Part 39

278 11 0
                                    

Galang berdecak. "Mengapa mereka tidak duduk saja? Leherku pegal karena melihat mereka terus berdiri" bisik Galang dengan nada bercanda membuat Thea menyikut pelan perut Galang. Bisa-bisanya ia bercanda disaat seperti ini. Thea kembali menoleh ke depan. Jordan mengeluarkan sebuah kotak beludru dan terpangpang jelas sebuah cincin berlian disana. "Aku mencintaimu Nayla Agnesia. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Aku tidak bisa hidup tanpamu.." ucap Jordan penuh keyakinan namun dengan tatapan terluka. "Aku ingin menghabiskan waktu denganmu. Melewati suka dan duka denganmu. Menjadi keluarga kecil yang bahagia bersama anak-anak kita nanti. Maukah kau menikah denganku?" Ucap Jordan penuh harap. Mata Nyala sudah berkaca-kaca. Ia sangat terharu. Thea benar-benar terkejut dengan acara lamaran ini. Pasalnya ia tahu Jordan itu seperti apa, dan ia salut karena Nayla berhasil membuat Jordan bertekuk lutut dihadapannya. Sedangkan Galang hanya bisa berekspresi datar. Dari awal ia sudah tahu siapa Jordan, karena wajah Nayla yang tadi sempat memucat mendengar namanya. "Romantisnya. Aku tak menyangka, Jordan seromantis itu" gumam Thea pelan. Galang hanya memutar bola matanya. "Apa aku kurang romantis? Kau sama sekali tak tersentuh dengan apa yang sudah aku lakukan tadi dengan susah payah?" Ucap Galang mulai merajuk. Thea terkekeh geli. "Ya ampun kau ini" Thea menyentuh pipi kanan Galang kemudian mengecup bibirnya sekilas. "Kau romantis atau tidak, aku akan selalu mencintaimu. Meski aku belum sepenuhnya ingat, tapi kau akan selalu jadi pria istimewaku" ucap Thea dengan wajah merona. Galang tersenyum bahagia. Ia mendekatkan wajahnya, namun Thea langsung menoleh kembali membuat Galang hanya bisa mengerucutkan bibirnya.

Wajah Nayla berubah sendu. Kenangan saat laki-laki ini bilang kalau ia tak bisa berkomitmen dan berhubungan serius membayanginya. Jordan bisa menangkap apa yang gadis itu pikirkan. Ia mendesah berat. "Aku tahu kau belum bisa percaya padaku. Tapi setidaknya, kau harus percaya, ini adalah pertama kalinya aku melamar seorang wanita dan mengatakan cinta padanya" mata Jordan mulai berkaca-kaca membuat Nayla tertegun. Ia melihat ketulusan dan kesungguhan dari mata itu. "Sialan. Aku bisa gila kalau kau hanya diam!" Umpat Jordan dengan wajah frustasi. Ia mengusap kasar rambutnya. "Aku mohon sayang. Percayalah padaku.. Saat kau pergi aku benar-benar kehilangan arah.. aku mohon, aku sangat mencintaimu.." ucap Jordan menunduk. Nayla samar-samar mendengar isakan (lagi) dari pria ini. Menguatkan hati, Nayla ikut berjongkok. Ia memegang bahu Jordan lembut. Jordan mengangat wajah dengan air mata yang menetes. "Aku percaya sayang, aku percaya" Nayla menghapus pelan air mata Jordan. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Jordan kemudian memeluk laki-laki itu erat. "Aku juga sangat merindukanmu. Aku juga sangat mencintaimu.. Maaf, maafkan aku. Aku pergi, karena aku butuh waktu untuk berpikir. Maaf, membuatmu seperti ini" Nayla terisak pelan, mengingat kesakitan yang mereka rasakan. "Jadi apa kau mau menikah denganku?" Jordan mendorong bahu Nayla pelan, kemudian menatapnya dalam. Nayla tersenyum hangat kemudian mengangguk pelan. "Itu yang aku impikan sayang" senyum Jordan mengembang, ia menarik pinggang Nayla kemudian mengecup bibirnya pelan. Melepaskan kerinduan. Jordan melepas ciumannya. Wajah Nayla merona. Nafas keduanya masih memburu. Thea tersenyum penuh arti melihat wajah Nayla.

