Part 32

192 11 0
                                    

Galang tersenyum pahit. Gadis itu tertegun melihat luka diwajah Galang. "Aku tak pernah bermimpi, kau malah melupakanku. Kau lupa padaku. Kau memang mengingatku,, tapi.." ada jeda dalam kata-katanya. Ia menghembuskan nafas berat. "Kau lupa tentang kita.. Seminggu lagi kita menikah, kau bahkan tak ingat itu kan?" Ucap Galang tersenyum getir, ia mengepalkan tangan menahan air mata. Lagi-lagi Thea tertegun, ia tak pernah melihat laki-laki ini terluka seperti ini dan entah mengapa hatinya ikut merasa sakit. "A, aku.." Thea bingung mau mengatakan apa, pasalnya apa yang dikatakan Galang memang benar adanya. Galang lagi-lagi tersenyum pahit. "Sudahlah. Aku tak mau memaksamu untuk mengingatnya. Aku tak mau kepalamu sakit" ucap Galang penuh dengan nada khawatir. Thea bingung dengan perubahan sikap dirinya, kemarin ia begitu cuek pada laki-laki ini, tapi mengapa sekarang ia merasa begitu peduli pada laki-laki ini. Galang memandang Thea dengan pandangan dalam dan penuh kerinduan. Galang menyentuh pipi Thea pelan kemudian mengelusnya, membuat jantung Thea berdesir hebat. Entah mengapa kali ini ia menyukai sentuhan laki-laki ini. Galang tersenyum hangat kemudian mendekatkan wajahnya perlahan. "Ap,," Galang mencium Thea, membuat mata gadis itu membesar kaget. Jantungnya tiba2 berdebar dua kali lebih cepat kemudian panas langsung menjalar ke wajahnya. Namun entah mengapa, ia sama sekali tak berontak seperti pertama kali laki-laki itu menciumnya. Gadis itu malah nyaman dengan hal itu. Thea tersentak saat sekilas ia membalas ciuman Galang, refleks ia langsung mendorong Galang dan membuat jarak diantara mereka.

Nafas keduanya terlihat memburu. Jantung Thea berdebar semakin menggila. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Thea dengan nada sedikit bergetar. Galang hanya bisa tersenyum manis. Ia sekarang tau, meski gadis itu melupakannya, meski ia hilang ingatan, perasaan gadis itu padanya masih tetap sama. "Kau sekarang lebih nakal ya" goda Galang menyeringai geli, membuat semburat merah muncul di wajah Thea. "Aku,," "Tapi aku suka" ucap Galang tersenyum hangat. Ia menarik pinggang Thea kedalam pelukannya. Thea tersentak, nafasnya semakin memburu, dan dadanya terlihat naik turun. Thea hanya bisa menunduk. Ada apa denganku?, mengapa didekatnya aku merasa begini? Batin Thea. "Tapi aku tidak suka kalau kau melakukannya pada laki-laki lain, terutama Tristan" ucap Galang dengan tegas. "Tapi dia,," Galang kembali mencium Thea namun kali ini pelan dan singkat. Membuat wajah Thea lagi2 merona. "Aku sudah bilang, dia bukan kekasihmu. Aku, aku tunanganmu. Calon suamimu" ucap Galang lembut namun tegas. Thea hanya bisa tertegun, ia melihat mata Galang, tak ada kebohongan disana. Thea menunduk malu, mencoba menyembunyikan wajahnya yang merona. Galang mendekatkan wajahnya. "Kau milikku, hanya milikku" bisik Galang dengan nada possesive. Thea mengangkat wajah perlahan. Jarak wajah mereka begitu dekat, sangat dekat bahkan, membuat nafas Thea semakin tercekat. Entah mengapa ia suka, saat Galang mengatakan itu. Ia merasa begitu special. Thea membuka mulut, kemudian mengatupkannya kembali. "Aku mencintaimu, aku mencintaimu Thea Poland" ucap Galang penuh dengan kesungguhan. Membuat Thea tertegun. Entah mengapa ia merasa familiar dengan ucapan Galang ini.

Bersambung

POPWhere stories live. Discover now