Thea hanya bisa memandang Galang dalam. Sorot mata Galang begitu penuh kesungguhan dan ketulusan bahkan ia tak pernah melihat itu dari kekasihnya Tristan. Entah ada dorongan apa, tiba-tiba Thea menyandarkan kepalanya di dada Galang. Ia bisa merasakan detak jantung Galang yang berdebar. Mungkinkah karena dirinya? Thea hanya bisa mengulum senyum. Ia mencium aroma Galang yang khas membuat jantungnya sendiri semakin menderu. Namun sebisa mungkin ia mencoba menutupinya. Tiba-tiba sebuah ingatan masuk ke dalam memorinya, membuat Thea mengerang kesakitan dan refleks terduduk. Ia menjerit sambil terus memegang kepalanya dengan tangan kanan. Wajah Galang memucat. Ia berjongkok, kemudian perlahan menyentuh bahu Thea. "Sayang kau tidak apa-apa?" Tanya Galang khawatir. Thea menggertakkan giginya sambil menutup kedua matanya. Ya Tuhan, gadis ini terlihat sangat kesakitan. Galang terlihat bingung, ia meremas pelan rambutnya frustasi karena ia tak bisa berbuat apa-apa. "Kita ke rumah sakit sekarang" ucap Galang pelan namun tak terbantahkan. Ia langsung mengangkat tubuh Thea ala bridal style. Membuat Thea tersentak kaget sambil membuka matanya. Rasa sakit yang menderanya sekarang teralihkan. "Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!!" Ucap Thea sedikit berteriak namun laki-laki itu tak bergeming. Galang mulai menuruni tangga satu persatu. Terlihat wajah Galang sudah cemas dan panik, meski ia pintar menyembunyikannya. Thea hanya bisa memperhatikan wajah dengan seksama. Thea bisa melihat wajah Galang dengan jelas. Alis tebal, hidung yang melekuk sempurna, bibir yang indah, dan garis rahang yang membuat wajahnya semakin terlihat tampan. Ya Tuhan, apa ia sudah jatuh cinta pada laki-laki ini??.Thea menggeleng pelan. Ia bahkan baru bertemu lagi dengannya tiga hari yang lalu, tidak mungkin ia jatuh cinta pada laki-laki ini.
Lalu bagaimana dengan kata-kata Galang yang mengatakan bahwa mereka akan menikah seminggu lagi?. Bagaimana dengan reaksi sialan ini ketika ia berdekatan dengan Galang? Jantungnya selalu berdebar ketika ia dekat dengan laki-laki ini, wajahnya selalu memanas ketika laki-laki ini menyentuhnya, bahkan keringat dingin sialan ini sekarang mengucur karena Galang menggondong tubuhnya. Hei, ia bukan anak ingusan yang tak mengerti hal seperti ini. Tapi apakah mungkin? Hanya dalam tiga hari ia bisa berpaling dari Tristan dan jatuh hati pada laki-laki ini?. Sekarang kepalanya makin pusing memikirkan hal ini. Peluh keringat menetes dari pelipis Galang, membuatnya terlihat semakin seksi. Ya Tuhan, sejak kapan ia bisa berpikiran mesum begini?. Jantungnya semakin berdebar melihat hal itu. Dadanya terasa sesak, ia kehabisan nafas karena perlakuan laki-laki ini. "Apa kau sudah puas melihat wajahku? Apa aku terlalu tampan sampai kau tak bisa berpaling?" Goda Galang menundukan wajah membuat Thea tersentak kaget karena tertangkap basah. Semburat merah muncul diwajah Thea. Ia memalingkan wajah, Galang hanya bisa mengulum senyum. "Turunkan aku" ucap Thea datar masih mencoba menormalkan detak jantungnya. "Tidak aku,," "Aku bilang turunkan aku!!" Ucap Thea dengan nada tak terbantahkan. Galang hanya bisa menghela nafas, kemudian menurunkan Thea tak jauh dari mobilnya. "Antar aku pulang!" Perintah Thea lagi. Ia langsung melangkah menuju mobil Galang. Galang tersentak. "Eh, tapi.." "Aku bilang, antar aku pulang!" Galang hanya bisa menghela nafas mendengar itu. Ada beberapa sifat yg berubah dari gadis itu. Kadang ia begitu dingin, kadang begitu hangat. Galang hanya bisa mengikuti Thea masuk ke dalam mobil.
