Perfect20

3.8K 241 0
                                    

"Li malam ini kamu harus ikut bunda. Ini perintah tidak ada penolakan!" Ucap bunda Ratna tegas.

Ali yang sedang memakan sarapannya pun mendongakkan kepalanya menatap bunda Ratna meminta penjelasan.

"Emang mau kemana bun?" Tanya Ali setelah meneguk jus jeruknya.

"Pokoknya kamu siap-siap aja, tinggal ikut."

"Terserah bunda lah." Balas Ali sambil memakai ranselnya lalu bangkit bergegas ke kampus.

Sebelum bunda berbicara panjang lebar yang akhirnya hanya akan memicu pertengkaran lebih baik gue segera pergi. Pikirnya

"Bun apa kita nggak terlalu keras sama dia?" Tanya ayah Kenan setelah menyelesaikan sarapannya.

"Kalau kita nggak kayak gini dia akan semakin jauh dari kita yah. Apa ayah mau anak kita lebih dekat dengan keluarga orang lain di banding keluarganya sendiri?"

"Soal perjodohan itu?"

"Cuma itu cara satu-satunya supaya Ali melupakan gadis itu yah."

"Terserah bunda saja, ayah cuma nggak mau ini akan jadi bumerang buat kita sendiri." Ucap ayah Kenan kemudian berlalu dari bunda Ratna bersiap akan ke kantor.

"Apa pun caranya akan bunda lakuin yah supaya Ali tetap sama kita." Gumam bunda Ratna. Bunda Ratna mengatakan itu seolah-olah sedang ketakutan akan kehilangan putranya. Tapi apa yang membuatnya hingga bersikap seperti itu? Entahlah.

***

"Amara?" Ali yang baru akan mendaratkan punggungnya di kursi kafe yang sudah ada tiga orangnya itu terkejut saat melihat orang yang sangat ia kenal. Amara, teman SMP nya dulu bersama Prilly juga.

"Hai li?" Sapanya seolah sudah tau akan kedatangan Ali dan keluarganya.

"Ngobrolnya duduk dulu li," ucap bunda Ratna menegur.

Akhirnya Ali pun hanya pasrah mengikuti, walaupun sebenarnya ia sangat bingung dengan pertemuan dua keluarga ini. Entah ada apa sebenarnya?

"Baiklah, kita langsung ke inti pembahasan saja kalau begitu. Jadi menurut saya baiknya kita langsung membahas tanggal untuk acaranya saja bagaimana? pak Irgi, bu Desi?" bunda Ratna meminta penjelasan.

"Kalau saya si setuju-setuju saja, bagaimana mah?" Ucap oom Irgi setuju kemudian bertanya pada istrinya.

"Alangkah baiknya kalau kita meminta pendapat pada anak-anak kita, toh nanti yang akan menjalani kan mereka." Ucap ayah Kenan bijak. Ali yang mendengar itu jujur tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka bahas. Ali hanya diam menyimak.

"Iya saya setuju," balas tante Desi.

"Kalau Ali sudah pasti setuju, iya kan li?" Sahut bunda Ratna menatap putranya penuh harap.

"I...iya." jawab Ali terbata, jujur ia belum tahu namun mengingat pesan bundanya saat dirumah tadi ia hanya menurut saja.

"Nah kan benar, kalau Amara sendiri gimana sayang?" Tanya bunda Ratna kini berganti menatap Amara.

"Amara juga setuju kok, tapi Amara maunya kita tunangan dulu tan, dan kalau nggak keberatan Amara mau tunangannya di adain di Jakarta aja soalnya teman-teman Amara banyak disana." Balas Amara.

"Tunangan? Maksud kalian apa?" Ali yang bingung akhirnya angkat bicara.

"Tunangan siapa maksudnya?" Tanya Ali bingung dengan posisi sudah bangkit dari kursinya. Mendengar itu Ali sangat syok tentunya.

"Ali duduk," perintah bunda Ratna tegas.

"Loh emang nak Ali nggak tau? Jeng Ratna Ali sudah diberitahu kan?" Tanya tante Desi heran.

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang