Thea mengalihkan pandangan keluar jendela. Sebenarnya ia memang mencintai laki-laki itu, ia tahu itu. Meski ia sendiri belum berani mengucapkannya. Ia tak tahan jika harus berada jauh dari laki-laki itu. Tapi, laki-laki itu terlalu menyebalkan dan egois, membuat darahnya naik hingga ubun2. "Maaf. Jika kehadiranku membuat hubungan jd berantakan. Sungguh, aku tak bermaksud membuat hubungan kalian seperti ini" Wajah Nayla terlihat menyesal. Thea menoleh kemudian tersenyum hangat. "Tidak. Kau tidak menghancurkan hubungan siapapun. Laki-laki itu memang harus diberi sedikit pelajaran" Thea menyeringai. Nayla hanya tersenyum geli. "Kau tahu, dia sangat mencintaimu. Dia bersikap seperti itu karena dia tak ingin kehilanganmu. Kau sangat berarti untuknya" Pandangan Nayla lurus kedepan, namun ia bisa mendengar nada bicara Nayla sedikit bergetar. Tunggu dulu, ucapan Nayla sama dengan apa yang dikatakan Tristan kemarin. Dasar adik kakak menyebalkan, apa mereka sudah sepakat untuk membicarakan hal yang sama?. Thea mendesah pelan. Ia hanya bisa diam. "Dia masih blm bisa mengendalikan perasaannya padamu. Ia terlalu takut, takut kehilanganmu dan kehilangan kontrol akan dirinya. Kau segalanya untuknya. Dia sendiri yang bilang begitu padaku" Nayla tersenyum pahit namun tak menoleh sedikit pun. Thea tertegun. Ia meringis pelan sambil memegang kepalanya.Satu ingatan masuk lagi ke dalam memorinya. Ingatan saat Galang dan Thea terduduk di taman di musim salju. Disana Galang mengatakan kalau Thea segalanya untuknya, dan mereka menyatakan cinta disana. Tiba-tiba hati Thea menghangat dan wajahnya merona hebat. Meski hanya sepotong, tapi sekarang ia yakin, ia tak salah memilih laki-laki itu sebagai pendampingnya. Ya Tuhan, sekarang ia merindukan kehadiran laki-laki itu. Ia bahkan merindukan ciuman laki-laki bodoh itu. Wajah Thea merona, saat ia mengingat ciuman2 Galang. Gila. Ia pasti sudah Gila. Ia sudah ketularan mesum laki-laki itu.
Nayla dan Thea sedang melihat-lihat jaket tebal untuk musim dingin selanjutnya, mungkin lebih tepatnya Thea sedang mengantar Nayla, karena ia sendiri sedang tak berminat belanja. Hei, bukankah ia sendiri yang mengajak Nayla berbelanja? Mengapa sekarang minatnya malah hilang?. Ini gara-gara lelaki sialan itu, ia begitu merindukan dekapan pria itu, kehangatannya, sentuhannya, semuanya. Astaga. Ia sudah pasti sudah gila. Thea menggigit bibirnya. "Kau kenapa? Kenapa wajahmu memerah?" Nayla memicingkan matanya. Thea terlihat salah tingkah. Apa yang ia lakukan? Ia malah memikirkan laki-laki bodoh itu sekarang. "Ah,, ti-tidak" Thea tergagap mengalihkan pandangan ke salah satu jaket hitam tak jauh dari tempatnya berdiri. "Apa kau baru saja memikirkan calon suamimu yang hot itu?" Goda Nayla membuat Thea semakin merona. Sialan gadis ini. Apa begitu terlihat jelas?. "Ak-aku,," "Permisi nona" ucap salah satu karyawan pria di butik tsb. Thea menghembuskan nafas lega karena bisa menghindar dari pertanyaan Nayla yg menyudutkan. "Apa anda nona Thea Poland?" Tanya karyawan tsb pada Nayla. "Bukan. Ini dia Thea Poland" Nayla mendorong tubuh Thea. "Saya Thea. Ada apa?" Tanya Thea sedikit bingung. Karyawan tsb memberikan dua tangkai bunga mawar padanya. Membuat Thea menyernyit bingung. "Ada seorang laki-laki yang menyuruh saya memberikan ini pada anda nona" Karyawan tsb menarik kembali tangannya saat bunga tsb telah diterima Thea. "Siapa yang memberikannya?" Tanya Thea bingung. "Maaf nona. Dia tidak memberitahukan namanya. Hanya menyuruh saya untuk memberikannya. Saya permisi" Karyawan itu menunduk sedikit kemudian melangkah pergi. Thea terus memperhatikan bunga mawar tsb. "Dari siapa ya?" Gumam Thea bingung. "Uh,, sepertinya pengagum rahasiamu, atau mungkin calon suami mu yang hot itu?" Goda Nayla membuat wajah Thea merona. Galang tidak mungkin melakukan hal ini. Kemarin saja ia bahkan tak mengejarnya sama sekali.