H-6. Thea mengajak Tristan bertemu di cafe tak jauh dari galeri Tristan. Terlihat mereka memesan kopi. "Apa tak apa kau minum kopi? Lukamu bahkan belum kering" tanya Tristan khawatir. Thea hanya tersenyum kemudian menggeleng pelan. "Apa itu galerinya?" Tanya Thea menunjuk sebuah galeri didepannya dengan tangan kanan. Wajah Tristan memucat, gadis ini sudah ingat. "Jadi kau sudah ingat semuanya?" Tanya Tristan kaget. Thea menggeleng pelan. "Tidak. Aku hanya ingat kalau kau melepaskanku hanya karena sebuah galeri" ucap Thea mengesap ekspressonya. Pahit. Seperti hidupnya mungkin. Tristan menunduk, rasa bersalah kembali menderanya. Ia menghela nafas berat. Tristan menarik tangan kanan Thea kemudian menggenggamnya. "Maafkan aku. Andai aku bisa memutar waktu pun, mungkin aku akan tetap melepaskanmu. Bukan karena sebuah galeri, tapi aku bisa melihat kau lebih bahagia bersamanya. Bukan denganku" ucap Tristan jujur, tak ada kebongohan sedikit pun disana. Thea hanya bisa terdiam, ia tahu siapa yang dimaksudkan Tristan. "Aku tetap mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu. Tapi aku bisa melihat, kalau cinta dia padamu lebih besar dibandingkan aku" ucap Tristan lagi. Thea tersenyum pahit. "Ya aku tahu. Dia bahkan mengklaim aku adalah miliknya. Memangnya aku barang apa?" Ucap Thea terdengar sedikit kesal. Tristan hanya bisa tersenyum penuh arti mendengarnya. Tiba-tiba wajahnya berubah sendu. "Tapi aku bahkan tak ingat, siapa dia dalam hidupku. Seberapa besar dia berarti dalam untukku, aku sama sekali tak ingat itu. Dan itu membuatku bingung Tristan, aku bingung dengan semua ini" ucap Thea menghela nafas lelah. "Kau hanya perlu percaya pada hatimu" ucap Tristan tersenyum. Thea tertegun. Tristan benar, bukankah hati tak pernah berbohong. Thea berdiri kemudian sedikit membukkan badan memeluk Tristan yang sedang duduk. "Terima kasih Tristan" Baru saja ia akan membalas pelukan Thea, tubuh gadis itu sudah ditarik paksa menjauh.
"OTAK TUMPUL!! APA YANG KAU LAKUKAN?! DASAR BODOH!!" Teriak Thea dengan nada marah. Rahang Galang mengeras, dan matanya memerah. "Lepaskan aku!!" Bentak Thea. Bagiamana mungkin ia tidak marah?, ia ditarik paksa oleh Galang, sambil pergelangan tangannya dicengkram dengan keras. Untung ia tidak jatuh. Dasar gila. Galang masih memandang Thea dengan tatapan tajam, nafasnya tersengal. Thea membalas tatapan Galang tak kalah tajam. Tristan hanya menggelengkan kepala. Laki-laki ini terlalu pencemburu. Tristan berdiri mencoba melerai keduanya. "Hei kalian. Dengarkan,," "Kau diam saja!!" Bentak Galathe membuat Tristan langsung mematung. "Sudah ku bilang kan, kau milikku. Hanya milikku" ucap Galang sedikit berteriak. Thea mendengus. "Apa yang kau lakukan sekarang dengan laki-laki ini?! Kau memeluknya didepan umum!!. Apa kata orang nanti?! Kau sudah bertunangan dan akan menikah. M-E-N-I-K-A-H" ucap Galang menekan kata menikah dengan penuh amarah. "Aku bukan barang!. Aku bukan milik siapapun!!. Tak ada orang yang bisa memiliku. TAK ADA!!" ucap Thea tak kalah emosi. Galang membuka mulut namun Thea langsung menyela. "Aku bahkan tak ingat aku akan menikah" ucap Thea datar, membuat Galang dan Tristan menganga kaget. Kenyataannya itu memang benar adanya, ia tak ingat apapun tentang hubungannya dengan Galang. "Jadi lebih baik kau,, mmmpphh" Galang langsung mencium Thea membuat gadis itu seketika terdiam. Tristan hanya menggeleng pelan melihat pasangan yang romantis ini. Galang melepaskan ciumannya. "Apa yang kau.." "Mulut manismu itu terlalu banyak bicara, sekarang ikut aku" Galang langsung menarik tangan Thea menuju mobilnya. Thea sedikit berontak. "Hei!. Lepaskan!!. Dasar pemaksa!!" Teriak Thea kesal, namun toh ia tetap berjalan mengikuti laki-laki ini.
Bersambung

YOU ARE READING
POP
ФэнтезиOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...