Tristan lagi-lagi menghela nafas, ia benar-benar gugup. "Hm, sebelumnya aku minta maaf padamu sayang" Tristan menggenggam tangan Thea erat. "Aku tak mengerti. Minta maaf? Untuk apa?" Tanya Thea bingung. Tristan menghela nafas (lagi), ia seperti berat mengatakan hal ini. "Ayahmu,," kata-kata Tristan menggantung. Thea mengangkat sebelah alisnya. "Dia berjanji,, akan memberikanku sebuah galeri di pusat kota Paris,, jika aku mau melepaskanmu dan juga membantunya untuk membuatmu dekat dengan tunanganmu itu" ucap Tristan akhirnya. Thea menegang, ia melepaskan pegangan Tristan pada tangannya. Tiba-tiba pandangannya menjadi kosong. "Sorry,, sepertinya,, aku barusan salah dengar. Apa,, kau baru saja bilang sebuah galeri?" Tanya Thea memastikan dengan nada bergetar. Tristan mengangguk pelan. Seperti tersadar, Thea mengerjapkan matanya. Tiba-tiba Thea mendengus marah. "Jadi, kau menukarkan aku demi sebuah galeri?" Tanya Thea datar dan dingin. "Bukan,," "Aku tanya sekali lagi, APA KAU MENUKARKAN AKU DEMI SEBUAH GALERI?!" teriak Thea dengan nada marah. Tangannya terlihat mengepal dan wajahnya sudah memerah. Ia kecewa, marah dan sakit hati. Tristan menunduk, ia tahu gadis ini pasti marah dan sakit hati padanya. "Maafkan aku" Tristan mencoba menyentuh tangan Thea, namun gadis itu menepisnya kasar. Thea menyeringai marah. "Aku tak menyangka, ternyata cintamu sedangkal itu" ucap Thea dingin. Tristan hanya terdiam. Thea mendengus. "Dari dulu kau memang lebih mencintai pekerjaanmu dibandingkan aku" Thea berkata lagi. Tristan mencoba meraih tangan Thea, namun gadis itu lagi-lagi menepisnya.
Tiba-tiba mata Thea berkaca-kaca. Namun gadis itu mencoba menahan sekuat tenaga, ia tak ingin menangis di depan laki-laki ini. "Kau laki-laki murahan. Tak punya harga diri" Thea menggeleng tak percaya, kekasihnya, mungkin mantan kekasih tega berbuat seperti itu. "BRENGSEK!! Sialan!" Thea berteriak sambil memutar tubuhnya. Tristan hanya bisa mematung menerima kemarahan gadis itu. Ia kembali berbalik. "Aku muak denganmu. Aku benci padamu. Ambil galeri itu dan jangan pernah berani muncul dihadapanku lagi" ucap Thea dengan nada sedingin mungkin. Tristan hanya menghela nafas, ia tak berhak menjelaskan apa-apa lagi. Thea menoleh, saat ia akan melangkah pergi, ia kembali berbalik. "Satu lagi. Ini hadiah untukmu" Thea menampar pipi Tristan dengan keras. Laki-laki tersebut hanya memegang pipi kirinya yang sedikit memerah. Thea melangkah pergi dengan mata berkaca-kaca. ********* Disaat yang bersamaan. "Hm, ada yang mau aku katakan padamu, Lang" Nayla terlihat lebih berani daripada Tristan, seperti tak punya rasa bersalah. "Ada laki-laki lain. Namanya Jordan" Nayla kembali berbicara saat yakin Galang hanya terdiam. Galang hanya mengangkat alis. "Aku sudah berhubungan dengannya, 4 bulan yang lalu" ucap Nayla dengan nada datar. Galang tiba-tiba mengepal. Ia tersenyum sinis. "Jadi maksudmu, kau benar-benar berselingkuh?" Tanya Galang sinis. Nayla mengangguk pelan. "Maafkan aku. Aku lelah dengan ayahmu yang selalu tak suka denganku. Aku lelah karena kau kadang tidak pernah ada saat aku membutuhkanku. Tapi dia,, dia selalu ada,," "Cukup. Aku mengerti. Kau seharusnya tak mencari pelampiasan dari semua ini" ucap Galang mencoba bicara dengan nada sedatar mungkin, meski amarah sudah menguasainya. "Aku tak menyangka, ternyata apa yang dikatakan ayahku tentangmu itu adalah sebuah kebenaran" Galang menghela nafas. Nayla hanya terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku melepaskanmu" ucap Galang akhirnya. Nayla meneteskan air mata, bagaimana pun laki-laki ini selalu mengisi hari-harinya selama satu tahun belakangan, dan kalau boleh jujur ia masih mencintai laki-laki didepannya. Namun apa mau dikata, keadaan sudah mulai tak berpihak padanya.
