Meskipun pada akhirnya Prilly tahu dan itu bukan darinya.

"Jangan piy, aku janji akan selalu ada buat kamu." Ucap Ali menenangkan dengan masih mendekap Prilly. Mengusap punggungnya memberi ketenangan.

"Tapi aku takut li,"

"Nggak ada yang perlu kamu takutin, aku disini buat kamu." Bisik Ali mengeratkan pelukannya.

Lama mereka sama-sama terdiam dengan posisi Prilly dalam pelukan Ali yang kini sudah berganti menjadi duduk menghadap danau.

"Yi?" Panggil Prilly pelan

"Heumm?" Ali senang akhirnya Prilly menggunakan kembali panggilan kecilnya.

"Aku takut ini adalah pertemuan terakhir kita." Ucap Prilly tiba-tiba membuat Ali menunduk menatapnya. Prilly pun mendongakan kepalnya agar bisa melihat Ali.

"Kenapa kamu ngomong kaya gitu?"

"Sebentar lagi kamu tunangan sama Amara, terus abis itu kalian pasti nikah kan?" Tanya Prilly lirih

Ali tidak menjawab. Ia hanya menatap mata hazel di bawahnya kini, dengan jarak yang sangat dekat membuat Ali lebih intens menatap mata cokelat Prilly yang bercahaya namun kini ada sedikit bekas genangan air, hingga hembusan nafas keduanya beradu membuat Prilly mengerjapkan matanya tersadar.

"Eh, so... sorry!" Ucap Prilly melepaskan pelukannya sambil mengalihkan pandangan. Jantungnya! Kenapa jantungnya berdetak tak normal.

"Piy, ada yang pengen aku omongin sama kamu." Ucap Ali serius

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang