Sesampainya di rumah sakit, Galang segera membuka pintu dan berlari memutar. Ia membuka pintu penumpang dan segera mengangkat tubuh Thea. Nafasnya terengah-engah. Keringat juga telah membasahi tubuhnya, namun ia tak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah nyawa gadis dalam dekapannya. Nyawa yang mungkin di ujung tanduk. Galang menggeleng, membayangkannya saja sudah membuat jantungnya seakan berhenti. "Tolong.." ucap Galang lirih. Ia memutar badan ke kiri dan kanan. Entah mengapa hari ini rumah sakit itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Darah Thea menetes ke lantai sejak tadi ia membawanya dari mobil. "Aku mohon,, siapapun,, TOLONG AKU!!" Ucap Galang lirih kemudian berteriak frustasi. Namun tak ada satu pun suster yang menghampirinya. Mereka benar2 sibuk, entah mungkin ada bencana alam atau apa. "Aku mohon,, tolong calon istriku.." ucap Galang dengan nada bergetar menahan tangis. Matanya sudah berkaca-kaca sejak tadi, akhirnya air matanya menetes. Seseorang menepuk bahu Galang pelan. "Bisa saya bantu?" Tanya suster tersebut. "Tolong,, tolong dia.. tadi dia kecelakaan" ucap Galang pelan hampir tak terdengar. Suster tersebut mengangguk, kemudian menyuruh Galang untuk mengikutinya ke UGD. Galang menurunkan Thea di ranjang, ia melihat gadis itu dengan tatapan sendu. Perlahan ia mencium kening Thea lama, mencoba menguatkan gadia itu dan dirinya sendiri. Suster tsb menepuk kembali bahu Galang. "Kekasih anda akan baik-baik saja. Tolong tuan keluar dulu, karena dokter sebentar lagi akan datang" ucap Suster tsb tersenyum. Galang mengangguk kemudian melangkah keluar dengan lemas.
Galang menutup pintunya kembali. Ia melihat tangan kirinya yang penuh dengan darah Thea. Tatapan matanya kosong, yang ada dalam pikirannya hanyalah gadis di dalam ruangan itu, yang sedang berjuang untuk hidup. Dengan tangan gemetar, ia memberikan pesan pada disi kalau Thea kecelakaan. Ia tak sanggup untuk memberitahukan ayahnya dan ayah Thea secara langsung. Galang melangkah pelan menuju toilet. Ia membuka kran air kemudian membasuh tangan kirinya pelan. Wajahnya sendu dan ia hanya bisa menghela nafas, berat. Matanya kembali berkaca-kaca saat mengingat mobil Thea yang menghindari truk besar. Galang mengepalkan tangan. "Ini salahku.. ini salahku.. Theaa,, sayaang" lirih Galang terduduk dilantai. Galang terisak. Ia sungguh takut kehilangan gadis itu. Ia bahkan belum menjelaskan apapun padanya. "Aku,, aku minta maaf.." ucap Galang terbata, ia meremas pelan rambutnya. Dengan susah payah ia berdiri, tangan kanannya bertumpu pada wastafel. Dengan langkah berat ia keluar dari toilet kembali ke ruang UGD. Ia terus saja menunduk, wajahnya hanya bisa ia tekuk. "Galang" ucap Harun membuat Galang mengangkat kepala. Terlihat keluarganya dan keluarga Thea sudah berada disana. "Apa yang terjadi? Mengapa menantuku bisa kecelakaan?" Tanya Harun dengan wajah cemas. Russel dan Disi hanya diam menunggu jawaban. Tiba-tiba tangan Galang gemetar mengingat hal itu. Galang membuka mulut namun mengatupkannya kembali. Ia masih terlihat shock. "Ta,, tadi,, di, dia,," Galang menunjuk dirinya sendiri namun tak ada suara yang keluar. Russel menepuk bahu Galang pelan. "Tak apa. Sepertinya kau masih shock. Lebih baik kau tenangkan dirimu dulu. Aku yakin Thea baik-baik saja. Dia gadis yang kuat" ucap Russel lembut kemudian tersenyum. Galang hanya mengangguk pelan. Sisi tiba-tiba memeluk Galang, seakan ia tahu hanya pelukan yg ia butuhkan sekarang, dan Galang kembali terisak.
