"Pagi sayang.." ucap Galang saat Thea membuka pintu rumahnya. Ia tersenyum hangat kearah gadisnya. "Pagi.. Ayo kita pergi" Galang mengangguk, kemudian mempersilahkan Thea untuk jalan terlebih dahulu. Thea berjalan dengan sedikit pincang, Galang mengerutkan kening kemudian sedikit berlari untuk menyamakan langkah dengan gadisnya. Galang menahan Thea. "Kakimu kenapa?" Tanya Galang khawatir dengan tatapan sedikit tajam. Thea mengalihkan pandangan, merasa sedikit takut. "Hm,, kau tau kan tadi malam ada wedding" ucap Thea pelan sambil mengangkat wajahnya perlahan. Galang terdiam, menunggu. "Kami sibuk,, dan aku berlari kesana kemari. Akhirnya kakiku terkilir saat menuruni tangga.. haha" Thea tertawa canggung saat menyadari tatapan Galang seperti akan memangsa dirinya. Menakutkan. Galang tiba-tiba meremas tangan Thea, membuat gadis itu sedikit meringis. Rahang Galang mengeras. Terlihat kemarahan dari wajah dan mata laki-laki itu namun sepertinya ia menahannya sebisa mungkin. "Kau ini, dasar batu!!" Ucap Galang sambil mengangkat tubuh Thea. "Eh" refleks Thea langsung melingkarkan kedua tangannya dileher Galang. "Turunkan aku" ucap Thea dengan jantung yang mulai berdebar halus. Semburat merah di pipinya muncul saat ia bisa melihat dengan jelas wajah Galang yang charming dari posisinya sekarang. "Seharusnya kau lebih hati-hati. Dasar bodoh! Kenapa kau selalu membahayakan dirimu sendiri?!" Ucap Galang sedikit kesal. Matanya menatap lurus ke depan, namun Thea bisa merasakan debar jantung Galang yang berdebar seperti dirinya. Thea memperhatikan wajah Galang lekat-lekat. Ia tersenyum hangat sambil terus memperhatikan wajah tunangannya. Thea menyandarkan kepalanya di dada Galang, sampai Galang menurunkannya di kursi penumpang.
Apa kakimu sudah kau beri obat?" Tanya Galang sesaat setelah ia menjalankan mobilnya. Galang menatap lurus ke depan, tanpa menoleh sedikit pun. "Sudah" ucap Thea sambil mengangguk. "Apa sudah di kompres?" Tanya Galang lagi. "Sudah sayang.." ucap Thea dengan nada manja. Ia melingkarkan tangannya di tangan kanan Galang sambil menyenderkan kepalanya. Thea benar-benar bahagia. Galang memperlakukannya bak seorang ratu, sangat special. Ia begitu perhatian padanya, ia begitu baik, ia begitu romantis, dan Thea tidak pernah mendapatkan itu semua sebelumnya. "Kau mau masak apa untuk ayah?" Tanya Galang melirik Thea dari ekor matanya. "Makanan khas perancis tentu saja. Kau yang bilang sendiri" ucap Thea memukul pelan tangan Galang. Galang hanya menyeringai. Thea membenarkan posisi duduknya. "Untuk appetaizernya, aku akan buat Nicoise Salad. Untuk sup nya, Soup L'oignon*. Untuk main course nya, aku akan masak Foie Gras**. Untuk dessertnya, tentu saja Creme Brulee***" ucap Thea tersenyum manis. Galang tersenyum. "Kau memang calon istri yang terbaik, tak salah ayah memilihmu untuk menjadi pendampingku" ucap Galang mengelus pelan rambut Thea membuat Thea sedikit merona. "Jadi sekarang kita ke supermarket dulu. Setelah itu kita baru kerumahmu" ucap Thea menyalakan mp3 mobil Galang. "Baik, tuan putri. Kemana pun kau ingin pergi, pangeran akan selalu menemanimu" ucap Galang sambil tersenyum jahil. Thea hanya tersenyum kecut sambil mencubit pelan perut Galang. * : sup bawang. ** : terbuat dari hati angsa, bisa dimasak dengan cara dipanggang, direbus dll, disajikan dengan saus perancis. *** : sejenis kue custard, yang terbuat dari vanilla, susu dan buah-buahan kemudian di oven.
"Jadi apa saja yang harus kita beli?" Galang melingkarkan tangan kanan Thea ke tangan kirinya, kemudian mengapitnya erat seakan gadis itu akan lari. "Semuanya ada disini" ucap Thea mengeluarkan sebuah kertas. Mereka berjalan kearah trolley. Galang menarik sebuah trolley yang cukup besar. Ia melirik Thea pelan sebelum ia menggendongnya kembali. "Whoa!!" Pekik Thea kaget. "Apa yang kau lakukan? Turunkan aku" bisik Thea pelan. Galang hanya menyeringai geli. "Kau disini saja" Galang menurunkan tubuh Thea diatas trolley. Thea terlihat bingung. Ia menoleh kebelakang, kemudian ke kanan dan ke kiri. "Biarkan aku turun!" Ucap Thea sedikit kesal. Ia mencoba berdiri namun Galang menahan bahunya. "Aku bilang, kau disini saja" ucap Galang dingin membuat Thea sedikit bergidik. Ia menghela nafas. "Baiklah. Tapi aku malu" ucap Thea pelan sambil menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Galang hanya mendungus. "Jangan pedulikan mereka. Cukup pedulikan aku saja" bisik Galang kemudian mencium pipi Thea lembut, membuat semburat merah kembali muncul di wajah Thea. Thea melepaskan kedua tangannya sambil menoleh. "Apa kau mengerti?" Tanya Galang mendekatkan wajahnya. Jantung Thea berdebar mendapat perlakuan Galang seperti ini. "Iya, aku mengerti" ucap Thea cepat sambil mengalihkan pandangan. Galang hanya mengulum senyum. "Ayo kita berbelanja.." Teriak Galang sambil mendorong trolley dengan sedikit kencang. "Whoaa!! Pelan-pelan bodoh!!" Pekik Thea kaget sambil mencengkram samping trolleynya. Galang hanya menampilkan senyum dua jarinya, tak peduli dengan Thea yang sudah mencacinya.
"Apa sudah semua?" Tanya Thea memutar setengah badannya. "Sepertinya sudah" ucap Galang mengecheck kembali catatan Thea. "Baiklah, kalau begitu kau yang bayar" ucap Thea menyeringai. "Tentu saja. Aku kan laki-laki, lagipula aku yang memintamu memasak untuk ayahku" ucap Galang mulai merajuk. Thea mencubit pelan pipi Galang yang terlihat menggemaskan dengan tangan kirinya. Selesai berbelanja, mereka langsung pergi ke rumah Galang. Tak butuh waktu lama, karena jarak supermarket dan rumah Galang tidak terlalu jauh. "Wah, selamat datang menantuku yang paling cantik" ucap Harun memeluk Thea erat, membuat Thea merona karena ucapannya. "Ayah, ka Thea masih calon menantumu. Kasian dia sampai merona begitu" timpal Sisi dengan senyum menggoda. Thea hanya tersenyum kecut. Keluarga ini bisa membuatnya terkena serangan jantung kalau begini. "Ayo, ayah sudah tak sabar mencoba masakanmu anakku" ucap Harun menarik tangan Thea. Galang segera melepaskan tangan Harun dari tangan Thea. "Biar aku saja. Lagipula kakinya sedang sakit" ucap Galang dengan nada sedikit kesal. Sisi mendengus. "Yang benar saja ka. Apa kau cemburu pada ayahmu sendiri?" Ucap Sisi dengan mata menyipit. "Aku tidak cemburu! Aku hanya tidak mau ayah mengajak Thea berjalan dengan cepat" kilah Galang. "Ya terserah kau saja" ucap Sisi datar, ia segera naik keatas tangga. "Anak itu. Bukannya membantu kakak iparnya memasak malah masuk ke kamar. Dasar tidak berguna!" Keluh Harun. Thea hanya merona, kemudian ia tersenyum. "Tak apa paman, aku bisa sendiri" ucap Thea menyentuh tangan Harun pelan. "Sayangku, jangan memanggilku paman. Panggil aku ayah. A,,yah. Biar Galang saja yang membantumu" ralat Harun sambil menepuk bahu Galang. Thea sedikit kaget. "eh, iya, baiklah,, a,, ayah" ucap Thea terbata-bata.
"Jadi apa yang harus aku lakukan?" Tanya Galang bingung setelah sampai ke dapur. Thea mengeluarkan semua belanjaannya. Ia terlihat berpikir dengan wajah yang serius. Galang hanya menahan senyum melihat itu. Ia mengecup pipi Thea lembut, membuat semburat merah muncul di wajah gadis itu. Thea menoleh. "Apa yang kau lakukan? Kau membuat konsentrasiku pecah, kau tahu" Ucap Thea sedikit kesal namun dengan wajah merona. Galang hanya bisa menyeringai geli. "Saat kau berwajah serius wajahmu terlihat sangat menggemaskan, aku jadi tidak tahan untuk tidak menciummu" ucap Galang polos membuat wajah Thea semakin merona. Ia berdehem kemudian menoleh kembali ke arah belanjaannya mencoba mengendalikan debar halus yang sejak tadi muncul. "Ini" Thea mendorong beberapa barang belanjaan kearah Galang. Galang hanya terdiam. "Kau buat salad dan dessertnya. untuk salad rebus kentang dan telornya. Lalu potong sayurannya kecil-kecil. Untuk dessertnya potong buah-buahannya jangan terlalu besar" Perintah Thea. Galang mengangguk tanda mengerti, ia mulai mengerjakan apa yang Thea instruksikan. Thea mengambil hati angsa,, kemudian memberikannya sedikit bumbu dan akan mulai memanggangnya. Galang sesekali melirik Thea dari ekor matanya. Ia tersenyum penuh arti. Ini sangat menyenangkan. Batin Galang. "Arrgh!!" Ringis Galang refleks menjatuhkan pisaunya. Thea terlonjak kaget kemudian ia menoleh. "Galang!!" Pekik Thea khawatir. Galang terlihat sedang memegang jari telunjuk kirinya yang sudah mengeluarkan darah segar.
Bersambung
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...