"Aku bantu berdiri" Galang mengulurkan tangan. Thea menerima uluran tangan Galang. Saat ia berdiri, tubuhnya tiba-tiba gontai karena lututnya yang lemas karena perlakuan Galang. Melihat itu Galang langsung memeluk bahu Thea erat. Thea refleks memegang tangan Galang dan keduanya kembali berpandangan. Jantung mereka kembali berdebar. Kalau terus seperti ini, bisa-bisa mereka terkena serangan jantung. Galang tersenyum hangat. "Jadi apa kau mau menikah denganku?" Tanya Galang dengan tatapan instens. Thea mengalihkan pandangan sebentar, kemudian melihat wajah Galang kembali. "Aku,," ucap Thea serak. Ia berdehem. "Terserah" ucap Thea mencoba bicara dengan nada sedatar mungkin, namun tak berhasil yang ada nada suaranya malah bergetar. "Hm,, aku ingin kita menikah secepatnya" ucap Galang menarik bahu Thea. Galang mendekatkan wajahnya kemudian berbisik. "Aku ingin segera memilikimu seutuhnya Mrs. Harun" goda Galang membuat wajah Thea merona malu. "Aku tak mau ada laki-laki lain yang memilikimu atau melirikmu atau merebutmu dariku" ucap Galang dengan nada possesive. Thea hanya tertegun. Ia menoleh, melihat wajah Galang dengan seksama. Ia melihat wajah itu merona, dan satu hal baru lagi yang baru saja ia ketahui, ternyata laki-laki bodoh ini seorang yang possesive. Thea tersenyum penuh arti. Ia bahagia, itu adalah tanda kalau dirinya sangat berarti untuk laki-laki itu. Thea tiba-tiba menyentuh kedua pipi Galang, menarik kerahnya kemudian mengecup bibirnya singkat. "Segera Mr.Harun" ucap Thea tersenyum penuh arti dengan wajah merona kemudian melangkah pergi meninggalkan Galang yang masih terdiam kaku.
"Sayang" bisik Galang lembut tepat ditelinga Thea. "Whoaa" pekik Thea kaget. "Mengapa kau selalu mengagetkanku?!" Ucap Thea sedikit berteriak dengan wajah yang mulai merona. Teman-teman kerjanya hanya melirik sekilas, karena mereka sudah terbiasa dengan pemandangan ini. "Mengapa wajahmu masih merona? Kita kan sudah menyatakan cinta dan kita juga sudah berciuman beberapa kali. Kenapa kau masih malu?" Tanya Galang polos dengan suara yang lantang membuat wajah Thea semakin merona. "Ini dapur sayang, bukan tempat untuk pacaran" sindir Tania dengan nada menggoda. "Ikut aku" Thea langsung menarik Galang keluar dari dapur. "Ada apa denganmu?" Tanya Thea melepaskan pegangannya. Ia bingung dengan laki-laki ini. Galang seperti punya kepribadian seperti dua sisi mata uang yang berbeda. "Apa?" Tanya Galang polos. "Ayo kita segera menikah" Galang menarik pingging Thea agar gadis itu mendekat kearahnya. Thea tersentak. Wajah mereka begitu dekat hingga hidung mereka hampir bersentuhan. Thea mengalihkan pandangan, gugup. "Apa yang kau lakukan?" Bisik Thea dengan wajah merona, ia melihat kearah Galang, saat mata mereka bertemu Thea mengalihkan pandangan matanya lagi. "Aku merindukanmu" ucap Galang dengan nada yang sulit diartikan. Thea menoleh kembali. "Lepaskan aku!. Kau tahu ini di hotel, tempatku bekerja" ucap Thea sedikit kesal. "Kalau begitu bagaimana kalau kita cari kamar" ucap Galang dengan senyum nakal. Mata Thea membesar, ia refleks mendorong Galang menjauh darinya. "Otak tumpul!!. Dasar gila!" Thea mengalihkan pandangan dengan wajah merona. Jantungnya sudah berdebar sejak tadi. "Aku masih punya moral!, dan aku tak akan memberikan apapun padamu sebelum malam pertama" ucap Thea penuh keyakinan meski ia tak sadar dengan apa yang ia ucapkan. "Ah,, kau juga ingin segera menikah denganku bukan??" Ucap Galang dengan nada menggoda. "Eh.. hm,, itu,, bukan begitu,, maksudku,," ucap Thea terbata-bata menyadari kalau ia salah ucap.