"Dok, bagaimana keadaan anak saya?" Tanya Russel membuat semuanya menoleh. "Tangan kirinya patah, dan pelipisnya terbentur dengan keras. Saya blm bisa mengetahui apakah ada pendarahn di otak atau tidak, setelah pasien sadar kami baru bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut" ucap dokter tsb panjang lebar. Russel hanya mengangguk. Galang bernafas lega. Syukurlah. Batin Galang. "Apa kami boleh menjenguknya sekarang?" Tanya Harun penasaran. "Boleh. Dia berada diruang inap sekarang. Hanya saja dia belum sadar. Kalau begitu saya permisi" Ucap dokter tsb melangkah pergi. Digo kemudian menanyakan pd suster dimana kakaknya dirawat, setelah itu mereka semua langsung menuju kamar Thea. Galang yang melangkah masuk terlebih dahulu. Terlihat Thea berbaring dengan wajah yang tenang, tangan kirinya di gisp dan pelipisnya di perban. Galang mencium kening Thea lembut. "Aku senang kau selamat" ucap Galang pelan. "Sudah ku bilang, dia akan baik-baik saja" ucap Russel menepuk bahu Galang. Galang hanya mengangguk. ***** 3 hari sudah sejak kecelakaan itu. Galang terus menunggu Thea. Ia ingin menjadi orang pertama yang Thea lihat saat gadis itu sadar. Tiba-tiba jari kanan Thea bergerak, membuat Galang terkesiap. Perlahan kelopak matanya terbuka, membuat senyum Galang merekah. Hal pertama yang Thea lihat adalah putih dan agak mengabur. Thea mengerjapkan mata. "Aku dimana?" Tanya Thea lirih. "Kau di rumah sakit sayang" ucap Galang tersenyum bahagia, ia terus memandang Thea dengan tatapan rindu. Thea menoleh perlahan. Wajahnya tiba-tiba menegang dengan mata yang membesar karena kaget. "Kau?? Otak tumpul!!" Teriak Thea kaget. Hei, darimana datangnya kekuatan itu?. Galang mengerjap kaget. "O,, otak, tumpul?" Ucap Galang ragu. "Apa yang kau lakukan disini?!" Pekik Thea. "Tentu saja aku sedang menemanimu sayang" ucap Galang lembut.
Galang tersenyum, ia mengeratkan genggamannya. "Tentu saja aku menunggumu sadar sayang" ucap Galang tersenyum. Sedangkan Thea hanya bisa bergidik. Ada apa dengan laki-laki ini? Apa ia sudah gila? Batin Thea. Ia mengernyit bingung. "Apa yang kau lakukan? Mengapa kau daritadi terus menggenggam tanganku?? Dan Kenapa juga kau terus memanggilku sayang?!" Tanya Thea dengan nada kesal. Galang mengernyit bingung. "Apa maksudmu sa," "Ya Tuhan, kita bahkan hampir 10 tahun tak pernah bertemu. Mengapa kau tiba-tiba ada disini?!" Ucap Thea melepaskan tangan kanannya. Galang hanya diam mematung. Cobaan apa lagi ini? Batin Galang. "Kau tidak ingat padaku?" Tanya Galang ragu. Thea mendengus. "Pertanyaan macam apa itu. Tentu saja aku ingat. Kau Galang. Otak tumpul!!. Laki-laki menyebalkan!!" ucap Thea sedikit berteriak. Galang membuka mulut dan mengatupkannya kembali, ia shock. Gadis ini hilang ingatan, ia melupakannya. "Dimana Tristan?? Dimana ayah dan Digo? Mengapa malah kau yang menungguiku??" Tanya Thea mulai panik. Galang hanya bisa terdiam saat gadis itu mengingat mantan kekasihnya. "TRISTAN!! TRISTAN!!" teriak Thea lagi. Ia mencoba untuk duduk. "DIA TIDAK ADA DISINI!! LAKI-LAKI BRENGSEK ITU TIDAK ADA DISINI!!" teriak Galang tak kalah kencang membuat wajah Thea memerah karena marah. "Hei!! Otak tumpul!! Kau tidak mengenal dia! Berani sekali kau menyebut kekasihku brengsek?! Dasar sialan!!" Umpat Thea mendorong tangan Galang dari ranjang. Galang terpaku, bagaimana bisa gadis ini membela laki-laki lain. Hatinya sakit, benar-benar sakit. "Sebaiknya kau pergi darisini!!" Ucap Thea sedikit berteriak. Galang hanya bisa terdiam, ia mengepalkan tangan menahan amarah. Matanya berkaca-kaca.
Bersambung
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...