perfect37

4.2K 310 22
                                    

"Lo ngapain ngajak gue ketemuan?"

"Emangnya kenapa? Kan lo sendiri yang bilang kalau kita ini sahabat. Lo lupa ya?"

"Ouuuu...semenjak sembuh dari koma otak lo agak geser ya? Lo waras kan Prilly Niccollette?" Amara menempelkan punggung tangannya pada dahi Prilly seolah-olah memeriksa suhu tubuhnya.

"Amara, gue sekarang udah sadar kok kalau lo emang jauh lebih pantas bersanding sama Ali. Gue ikut bahagian atas pernikahan kalian." Prilly tersenyum lembut menatap Amara.

"Bagus deh kalau lo sadar, berarti lusa lo bisa datang dong di acara pernikahan gue sama Ali?"

"Iya, gue pasti datang ra." Prilly mengangguk mantap.

"Sebenarnya gue udah tau sih maksud lo nikahin Ali itu apa, karena dendam kan?" Ucap Prilly tiba-tiba.

"Ma...maksud lo apaan? Gue nggak ngerti." Amara yang mendengar itu sontak tergagap tidak percaya. Prilly tahu dari mana? Pikirnya.

"Lo nggak perlu tau gue tau dari mana, yang jelas gue tau semuanya! Bahkan gue juga tau lo rencanain ini semua atas dukungan orang tua lo, iyakan Amara?" Skakmat! Wajah Amara tiba-tiba saja berubah pucat. Berkali-kali Amara menelan ludahnya yang terasa kering mendengar penuturan gadis di depannya ini.

"Lo ngomong apa sih? Gue nggak ngerti, lo jangan fitnah gue ya!"

"Amara, Amara. Kalau lo emang ngerasa nggak bersalah, muka lo biasa aja dong! Jangan pucat gitu, slow girl!" Prilly terkekeh sinis menatap Amara.

"Mau lo itu apa sih ha? Lo inget umur cewek penyakitan! Lo pikir gue takut sama lo? Enggak sama sekali. Kalau lo tau rencana gue, kenapa? Lo mau laporin ke Ali sama orang tuanya? Gue nggak takut!"  Cerocos Amara menantang. Dadanya naik turun menahan amarah.

"Loh? siapa juga yang nantangin elo sih Amara. Gue cuma bilang kalau sebenarnya lo itu mau nikah sama Ali cuma karena mau balas dendam. Benar kan yang gue bilang?"

"Iya! Kenapa? Lo mau jadi pahlawan? Bongkar semua rencana gue ini ke Ali? Hahaha... Prilly, Prilly! percuma, lo mau bilang sampe berbusa juga tante Ratna nggak akan percaya sama elo. Dia itu udah benci banget sama cewek penyakitan macam lo ini." Amara tertawa sambil menunjuk-nunjuk wajah Prilly menghina. Sepertinya Amara sudah kehilangan akal sehatnya dengan mengakui semua kebusukannya didepan Prilly, dengan seperti itu dia mengantarkan nyawanya sendiri ke kandang singa. Benar-benar bunuh diri.

Saat ini Amara dan Prilly sedang berada disebuah kaffe, seminggu ini kesehatan Prilly memang sudah sangat membaik. Dua hari yang lalu Prilly diperbolehkan pulang dengan catatan harus rutin check up seperti biasa dan juga meminum obatnya teratur. Angin apa yang membawa Prilly sampai ingin bertemu Amara itu karena Ali sudah menceritakan semua kebusukannya. Selama seminggu ini Ali menyelidi Amara dan ia berhasil mendapatkan satu fakta mengejutkan, yaitu tentang misi Amara. Oleh karena itulah Prilly berinisiatif bertemu dengan Amara, dan ternyata tidak sulit untuk mengajak Amara bertemu, dengan senang hati gadis itu langsung mengiyakan.

"Ya, gue sadar akan itu kok. Tante Ratna emang nggak mungkin percaya gitu aja sama gue, tapi Ali, dia pasti percaya 100% sama sahabatnya sendiri."

"Ali? Duh pril, pril... mau Ali tau atau enggak itu nggak ngaruh buat gue, Ali itu nggak ada apa-apanya. Hhh, kalian berdua itu sama aja ogeb. Alias bego!" Ucap Amara sinis.

"Yaa karena itulah, meskipun hubungan kita pernah jauh gara-gara PERUSAK! Alhamdulillah nya kita bisa kembali, karena hati kita itu satu, cinta kita berdua itu kuat. Dan seperti yang lo bilang tadi begonya kita itu sama." Balas Prilly tak kalah sinis dengan menekan kata 'perusak' sambil menatap Amara benci.

"Heuhh, whatever lah! buang-buang waktu aja ngomong sama cewek penyakitan yang ogebnya nggak ketulungan! Bye cewek penyakitan." Amara bangkit mengibaskan tangan kanannya setelah berkata sinis pada Prilly. Gadis itu berlalu meninggalkan Prilly yang memandangnya menyeringai, kelicikan harus dibalas dengan kelicikan pula. Bisik batin Prilly.

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang