"Kau kenapa??" Tanya Galang mendekat. Terdengar nada khawatir dalam pertanyaannya. "Ini gara-gara kau otak tumpul!!" Thea memukul pelan bahu Galang. "Aku bilang jangan terlalu cepat, tapi kau malah meninggalkanku" ucap Thea pelan, mencoba menahan air mata. Galang hanya terdiam. "Kakiku terkilir" lanjut Thea lagi. Galang menghela nafas. Ia kemudian berjongkok. "Gadis bodoh!. Harusnya jangan memakai high heels disaat musim dingin" ucap Galang datar namun sebenarnya ada nada khawatir dalam ucapannya. Thea duduk perlahan diatas tangga. "Hak sepatumu patah" ucap Galang melepas sepatu Thea. Thea meringis saat Galang menyentuh pergelangan kakinya. "Pelan-pelan otak tumpul!! Sakit!" Ucap Thea menepuk bahu Galang. "Kau ini cerewet sekali. Kalau sakit, remas saja tanganku" ucap Galang memijit pergelangan kaki Thea pelan. Thea yang melihat itu hanya terdiam sambil terus memperhatikan wajah Galang yang terlihat serius. Senyum tersungging dibibir Thea. "Aw!! Sakit!!" Pekik Thea tefleks mencakar tangan Galang. Galang hanya meringis. "Sudah. Sepertinya jauh lebih baik" ucap Galang mengangkat wajahnya. Lagi-lagi jarak wajah mereka hanya beberapa inchi. Thea menundukan wajah mengalingkan pandangan, matanya tak sengaja melihat bekas cakaran di lengan Galang. Baru saja Galang akan berdiri, namun Thea menahan tangannya. Ia mencari-cari sesuatu di tasnya, tak lama ia mengeluarkan plester mickey mouse. Dalam diam, Thea memasangkan plester tsb ke tangan Galang. Galang yang melihat hal itu hanya tertegun. "Ayo kita pergi. Aku sudah tak lapar" ucap Thea berdiri sambil melangkah dengan sedikit pincang. Galang menahan tangan Thea, ia menoleh. "Lepaskan sepatumu" ucap Galang datar. Thea mengernyitkan alis, bingung. "Lepaskan sepatumu, pakai sepatuku" ucap Galang melepas sepatu kulitnya.
"Tapi,, aku,, hm,, kau,, kau bagaimana?" Tanya Thea bingung. "Aku tak mau kau sakit, nanti ayah pasti akan menghukumku" ucap Galang datar melepas sepatunya. Terlihat ia memakai kaus kaki berwarna cokelat. Dengan ragu Thea melepas high heelsnya, kemudian memakai sepatu Galang. Galang kemudian melangkah dalam diam menuju motornya. Thea hanya tertegun melihat sosok laki-laki yang sedang menoleh kearahnya menyuruh ia untuk segera menyusul. **** Galang mengantar Thea hingga ke depan rumah. Ia masuk ke dalam rumah dengan menjinjing high heels ditangan kanannya. Ia berjalan dengan sedikit pincang. "Ada apa dengan kakimu?" Tanya Digo tiba-tiba. "Aku terkilir" ucap Thea menoleh. Ia meletakan high heelsnya di rak sepatu. "Kompres kakimu, sebelum kakimu membengkak" ucap Digo duduk disofa. "Ngomong-ngomong, jaket siapa itu?" Tanya Digo menyipitkan mata. Thea terlonjak kaget, saat ia menyadari jaket Galang masih menempel di tubuhnya. Ia lupa mengembalikan jaket itu. Itu berarti ia harus bertemu dengan laki-laki itu lagi. Entah mengapa, namun ada rasa aneh yang muncul dihatinya. Entah rasa senang atau apa, namun rasanya ia sudah tak sabar bertemu dengan laki-laki itu lagi. Thea menggeleng pelan, saat menyadari pikirannya. **** Sesampainya dirumah, Galang langsung berendam air panas. Pekerjaannya di kantor yang menumpuk, dan menemani gadis itu seharian membuat urat-uratnya sedikit menegang. Galang menutup mata, mencoba menikmati suhu air yang meresap ke dalam tubuhnya. Tiba-tiba wajah Thea yang sedang tersenyum dan meluncur di es melintas dipikirannya. Galang langsung membuka mata, dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Ada apa dengannya?. Ia menoleh ke tangan kanannya. Terdapat plester mickey mouse disana. Senyum Galang mengembang. Entah apa yang terjadi, namun saat ia bersama gadis itu rasanya semua berbeda. Galang terlonjak kaget, saat ia menyadari pikirannya. "Apa yang aku pikirankan? Aku punya Nayla, dan hanya dia yang aku cintai" ucap Galang menenggelamkan tubuhnya.
"Thea bangun!" Digo menghempaskan tubuhnya ke kasur Thea, ia menggoncangkan pelan tubuh Thea yang masih meringkuk dibawah selimut tebalnya. Salju saat ini memang kembali turun. Thea masih terdiam, tak ada tanda-tanda ia akan membuka mata. "Thea! Bangun!! Ini udah hampir mau jam 10 pagi" ucap Digo sedikit berteriak. Lenguhan pelan keluar dari mulut Thea. "Aku masih mengantuk Digo" ucap Thea parau. "Tadi malam, aku baru bisa tidur jam 2 malam. lagipula hari ini aku libur kerja" lanjut Thea menarik selimutnya kembali. "Tapi sebelum pergi, ayah berpesan padaku. Kalau kau disuruh untuk membuat makanan untuk Galang dan mengirimnya ke kantornya siang ini" ucap Digo datar. Hening, tak ada respon. Tiba-tiba Thea terlonjak kaget dan langsung terduduk dengan mata yang masih sayu. "Mengapa ayah menyuruhku membuat makanan untuknya?" Tanya Thea bingung. Digo mengangkat bahu. "Aku tidak mau!" Thea kembali meringkuk dibawah kasur. "Tapi ayah bilang, kalau kau tidak mau, maka pekerjaanmu,," "baiklah, baiklah. Cerewet!! Keluar sana, aku mau siap" ucap Thea meringkuk keluar dari ranjangnya. ****** Dengan langkah kaki yang masih sedikit pincang, Thea keluar dari taxi masuk ke kantor Galang. Ia terlihat memakai jaket tebal berwarna biru muda, dan sarung tangan berwarna cokelat muda. Ia masuk ke lift, menuju lantai 19. Terlihat seorang sekretaris disana. "Selamat siang, nona. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang gadis itu sambil berdiri. Ia tersenyum dengan ramah. Thea melirik name tag gadis tersebut. Michelle Joan. "Hm,, saya,, saya,," ucap Thea dengan tersendat-sendat. Ia bingung harus mengatakan apa. Michelle terlihat menunggu. "Saya Thea, calon,, calon tunangan Galang" Ucap Thea sedikit canggung. Ia menghela nafas lega, setelah ia berhasil mengatakan hal itu. Michelle terlihat kaget. Ekspresinya terlihat antara bingung dan kaget. "Saya mau bertemu dengan Galang. Apa dia ada?" Tanya Thea mencoba menyembunyikan semburat merah. "Pak Galang ada didalam ruangannya" ucap Michelle sedikit ragu. Ia sedikit menunduk. Ada apa dengan gadis ini? Batin Thea.
Bersambung

YOU ARE READING
POP
FantasiOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...