Part 30

214 11 0
                                    

Disi masuk tiba-tiba. "DIGO!!" teriak Thea. Disi terlonjak kaget. "Ka Thea kau sudah sadar? Syukurlah, aku sangat merindukanmu" ucap Sisi langsung menghambur memeluk Thea. Thea terdiam. "Hm, Digo dia siapa?" Tanya Thea bingung. Galang hanya menghela nafas. Ia memang melupakan segala sesuatu tentang dirinya, apakah perasaan gadis itu padanya juga telah berubah?. Membayangkannya saja membuatnya sakit. Sisi melepas pelukannya dengan wajah yang bingung. "Jangan bercanda ka. Ini aku Sisi" ucap Sisi dengan senyum jailnya. Thea menoleh kearah Digo. "Dia Sisi ka. Calon adik iparmu, kekasihku. kau tidak ingat?" Tanya Digo mulai khawatir. Sekarang Thea yang tampak bingung. Setau dia, Tristan tak punya adik perempuan. "Aku bingung sungguh. Sebenarnya apa yang terjadi disini? Memangnya dia adik siapa?" Tanya Thea menunjuk Sisi dengan tangannya. "Kau tak ingat padaku? Aku adik ka Galang" ucap Sisi datar membuat mata Thea membesar. "APA?!" pekik Thea kaget. "Maksudmu, hm,, ah siapapun namamu, aku akan menikah dengan dia? Laki-laki menyebalkan ini??" Ucap Thea menunjuk Galang yang sedari tadi hanya bisa menunduk frustasi. Thea menyeringai geli. "Itu tidak mungkin. Hahahaha" ucap Thea kemudian tawanya terdengar menggema ke seluruh ruangan. Tiba-tiba air mata Galang menetes. Disi hanya bisa terdiam untuk beberapa saat. "Sebaiknya kalian berdua keluar!!. Kalian orang asing disini dan kalian membuat kepalaku semakin pusing" ucao Thea dengan nada kesal. "Dan Digo tolong telepon Tristan!! Mengapa dia sama sekali tak ada disini?! Apa dia tidak merindukanku? Aku sangat merindukannya" ucap Thea dengan nada sedikit manja membuat darah Galang menjadi naik kembali. "Hentikan!!. Dia bukan kekasihmu. Dia brengsek!! Jangan pernah menyebut lagi namanya didepanku!!" Ucap Galang sedikit berteriak membuat Thea lagi-lagi terkejut.

Thea menatap Galang dengan tatapan marah dan wajah yang kesal. "Digo, suruh dia keluar dari sini" ucap Thea datar sambil mengalihkan pandangan. Hati Galang terasa sakit saat gadis itu berkata begitu. Disi hanya terdiam, bingung dengan situasi ini. Galang menghela nafas. Apa yang harus ia lakukan? Sungguh, ia benar-benar bingung. "Digo, aku bilang,," ucap Thea mencoba mengulang kata-katanya namun dengan gerakan cepat, laki-laki disampingnya menarik dagu Thea dan ia mencium gadis itu dengan sedikit kasar. Rasa rindu, marah, sedih dan kecewa coba Galang sampaikan. Mata Thea membesar. Ia mencoba mendorong Galang dengan tangan kanannya, namun Galang sama sekali tak bergerak. Thea menggigit bibir Galang dan refleks Galang melepaskan ciumannya. "Brengsek!! Apa yang kau lakukan?!" Pekik Thea sambil menampar keras pipi Galang hingga pipinya sedikit memerah. Nafas keduanya terlihat memburu. "Apa kau tidak pernah diajarkan bagaimana cara menghargai wanita?? Aku membencimu!!" Ucap Thea sedikit berteriak membuat Galang tertegun. Ia masih menyentuh pipinya yg terasa panas. Thea menjerit saat tiba2 kepalanya terasa sakit. Ia meneteskan air mata. Samar2 sebuah ingatan ingin masuk ke memorinya, namun ia tak tahu itu apa. "Thea,, kau, tidak apa2?" Tanya Galang mencoba menyentuh bahu Thea. Thea menepis tangan Galang. "Jangan sentuh aku" ucap Thea dingin. Galang hanya bisa mematung. Suster datang dari arah pintu. "Pasien baru saja sadar dan kalian malah membuatnya tak nyaman. Sebaiknya kalian semua pergi dulu. Biarkan dia istirahat" ucap suster tsb. Galang hanya menghela nafas berat, dengan wajah sendu ia melangkah keluar kamar. Thea hanya bisa melihat Galang dengan wajah yg sulit diartikan.

Bersambung

POPWhere stories live. Discover now