"Ngomong-ngomong jangan memanggilku lagi otak tumpul,, kita kan sudah mengikrarkan cinta, panggil sayang atau apalah" ucap Galang tak menghiraukan Thea yang sudah gugup. Thea hanya menghela nafas lega. "Hm, baiklah. Lagipula kenapa kau ada disini? Apa kau tidak bekerja?" selidik Thea dengan tatapan tajam, jantungnya mulai kembali normal. "Kenapa memangnya? Aku merindukanmu. Memangnya aku tak boleh menemui calon istriku?" Ucap Galang datar membuat semburat merah muncul diwajahnya. Kemana Galang yang menyebalkan dan selalu berkata dingin? Yang ada sekarang adalah laki-laki yang selalu menjungkir balikan hatinya, lama-lama ia bisa gila jika terus didekat laki-laki ini. "Aku ada meeting disini. Selesai meeting aku kesini, karena merindukanmu" ucap Galang lagi sambil mengelus pelan pipi Thea saat ia melihat gadis itu hanya terdiam. Dada Thea terlihat naik turun. Sungguh berada didekat laki-laki ini selalu membuat jantungnya berbedar dengan perlakuan dan perhatian kecilnya. Padahal mereka sudah mengatakan cinta, namun mengapa ia masih merona?. Memalukan. Thea menggeleng pelan. "Sebaiknya kau pergi. Aku tak mau dipecat karena bersantai-santai di jam kerja" ucap Thea datar meski jantungnya masih berdebar. "Biar saja dipecat, kau kan jadi bisa mengurus restaurant, nanti setelah menikah kau juga jadi bisa fokus mengurusku dan anak-anak kita nanti" ucap Galang tersenyum manis. wajah Thea kembali merona. Mengapa ia membicarakan hal ini?. "Hm, anak-anak,, kita?" Ucap Thea pelan sambil memainkan kedua jari telunjuknya. Jantungnya berdebar saat membayangkan kata-kata tersebut. Wajahnya semakin merona malu, ia menundukan wajah.
Thea berdehem. "Ehm.. Kita bicarakan hal ini lain kali, sekarang,, lebih baik kau pergi" ucap Thea dengan nada sedikit bergetar. "Baiklah,," ucap Galang mengalah. "Tapi beri aku satu kecupan" ucap Galang dengan nada menggoda. Thea tersentak kaget. "Ini tempat kerjaku, bagaimana kalau ada yang melihat?" Tanya Thea panik mencoba mengendalikan debar jantungnya. Sebenarnya disini bukan hal yang aneh orang yang berpacaran berciuman didepan umum, namun tetap saja Thea merasa sedikit malu melakukannya. Ia benar-benar belum bisa mengendalikan perasaannya. "Aku tak peduli" ucap Galang datar. Thea hanya menghela nafas. Ia tidak akan pernah menang berdebat dengan laki-laki pemaksa ini. "Baiklah" ucap Thea mengalah. Galang hanya mengulum senyum. Thea menoleh ke kiri dan kanan, kemudian menengok ke depan dan ke belakang, memastikan tak ada orang yang melihat. Galang hanya memutar bola matanya, melihat kelakuan calon istrinya. "Ya ampun, ayolah hanya sebuah kecupan" Galang mulai merajuk. "Diam bodoh!!" Ucap Thea sedikit kesal. Ia menghela nafas, dada nya mulai sedikit sesak. Tubuhnya terasa makin panas sekarang. Hanya sebuah kecupan singkat dan cepat, mengapa jantungnya berdebar sekencang ini? Batin Thea. Ia memegang kedua pipi Galang, kemudian mengecup bibirnya singkat. Saat Thea akan melepaskannya, Galang malah mengeratkan pelukannya. Membuat mata Thea membesar karena kaget. Kedua tangannya mencoba mendorong Galang menjauh, namun laki-laki itu sama sekali tak berkutik. Galang melepaskan ciumannya dengan dada yang naik turun karena hampir kehabisan nafas. Wajah Thea sudah merona hebat. "GILA!!" Teriak Thea dengan wajah merona kemudian melangkah pergi meninggalkan Galang yang sedang menyeringai geli karena kelakuan calon istrinya yang menurutnya sangat lucu. "Je t'aime*" Teriak Galang saat langkah Thea mulai menjauh. Wajah Thea semakin merona dibuatnya. * : aku cinta padamu.
Bersambung
YOU ARE READING
POP
FantasiaOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...