Kejadian itu berulang hingga empat kali, di empat tempat yang berbeda. Berbeda ditempat terakhir, di sebuah restoran, disana terdapat sebuah kartu ucapan. "Delapan tangkai bunga mawar, untuk wanita yang sangat cantik, dan begitu mempesona. • Pengagummu • P.S : Sialan. Kau sangat seksi" Thea merona hebat saat ia selesai membaca kartu ucapan tsb. Ia menoleh ke kiri dan kanan mencari sosok pria yang memberinya bunga mawar. Ia sangat yakin, sangat sangat yakin, pria itu yang memberinya mawar. Tapi dimana dia?. Uh, ini sangat romantis, dan perlakuan lelaki itu membuat darahnya berdesir dan membuat jantungnya berdebar hebat. "Mencari seseorang?" Tanya suara yang begitu familiar. Thea menoleh perlahan. Lelaki itu tersenyum hangat, membuat wajah Thea merona. Nayla hanya bisa tersenyum melihatnya. Thea memukul pelan lengan Galang. "Apa yang kau lakukan? Kau membuatku malu" ucap Thea kikuk. Galang hanya tersenyum geli. "Benarkah? Kau tidak terharu dengan semua ini? Padahal aku sudah bersusah payah" Galang terlihat sedikit kecewa. Tiba-tiba mata Thea berkaca-kaca. Segala amarah yang ada dihatinya, menguap begitu saja. Meski ia belum mengingat semuanya, namun laki-laki ini memang selalu bisa membuatnya tersenyum. Galang tersentak. "Apa kau marah lagi padaku?" Tanya Galang hati-hati. Thea menggeleng pelan, kemudian memeluk Galang erat. Tubuh Galang menegang. Laki-laki itu bisa mendengar gadisnya terisak pelan. "Terima kasih sayang.." ucap Thea serak, membuat wajah Galang merona karena sapaan sayang. Keduanya memang saling mempengaruhi satu sama lain. Hanya dengan sebuah kata, bisa membuatnya begitu.
"Aku merindukanmu" ucap Thea di sela-sela tangis harunya. Galang melepaskan diri. Jarak wajah mereka begitu dekat, membuat nafas keduanya memburu karena rasa rindu yang semakin tak tertahankan. Galang menempelkan dahinya pada dahi Thea, hidung mereka bahkan bersentuhan, membuat darah keduanya berdesir hebat. "Apa, apa kau sudah ingat hubungan kita?" Tanya Galang dengan suara parau menahan debaran jantungnya, tatapan matanya penuh harap. "Tidak semuanya. Hanya sebagian, mungkin" tatapan Galang berubah sendu. Thea bisa melihat itu, laki-laki ini terluka karena ia melupakan keberadaannya. Thea mengelus pelan pipi Galang, mencoba menguatkan laki-laki itu. "Tapi hatiku yakin, aku memang memilihmu. Dan hatiku bilang, kalau aku mencintaimu Galang Harun" Thea mencium bibir Galang lembut membuat mata laki-laki itu membesar kaget. Ia bisa merasakan kerinduan laki-laki itu. Galang mengeratkan dekapannya. Ia tak ingin melepaskan gadis ini kembali. "Ehem" tiba-tiba Nayla berdehem keras karena pasangan ini sama sekali tak menganggapnya. Thea membuka mata, mengerjapkan sebentar kemudian melepas ciumannya. Galang terlihat tak rela saat gadis itu melepasnya. Nafas keduanya memburu, mencoba menghirup oksigen yang pasokannya berkurang. Wajah Thea merona seperti biasa, dan jantungnya. Oh jangan ditanya, seperti biasa jantung ini sudah berdebar semakin gila, apalagi tangan Galang yang masih memegang pinggangnya dengab possesive. "Rasanya aku sudah seperti penganggu disini" Goda Nayla membuat wajah Thea semakin merona. "Hm,, maaf, maafkan aku,, ak-aku hanya,," "Terbawa suasana karena kau sangat merindukan calon suamimu" ucap Nayla telak membuat Thea semakin salah tingkah.
Bersambung
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...