"Hei" bisik Galang pelan sambil memegang tangan Thea. refleks Thea langsung memukul kepala Galang dengan tasnya. "Aww" Ringis Galang memegang pelipis kanannya. Thea terlonjak kaget. "Eh, maaf.. aku tak sengaja, aku kira penjahat" ucap Thea sedikit merasa bersalah. Ia mengelus pelipis Galang. "Sedang apa kau disini?" Tanya Thea melepas tangannya saat ia yakin Galang sudah merasa lebih baik. "Aku menjemputmu. Kau lembur lagi?" Tanya Galang khawatir. Thea mengangguk. "Besok akan ada wedding. Ah, kakiku sedikit sakit dan badanku semuanya terasa pegal" keluh Thea dengan nada sedikit manja. Hei, kalian jangan tertawa. Dia calon suamiku, tentu saja aku boleh bermanja-manja padanya. Wajah Galang tiba-tiba terlihat sendu. "Kau resign saja dari sini. Aku tak mau kau kelelahan" ucap Galang lembut, ia menarik bahu Thea kearah dadanya. Thea menggeleng pelan. "Kau tau aku cinta pekerjaanku, dan ini sudah resiko. Lagipula aku sudah terbiasa dengan ini semua" ucap Thea pelan, ia menyandarkan kepalanya didada Galang, merasakan debaran jantung laki-laki itu, membuat semburat merah muncul diwajah Thea. "Ya sudah, kalau begitu jangan mengeluh!" Ucap Galang kesal. Ia langsung melangkah pergi membuat Thea tertegun. "Hei. Galang, tunggu" ucap Thea sedikit berlari. Galang melangkah dengan cepat. "Galang,, sayang,, tunggu" ucap Thea menarik tangan Galang. "Apa?!" Tanya Galang, nada suaranya meninggi. Thea tersentak. Laki-laki ini marah. "Maaf,, jangan marah, aku mohon" ucap Thea sedikit merasa bersalah. "Kau tau kan betapa aku mencintai pekerjaan ini. Ini passionku. Aku harap kau mengerti" ucap Thea menunduk. Matanya mulai memanas. Hei, mengapa ia jadi cengeng sekarang?. Galang dan memasak adalah dua hal yang paling ia cintai sekarang, dan ia tak mungkin bisa memilih salah satunya. Galang menghela nafas, ia menarik Thea kedalam pelukannya. "Aku hanya menghawatirkamu. Aku hanya tak ingin kau kelelahan" ucap Galang lembut. Thea mengangguk paham, ia membalas pelukan Galang.
"Heh? Mengapa kau bawa motor?" Tanya Thea sedikit bingung. Pasalnya ia memakai high heels dan rok mini sekarang, meski hanya 5cm diatas lutut. "Kau masih bisa naik dengan rok itu. Atau kau mau aku menggendongmu?" Tanya Galang menyeringai nakal. Wajah Thea seketika merona kemudian ia menggeleng pelan. "Ayo naik" Galang mengulurkan tangan, ia telah naik ke motor besarnya. Thea terlonjak kaget. sejak kapan ia sudah berada disana? Batin Thea. Thea menerima uluran tangan Galang. "tutup pahamu dengan ini" ucap Galang menyerahkan jaketnya. "Aku tak mau ada laki-laki lain yang melihatnya" ucap Galang dengan nada possesive. Thea merona bahagia. Ia suka sekali dengan sifat Galang yang satu ini, karena ia memang tidak pernah diperlakukan seperti ini. Thea menerima jaket Galang kemudian menutup paha atasnya yang memang sedikit terekspos. Galang menstarter motornya. Namun ia hanya terdiam. Thea mengerutkan kening, bingung. "Peluk" ucap Galang dengan sedikit memerintah. "Oh, iya" Refleks Thea langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Galang, ia menyandarkan kepalanya dipunggung Galang. Hangat. Batin Thea dalam hati. Galang hanya tersenyum penuh arti. ***** "Kapan kau libur?" Tanya Galang saat ia mengantar Thea sampai pintu depan rumahnya. "Hm, lusa. Kenapa?" Tanya Thea penasaran, ia memberikan jaket Galang kembali. "Aku juga akan libur kalau begitu. Ayahku ingin kau memasak makanan untuknya" ucap Galang datar. Thea menyipit tajam. "Kau atau ayahmu?" Tanya Thea curiga. Galang tersenyum. "Dua-duanya, mungkin" ucap Galang mengangkat bahu. Thea mengulum senyum. "Memang ayah suka makanan apa?" Tanya Thea menatap Galang. Wajah Galang tiba-tiba merona saat ia memanggil ayahnya hanya dengan sapaan ayah. Galang berdehem. "Makanan khas perancis" jawab Galang singkat. "Oke. Lusa kau temani aku belanja" Galang mengangguk. "Baiklah. Sampai jumpa. Kau hati-hati dijalan, jangan mengebut" Thea melambaikan tangan. Galang tersenyum kemudian mengecup Thea sekilas kemudian melangkah pergi meninggalkan Thea yang lagi-lagi merona malu.
Bersambung
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...