Tiba-tiba Thea berlari melewati Naga dengan air mata yang mengalir deras. Galang yang melihat itu, mencoba berteriak memanggil namanya. Namun gadis itu sama sekali tak menggubrisnya. "Lebih baik kau kejar dia" ucap Nayla dengan nada sedikit parau. Galang mengangguk kemudian berlari mencoba mengejar tunangannya, kebahagiaannya. "Theaa!" Galang menarik tangan Thea, namun gadis itu menepisnya. "Theaa!! Tunggu! Aku bilang tunggu!!" Ucap Galang menarik tangan Thea. "Lepaskan aku!!" Teriak Thea dengan nada parau. "Ada apa?" Tanya Galang khawatir. Thea hanya terdiam memandang wajah Galang masih dengan terisak. Ucapan Tristan kembali terngiang. Wajah Thea terlihat merah menahan amarah. "Aku,, aku membencimu!!" Ucap Thea menghempaskan tangan Galang. Galang hanya bisa terdiam kaku. "Aku benci kau!! Aku benci!!" ucap Thea terisak sambil terus memukul pelan dada Galang dengan kedua tangan. "Gara-gara kau Tristan melepaskanku.." ucap Thea terisak, ia menumpahkan segala kekesalannya. Galang melihat wajah Thea dengan tatapan sendu. "Aku benci,, hikz. Aku benci,, diriku sendiri" ucap Thea jujur. "Aku bahkan tak ada harganya,, hikz, dibandingkan dengan sebuah galeri" Thea terduduk sambil menutup wajahnya, ia menangis tersedu-sedu. Galang mengepalkan tangannya menahan amarah. Jadi laki-laki brengsek itu melepaskan gadis ini demi sebuah galeri? Batin Galang penuh amarah. Ingin sekali ia memukul wajah laki-laki itu hingga tak berbentuk karena ia sudah berani menyakiti gadisnya. Galang menghela nafas, ia kemudian berjongkok. Tubuh Thea bergetar. Perlahan ia menarik Thea kedalam pelukannya. Ia mengelus pelan punggung Thea. "Kau tau, kau lebih berharga dari apapun di dunia ini" bisik Galang dengan penuh ketulusan. Namun Thea masih menangis sambil terus menutup wajahnya. "Hanya laki-laki bodoh, yang berani melepaskanmu" ucap Galang mengeratkan pelukannya. Mendengar hal itu, tangis Thea mulai mereda. "Aku mencintaimu. Dan aku, tidak akan pernah mau melepaskanmu atau menukarmu dengan apapun, karena kau sangat berarti untukku" ucap Galang tak sadar dengan ucapannya. Tubuh Thea menegang. Ia melepaskan pelukannya. Apa barusan ia salah dengar?
"Jangan menangis. Aku ada disini. Aku akan selalu ada disampingmu" ucap Galang menghapus air mata Thea. "Hm, tadi kau bilang apa?" Tanya Thea terisak. Galang menyernyit bingung. "Yang mana? Kau sangat berarti untukku" ucap Galang mengulang kalimatnya, membuat semburat merah muncul diwajah Thea, tapi bukan itu yang ia maksud. "Bukan, sebelumnya" ucap Thea masih terisak. "Aku tidak akan melepaskanmu" ucap Galang yakin. Jantung Thea semakin berdebar, ia menggigit bibir bawahnya. "Hm, sebelumnya" ucap Thea pelan. Dadanya mulai naik turun. Galang terlihat berpikir keras. Memang apa uang sudah ia katakan?. Galang mencoba memutar memorinya. Tiba-tiba ia tersentak. Apa tadi aku bilang kalau aku mencintainya? Batin Galang panik. Keringat dingin tiba-tiba menetes dari pelipisnya. "Hm,, itu,, anu,, hm.." ucap Galang tergagap. Sialan. Kenapa ia jadi grogi setengah mati. Thea terus memperhatikan wajah Galang dengan mata yanh masih memerah dan sembab. Nafas Galang terlihat memburu. Dadanya sesak hingga rasanya ingin meledak. "Aku mencintaimu" ucap Galang cepat membuat keduanya terlonjak kaget. Galathe sama-sama mengerjapkan mata. Keduanya tiba-tiba merona. Jantung Thea sudah berdebar sejak tadi, dan sekarang rasanya ia mulai kehabisan nafas. Bahkan kejadian menyakitkan tadi, rasanya sudah terganti dan terlupakan. Oxygen, where are you? Batin Thea. Ia menundukan wajah, malu. Ia tak ingin Galang melihatnya dengan keadaan mata sembab namun wajah yang merona hebat. Sialan. Mengapa laki-laki ini berefek besar sekali untukku? Rutuk Thea dalam hati. Aku nulis part ini, sampe deg2an asli.. hahaha
Bersambung
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...