"Dimana Digo? Apakah dia tak rindu pada kakaknya ini?" Tanya Thea menoleh. "Seperti biasa" ucap Tristan tetap melihat kearah depan. "Di perpustakaan? Lagi??" Pekik Thea. Tristan hanya mengangguk. Thea menepuk pelan dahinya. "Ada apa dengan anak itu? Apakah disana ada seseorang yang dia sukai?" Tanya Thea penasaran. Digo memang suka membaca, tapi ia tak pernah pergi ke perpustakaan sesering ini. Tristan hanya mengangkat bahu. "Apakah tak cukup dia belajar dan membaca dikampus?" Ucap Thea lebih pada dirinya sendiri. "Aku tak habis pikir dengan anak itu. Seharusnya dia yang memegang restoran. Tapi kenapa malah aku yang dipaksa harus menjalankannya? I really like cooking, i love cooking. Bahkan pekerjaanku sebagai chef, membuatku bisa berjalan-jalan ke luar negeri. Tapi kenapa sekarang malah aku yang dipaksa ayah untuk menjalankan bisnis? Padahal kan Digo yang sedang kuliah bisnis" ucap Thea sedikit kesal. "Ya ampun. Bisakah kau tidak mengeluh? Itu kan hanya hal sepele. Kau kan pintar, mudah untuk belajar. Lagipula aku menjemputmu bukan untuk mendengarmu mengeluh" ucap Tristan dingin. Thea hanya merengut. Inilah Tristan. Tadi dia bersikap hangat, sekarang keluar aslinya. Lagipula dia bukan mengeluh. Dia hanya ingin Tristan mendengarkan. Thea menghela nafas.
Galang melangkah menuju mobil porche merah yang tak jauh dari pintu lift. Ia masuk kemudian menyalakan mobilnya. Ia langsung menancap gas meninggalkan hotel. Pikirannya terus tertuju pada ayahnya. Mengapa ayahnya menyuruhnya datang? Ke rumah pula? Apa yang akan ia bicarakan? Tiba-tiba ia melihat sosok gadis yang sangat ia kenal. Galang menepi, kemudian ia membunyikan klaksonnya. "Apa kau habis dari perpustakaan?" Tanya Galang sesaat setelah ia membuka kaca mobilnya. "Kakak?! Apa yang kakak lakukan disini?!" Pekik gadis tersebut. "Hei! Sisi Pratama Harun! Aku yang pertama kali bertanya! Mengapa kau malah bertanya balik?!" Tanya Galang sedikit kesal. Sisi hanya cengengesan. Ia kemudian berlari kearah kanan mobil, membuka pintu kemudian melangkah masuk. "Mau apa kau?!" Tanya Galang bingung. "Tentu saja ikut kakak pulang" ucap Sisi datar. Ia menyalakan MP4 mobil kakaknya. "Darimana kau tau aku mau pulang?" Tanya Galang bingung. "Ayah meneleponku. Dan dia meminta kita untuk pulang. Cepat jalankan mobilnya!!" Ucap Sisi tak sabar. Galang mengerutkan kening. "Sebenarnya apa yang akan ayah katakan?" Tanya Galang menjalankan mobilnya. Sisi hanya mengangkat bahu tak peduli. Galang semakin penasaran dengan apa yang akan terjadi.
Galang dan sisi keluar dari mobil kemudian masuk ke dalam rumah. Terlihat ayahnya sedang duduk di salah satu sofa sambil mengesap kopinya. "Duduk" ucap ayah saat ia melihat Galang dan Sisi. Galang dan Sisi duduk tak jauh dari ayahnya duduk. "Apa ada sesuatu yang penting sampai ayah memanggilku ke rumah?" Tanya Galang mulai membuka pembicaraan. "Kau tau tuan Russel?" Tanya ayah menoleh. Galang terlihat berpikir. "Hm, salah satu pemilik restoran?" Ucap Galang ragu. "Ya. Dia adalah pemilik restoran Cheux. Dia sahabat ayah sejak kami masih kecil" Galang mengangguk mendengarkan, sementara Sisi hanya sibuk memainkan handphonenya. Galang memutar bola matanya saat ia melihat Sisi yang tak mempedulikan pembicaraan ini. "Ayah berencana akan menjodohkanmu dengan anaknya" ucap Ayah lagi. Galang yang tak mendengar jelas perkataan ayahnya hanya mengerutkan kening. "Apa? Maaf, aku tak mendengar ayah" Galang menoleh kembali ke ayahnya. "Ayah akan menjodohkanmu dengan anaknya!" Ucap ayah sedikit berteriak. "Apa?! AYAH GILA!!" teriak Galang kaget ia langsung berdiri. Sisi hanya menganga, ia melihat kearah Galang kemudian melihat ke ayahnya dengan bingung. Mata ayah Galang langsung membesar karena kata-kata kasar anaknya. "Ayah tidak peduli kau setuju atau tidak!! Kau harus menikah dengannya!! Kalau tidak kau tidak akan mendapatkan kekayaanku SEDIKIT PUN!!" ucap ayah tegas kemudian ia melangkah pergi. Galang langsung terduduk sambil meremas rambutnya pelan.
"Merci* Tristan" ucap Thea tersenyum manis saat ia akan keluar dari mobilnya. "Hmm" Tristan hanya bergumam. Thea hanya mendengus. Bagaimana bisa ia jatuh cinta pada lelaki ini. Terkadang hangat, namun sering kali sangat dingin. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Tristan selama ia pergi?. Thea melangkah keluar menuju rumahnya. "Ayah, kau ada dirumah?" Tanya Thea saat ia melihat ayahnya sedang menonton Tv. Ayahnya mengangguk, kemudian ia meminta Thea duduk disampingnya. "Bagaimana perjalanannya?" Tanya Ayah tersenyum. Thea memeluk ayahnya dari samping. "Menyenangkan. Aku merindukanmu" ucap Thea mengesap aroma tubuh ayahnya. "Aku juga. Sayang, apa kau tau Tuan Harun?" Tanya ayah mengelus pelan rambut Thea. "Tuan Harun pemilik Joux contruction?" Tanya Thea memastikan. Ayahnya mengangguk. "Kami bersahabat sejak kecil. Dan aku berencana untuk menjodohkanmu dengan anaknya" ucap ayah datar. Thea langsung melepaskan pelukannya. Apa telinganya salah dengar?. "Berencana apa?" Tanya Thea memastikan. "Menjodohkanmu dengan anaknya" ucap ayah lagi. "WHAT?!" Pekik Thea. Ayahnya meringis karena kerasnya suara Thea. "Pelankan suaramu" ucap ayah memegang telinganya yang berdengung. "Ayah!! Ayah tidak bisa melakukannya!! Aku bukan anak kecil lagi!! Ini hidupku!!" ucap Thea sedikit berteriak. "Dan ayah berhak memutuskan hidupmu. Kalau kau tidak mau ayah akan cabut pekerjaanmu dan kau tidak boleh bekerja lagi sebagai chef" ucap ayah masih dengan nada datar namun ada nada ketegasan disana. Membuat Thea seketika tertegun sekaligus kesal setengah mati. "TERSERAH!" ucap Thea melangkah pergi. * : terima kasih. Piece Of Puzzle POP.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/122979439-288-k593353.jpg)
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...