"Hei. Aku sudah memaafkanmu. Itu masa lalu, meski itu adalah salah satu kenangan buruk, tapi aku mulai merindukannya.. lagipula, aku tidak membencimu.. hanya marah dan kesal mungkin" ucap Thea tersenyum. Galang terdiam mendengar ucapan Thea. Hatinya tiba-tiba terasa hangat. Galang melepas pelukannya. Ia melihat Thea tersenyum hangat padanya, membuat Galang merona dan mengalihkan pandangan. "Lebih baik kau istirahat sekarang. Aku akan ada disini" ucap Thea menggenggam tangan Galang, membuat jantung laki-laki itu semakin menderu. Galang mengangguk kemudian mulai menutup matanya. Tak butuh waktu lama ia terlelap mungkin karena pengaruh alkohol yang diminumnya. Thea melihat wajah Galang yang kali ini tidur dengan lebih tenang. Ia memperhatikan wajah laki-laki itu dengan seksama. Tiba-tiba jantungnya berdebar kembali, kemudian menjalar ke wajahnya yang semakin terasa panas. "Ya ampun,, sepertinya aku sudah jatuh cinta pada laki-laki bodoh ini" ucap Thea pelan sambil mengelus rambut Galang. Thea tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya. Dengan nafas memburu, ia semakin mendekatkan wajahnya. Saat wajah mereka hanya berjarak beberapa inchi, wajah Tristan dan Nayla tiba-tiba melintas membuat pergerakan Thea terhenti. Thea menggeleng. Ia menarik wajahnya kembali. "Tidak bisa. Kami masih sama2 punya kekasih" ucap Thea pelan dengan wajah sendu. Ia menghela nafas. Tapi berada disamping laki-laki ini semua terasa berbeda dan jauh lebih berwarna. Ia tersenyum pahit. Thea menutup mata, tanpa sadar air matanya menetes. Ia mendekatkan wajahnya kembali, kemudian mencium kening Galang lama, sampai ia tak sadar air matanya kembali menetes mengenai kening Galang.
Pagi hari, matahari mulai bersinar. Musim dingin akan segera berakhir. Galang perlahan mulai membuka matanya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Tiba-tiba rasa sakit langsung menusuk kepalanya akibat alkohol yang ia minum tadi malam. Galang meringis pelan, sambil memegang kepalanya yang sedikit sakit. Ia mengedarkan pandangan, tiba-tiba matanya jatuh kearah kanan. Ia melihat sosok seorang wanita tidur disamping ranjang, pelipisnya bertopang pada tangan kirinya. Galang mengerutkan kening, pasalnya ia tak bisa melihat wajah wanita tsb. Apa mungkin Sisi? Batin Galang. Galang menggeleng, rambut Sisi tak sependek itu. Apa mungkin,, wanita tersebut tiba-tiba terbangun dari tidurnya, ia menaikan kedua tangannya keatas untuk meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, gerakan yang membuat Galang seketika menegang melihat wajah cantik wanita tsb. Bahkan saat bangun tidur, kau terlihat sangat cantik. Batin Galang. Tiba-tiba wajahnya merona, ia mengalihkan pandangan. "Eh, kau sudah bangun?" Tanya Thea sedikit kaget. Galang bergumam. "Sedang apa kau dikamarku?" Tanya Galang datar. Masih melihat kearah lain. "Tadi malam kau mabuk, aku mengantarmu pulang, dan aku ketiduran disini" ucap Thea dengan nada sedikit parau. "Bagimana bisa seorang gadis tertidur dikamar seorang pria?" Tanya Galang agak kesal. Thea mendengus. "Pagi ini aku sedang tidak mood berdebat denganmu" ucap Thea melirik kearah jam. "Lagipula aku harus segera pergi. Aku harus bekerja" Thea melangkah kearah pintu. Galang hanya memperhatikannya. "Ah, punggungku sakit" keluh Thea sambil memegang punggungnya. "Hei" sapa Galang lembut. Membuat gerakan Thea terhenti saat ia akan membuka kenop pintu. Ia sama sekali tak menoleh, hanya terdiam. "Terima kasih" ucap Galang pelan namun terdengar tulus. Thea tersenyum penuh arti. Ia bergumam, kemudian membuka pintu melangkah pergi dengan hati berbunga.
