Perfect27

3.8K 267 6
                                    

"Apa? Pertunangannya dipercepat bun?"

"Iya. Bunda pikir, mau lusa atau bulan depan juga sama aja kan? Lagian kita nggak bisa lama-lama di Indonesia li, kamu juga harus kuliah."

"Tapi bun, ck ah..." Ali mengusap wajahnya frustasi kemudian berlalu menaiki tangga.

Ali hanya bisa berdecak mendengar keputusan bundanya yang sangat terburu-buru itu, kenapa tiba-tiba acara pertunangannya di percepat, padahal harusnya bulan depan.

"Ali, li....!"

Panggilan dan teriakan sang bunda sama sekali tidak Ali hiraukan, Ali malah mempercepat langkahnya menaiki tangga menuju kamarnya.

"Gue haran deh, ada apa sih sebenarnya. Kenapa bunda tiba-tiba mau mempercepat pertunangan gue sama Amara." Gumam Ali tak habis pikir.

"Enggak, enggak, gue harus bisa batalin pertunangan ini, gue nggak bisa tunangan sama orang yang nggak gue cinta." Lanjutnya

"Tapi gue cintanya sama siapa?" Teriak batinnya.

"Ah pusing gue...!"

Ali membanting tubuhnya pada kasur empuk miliknya hingga menimbulkan pantulan karena bobot badannya.

Tidak lama setelah kepergian Ali, Amara datang dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibir tipisnya. Akhir-akhir ini Amara rutin berkunjung kerumah Ali, untuk menarik simpati calon mertua.

"Hai tante?" Sapa Amara ramah kemudian cipika cipiki dengan tante Ratna.

"Hai sayang,"

"Gimana tan, tante udah bilang sama Ali?" Tanya Amara setelah mendaratkan punggungnya di sofa ruang tamu.

"Udah. Kamu tenang aja nggak usah khawatir, anak itu nggak akan merebut Ali dari kamu sayang." Balas tante Ratna tersenyum hangat.

"Aaaaa... akhirnya!!! Makasih banyak ya tante." Balas Amara girang. Amara memeluk tante Ratna senang, tante Ratna tidak tahu bahwa dalam pelukannya Amara bukan tersenyum, tapi lebih tepatnya menyeriangai. Entah ada maksud terselubung apa dari seringaiannya itu.

"Iya sayang, sama-sama."

Setelah itu mereka larut dalam perbincangan selanjutnya, mulai dari ngomongin soal pribadi, fasion, sampai gosip artis terkini. Biasalah perempuan.

"Oh iya tan, udah sore nih. Amara pulang dulu ya." Pamit Amara sambil melihat jam yang melingkar indah di pergelangan tangannya.

"Yaudah, hati-hati ya."

Tante Ratna mengantarkan Amara sampai kedepan pintu, lalu melambaikan tangannya ketika mobil yang Amara kendarai membunyikan klakson tanda berpamitan.

"Tadi ada Amara bun?" Tanya oom Kenan saat memasuki rumahnya tidak lama setelah kepergian Amara tadi.

"Iya yah, biasalah kita abis ngobrol-ngobrol tadi." Balas bunda Ratna tersenyum sembari mengambil alih tas kerja suaminya.

"Ayah kok kayak ada yang ganjel sama anak itu." Ucap oom Kenan tiba-tiba

"Maksud ayah apa?"

"Nggak tau lah bun, perasaan ayah nggak enak aja setiap liat Amara."

"Ayah nih terlalu paranoid, mana mungkin Amara punya niat buruk sama keluarga kita, jelas-jelas dia dari keluarga baik-baik."

"Iya ayah tau, tapi entahlah perasaan ayah jadi nggak enak, semakin mendekati hari pertunangan, perasaan ayah semakin nggak tenang."

"Itu perasaan ayah aja, mungkin efek terlalu axcited dengan acara pertunangan putra semata wayang kita."

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang