"Pril, Prilly..."
Juna begitu terkejut saat melihat Prilly kejang-kejang, sedangkan monitor ekg berbunyi begitu nyaring memekakan telinga. Tanpa pikir panjang Juna segera menekan tombol yang berada di atas berangkar Prilly untuk memanggil dokter.
Tidak lama kemudian dokter Hana masuk lalu meminta Juna untuk keluar.
Juna teringat ia harus menghubungi orang tua Prilly, tangannya merogoh saku celana kemudian mengeluarkan benda pipih tersebut, mencari kontak mama Prilly kemudian dengan tangan gemetaran menekan tombol hijau.
"Halo tante, tante kerumah sakit sekarang ya."
"Iya tante kerumah sakit aja nanti Juna jelasin."
Klik.
Setelah menghubungi tante Lia, Juna modar mandir dengan perasaan cemas luar biasa, semoga Prilly baik-baik saja. Dalam hatinya merapal doa untuk keselamatan orang yang telah memporak porandakan perasaannya beberapa bulan belakangan ini.
"Juna, juna ada apa? Prilly baik-baik aja kan?" Tanya tante Lia dengan wajah cemas. Saat Juna menghubunginya tadi ia memang sudah di jalan menuju rumah sakit. Entah kenapa perasaannya mendadak tidak tenang, oleh sebab itu setelah suaminya pergi ke kantor tante Lia segera meluncur kerumah sakit kembali.
"Juna nggak tau tante, dokter masih di dalam."
"Apa yang terjadi sama Prilly? Bukannya tadi keadaannya sudah mulai membaik ya jun?"
"Juna juga nggak tau tante, tadi tiba-tiba aja detak jantung Prilly nggak normal terus kejang-kejang setelah Ali keluar." Jelas Juna
"Ali? Tadi Ali kesini?"
"Iya. Setelah oom sama tante pamit Ali datang, dia emang nggak lama karena yang Juna liat dia dapat telfon dari mamanya, kayaknya sih disuruh pulang."
"Pasti semua ini gara-gara anak itu! Mba Ratna emang keterlaluan!" Tiba-tiba emosi tante Lia memuncak. Ia tahu betul bahwa mantan sahabatnya itu tidak suka Ali berhubungan lagi dengan putrinya. Bisa saja Ali sengaja disuruh datang untuk menghabisi Prilly dengan berbagai ancamannya. Pikiran-pikiran negativ pun akhirnya muncul.
Ceklekk
"Hana, gimana putri ku han?" Tante Lia langsung menodong pertanyaan saat melihat dokter Hana keluar.
"Alhamdulillah Prilly sudah siuman kak." Jawab dokter Hana tersenyum.
"Alhamdulillah ya Allah... kamu serius han ponakanmu itu sudah siuman?"
"Iya kak, ternyata kejang-kejang dan detak jantungnya itu sebagian reaksi alam bawah sadarnya, ini benar-benar keajaiban. Bahkan sekarang keadaan Prilly sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Besok Prilly kita pindahkan ke ICU." Jelas dokter Hana ikut senang.
"Ya Allah ternyata aku sudah berburuk sangka pada anak itu,"
"Berburuk sangka? Maksud kakak?"
"Tadi Ali datang, dan mungkin aja yang kamu bilang itu benar han, kalau kehadiran Ali itu bisa membantu keadaan Prilly."
"Tadi ada Ali? Kok aku nggak liat ya kak."
"Tadi Ali emang cuma sebentar dok, dia kayaknya buru-buru gitu." Sahut Juna.
"Ooohh pantesan. Yaudah kalau gitu aku permisi dulu ya kak, masih ada pasien." Dokter Hana pamit kemudian berlalu meninggalkan tante Lia dan juga Juna dengan wajah berbinar. Tentu ia turut berbahagia keponakannya kini sudah sadar dari komanya dan kondisinya pun sudah membaik.
"Alhamdulillah ya Allah, terimakasih Ali. Kamu sudah sangat sering membantu kami tanpa orang lain tau, semoga mba Ratna segera terbuka mata hatinya." Tante Lia menangkupkan kedua tangannya mengucap syukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Couple
FanfictionHanya karena sebuah ikatan persahabatan Ali dan Prilly mendapat gelar perfect couple dan menjadi pasangan terpopular di sekolahnya? WOW, AMAZING! Sebelum membaca follow me dulu, okeh? 😉