"Apa kau pernah menanyakan perasaannya padamu?" Tanya Sisi. Galang menggeleng-geleng. "Dari cara dia,, hik, menatapku,, aku tau,, hik" ucap Galang meneguk kembali gelasnya. "Hentikan" ucap Thea datar, ia merebut gelas dari tangan Galang. Wajah Thea terlihat kesal. "Ada apa denganmu?! Kau sendiri yang bilang, ini acara pertunangan kita. Kenapa kau malah mempermalukan dirimu sendiri?!" Ucap Thea dingin. Sisi yang menyadari suhu udara mulai memanas, memutuskan melangkah pergi. Galang hanya menyeringai. "Apa pedulimu?" Tanya Galang berdiri. Ia melangkahkan kaki kirinya, namun seketika keseimbangannya hilang. Thea langsung memegang tangan Galang agar ia tak terjatuh. "Tentu saja aku peduli. Ayahmu menyuruhku untuk mengantarkan kau pulang. Jadi ayo kita pulang sekarang" ucap Thea melingkarkan tangan kiri Galang ke bahunya dan memapah Galang menuju tempat parkir. Mata Galang terlihat sudah tak fokus. Ia mengambil kunci mobil di jas Galang, kemudian membuka pintu penumpang. Dengan susah payah Thea mendudukan Galang kemudian memasangkan seat belt. Ia menutup pintu kemudian berlari menuju kursi pengemudi. "Merepotkan" Thea menghela nafas kemudian segera memacu mobil Galang dengan kecepatan sedang. Terlihat Galang sudah tertidur, terbukti dari dengkuran halus yang keluar dari mulutnya. "Theaa.." tiba-tiba Galang mengigau dengan suara serak. Thea terdiam, ia mencengkram kemudinya. "Theaaa.." Ucap Galang lagi, entah apa yang terjadi tapi dada Thea tiba-tiba terasa sakit. Ia menoleh, kemudian menggenggam tangan Galang erat. "Aku disini" ucap Thea pelan berharap Galang bisa lebih tenang.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Galang, karena tentu saja Thea tak tahu dimana apartment Galang, laki-laki itu hanya tertidur dengan wajah cemas. Thea hanya bisa menghela nafas. Sesampainya dirumah Galang, Thea langsung memapahnya menuju kamar Galang yang ditunjukan salah satu pembantu disana. Dengan susah payah, Thea menghempaskan tubuh Galang yang cukup berat ke ranjang king size. "Merepotkan" ucap The dengan nafas sedikit memburu. Wajah Thea merona saat ia menyadari wajah mereka begitu dekat. Ia segera bangun kemudian mulai melangkah, namun tangannya tiba-tiba ditarik seseorang. Thea menoleh. Kelopak mata Galang terbuka meski terlihat tidak fokus. "Jangan pergi,, aku mohon.." ucap Galang parau. Thea terdiam. Galang kemudian mendudukan tubuhnya dan menarik Thea ke dalam pelukannya. Thea tersentak. Jantungnya mulai berdebar, ia yakin wajahnya juga pasti telah merona. "Theaaa.." bisik Galang dengan suara serak. Thea hanya terdiam menunggu laki-laki itu menyelesaikan ucapannya. "Aku,, aku minta,, maaf" ucap Galang terbata-bata. Hening kemudian. Tiba-tiba Galang terisak. Thea terlonjak kaget, ia mencoba melepaskan pelukan Galang, namun Galang malah mengeratkan pelukannya. "Maaf,, atas apa, yang telah aku lakukan dulu.. aku,, tak akan menyalahkanmu kalau kau membenciku karena itu" ucap Galang dengan nada bergetar, tidak bukan nada suaranya saja yang bergetar, bahkan tubuhnya pun mulai bergetar. Thea masih diam, ia taj menyangka bisa melihat Galang dengan sosok ini. Apa perasaan dan beban ini, yang selama ini ia rasakan? Batin Thea. Tiba-tiba hatinya ikut terasa sakit. Perlahan ia membalas pelukan Galang kemudian mengelus punggungnya pelan. Galang lagi-lagi terisak. "Maaf, sungguh,, aku benar-benar minta maaf" ucap Galang pelan, sepertinya alhokol tidak berpengaruh padanya sama sekali.
Bersambung
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...