"Apa semua wanita selalu merona setelah berciuman?" Gumam Galang dengan nada menggoda membuat Thea merona. Jantungnya lagi-lagi bergetar. "Ap-apa maksudmu?" Thea terlihat duduk tak nyaman. "Kau juga selalu merona setiap kali setelah kita berciuman" ucap Galang polos. "He-hei!. Bodoh!" Thea memukul pelan lengan Galang, sedangkan laki-laki itu hanya menyeringai geli. Jantung Thea semakin berdebar dibuatnya. Laki-laki disampingnya ini, entah mengapa terlihat semakin seksi. Ya Tuhan, apa yang barusan ia pikirkan?. "Apa aku terlihat seksi? Sampai wajahmu merona begitu?" Goda Galang telak. Membuat wajah Thea semakin memanas. "Bo-bodoh!" ucap Thea semakin salah tingkah. Ia mengalihkan pandangan. "Apa kau juga sudah tak sabar ingin segera memilikiku?" Bisik Galang dengan nada parau, membuat Thea meremang. "Galang!" Sentak Thea menoleh dengan wajah sudah seperti kepiting rebus. Galang hanya terkekeh geli. Ia suka sekali menggoda gadis ini sedangkan Thea hanya bisa merengut. "Ya ampun, pasangan romantis kita. Ada apa dengan wajahmu ka?" Ucap Jordan terduduk sambil menarik Nayla. Terlihat cincin berlian sudah terpasang di jari manisnya. Thea berdehem. "Ka-kau menerima lamarannya?" Tanya Thea mencoba mengalihkan pembicaraan. Nayla mengangguk pelan, kemudian melingkarkan kedua tangannya di tangan kiri Jordan dengan sedikit malu. Galathe tersenyum bahagia mendengarnya. "Selamat ya" ucap Galang tulus. Thea mengangguk. "Terima kasih" ucap keduanya bersamaan. "Lalu bagaimana dengan kalian? Kapan tepatnya kalian berdua akan menikah?" Tanya Jordan penasaran. Baru saja Thea mau membuka mulut, Galang sudah menjawabnya. "Besok" ucap Galang sekenanya. "Apa?!" Bukan hanya Thea yang kaget, Jordan dan Nayla pun memekik kaget.

Galang hanya berekspresi datar membuat Thea semakin bingung dan kesal. "Apa maksudmu besok? Bukankah pernikahan kita 5 hari lagi?. Jangan bercanda Galang. Ini bukan hal main2" ucap Thea sedikit kesal. Jordan dan Nayla hanya terdian, pasalnya ini bukan urusan mereka. Galang mengangkat bahu. "Aku tidak pernah main-main denganmu" ucap Galang datar namun penuh kesungguhan. Thea memijit pelipisnya yang terasa sedikit pening. Laki-laki ini memang sangat keras kepala. "Dan kalau aku menolak?" Tanya Thea mencoba menawar. Ya Tuhan, setidaknya beri ia waktu. "Aku akan menciummu disini hingga kau kehabisan nafas didepan semua orang dan mungkin aku akan 'menyerangmu' kalau kau tetap tidak mau" ucap Galang datar namun penuh nada ancaman. "Gila!!" Pekik Thea dengan wajah merona. Bisa-bisanya ia mengancam dengan hal mesum seperti itu. Galang hanya mengangkat bahu tak peduli. Jordan dan Nayla hanya terkekeh geli. "Mau atau tidak? Astaga. Kita hanya perlu pergi, mengucapkan janji suci dan kita resmi menjadi suami istri. Kita bahkan bisa melakukannya sekarang" ucap Galang tak sabaran. Ia terlihat sedikit frustasi. "Terserah kau!!. Dasar pemaksa!. Egois!. Menyebalkan!!" Ucap Thea sedikut berteriak saking kesalnya. "Meski begitu, kau mencintaiku. Iya kan?" Goda Galang menyeringai geli. Thea tersentak. Wajahnya merona kembali. Ia memukul dada Galang berkali-kali dengan tangan kanannya. "Menyebalkan!! Menyebalkan!! Menyebalkan!!" Teriak Thea sambil terus memukul dadanya. Galang menarik tubuh Thea ke dalam pelukannya. "Ya sayang, aku juga sangat mencintaimu" Galang mencium rambut Thea dan menghirup aromanya. Membuat Thea perlahan terdiam dan membalas pelukannya.

Bersambung

POPWhere stories live. Discover now