Usai bekerja, Thea memutuskan mampir ke sebuah toko roti untuk membeli roti perancis untuk Galang. Namun langkahnya terhenti saat ia melihat sosok laki-laki, yang selama setahun ini mengisi relung hatinya sedang bersama seorang wanita dan mereka sedang makan di teras sebuah cafe sambil sesekali tertawa. Thea melangkah mendekat kemudian bersembunyi dibalik pohon. Ia mengintip dari balik pohon sambil menatap tajam kearah Tristan. Laki-laki itu mengobrol dengan seorang wanita berambut panjang. Tristan kembali tertawa. Thea tertegun. Pasalnya ia tak pernah melihat laki-laki itu tertawa sebahagia itu jika bersama dirinya. Rasa sakit tiba-tiba merasuk ke dalam hatinya. Ia mengepalkan tangan menahan amarah. Tiba-tiba keduanya berdiri. Wanita tersebut menoleh kearah Thea, dan seketika tubuh Thea menegang saat melihat wajah wanita itu. Wanita yang pernah dicium Galang dan yang pernah ia lihat digaleri. "Na,, Nayla?" Gumam Thea pelan. Ia terlalu kaget, kakinya bahkan gemetar, tak kuat hanya untuk sekedar melangkah. Apa yang mereka lakukan? Batin Thea. Tristan merangkul Nayla kemudian mereka melangkah menuju hotel yang tak jaih dari cafe tersebut. Thea menghela nafas. Mencoba mengumpulkan kekuatan. Ia memutuskan untuk mengikuti keduanya. Dengan langkah perlahan dan mengendap-endap ia mengikuti keduanya dari belakang. Mereka masuk lift dan berhenti dilantai 3. Thea segera menuju tangga dengan sedikit berlari. Ia tak mau sampai kehilangan jejak mereka. Saat ia fokus mengendap-endap, tiba-tiba kepalanya terbentur kepala orang lain. "Argh" ringis Thea pelan. Ia mengelus pelipis kirinya yang terasa sakit. Thea menoleh. "Hah?! Otak tumpul?!" Pekik Thea kaget membuat Galang refleks membekap mulutnya dan menyeretnya bersembunyi dibalik dinding. "Sedang apa kau disini?" Bisik Thea pelan. "Aku disini sedang melakukan hal yang sama yang sedang kau lakukan sekarang" bisik Galang tak kalah pelan. "Jadi kau melihat Nayla juga?" Tanya Thea. Galang mengangguk.
Thea memiringkan kepalanya. "Ah, kemana mereka?!" Tanya Thea panik. "Ayo ikuti mereka" ucap Galang menarik tangan Thea. Thea mengangguk. "Itu mereka" ucap Galang pelan menunjuk kedepan. Terlihat mereka membuka pintu sebuah kamar. Thea yang melihat hal itu hanya bisa terdiam, tiba-tiba ia melepaskan tangan Galang dan berlari kearah Tristan. Namun terlambat, mereka berdua terlanjur masuk kedalam kamar. "Argh!!" Geram Thea kesal tepat didepan pintu no 409. Thea ingin mengetuk pintu tsb, namun Galang menahannya. Ia menarik tangan Thea menjauh dari kamar tersebut. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Galang heran. "Tentu saja menangkap basah mereka!" ucap Thea menahan amarah. Galang menyeringai. "Ini hotel bintang 7. Apa yang akan terjadi kalau kau membuat keributan disini?" Tanya Galang membuat Thea seketika terdiam. Thea menghela nafas, wajahnya tiba-tiba berubah sendu. Matanya terlihat berkaca-kaca. Galang yang melihat hal itu, ikut merasa sakit. "Kita tunggu mereka di lobi. Ayo" ucap Galang menarik tangan Thea menuju lobi. Di lobi, mereka hanya memesan kopi dan beberapa makanan ringan sambil sesekali membaca koran atau majalah. Thea terlihat gelisah, berbeda dengan laki-laki disampingnya. Ia terlihat sangat tenang. Apa dia tidak cemas kalau kekasihnya berselingkuh? Kenapa dia terlihat begitu tenang? Batin Thea heran. Ia meminum kopinya kembali. Ini sudah hampir satu jam setengah. Apa yang mereka lakukan didalam selama ini? Batin Thea kesal. Tiba-tiba ia berpikir yang tidak-tiba. Matanya kembali berkaca-kaca, air matanya menetes namun ia segera menghapusnya pelan, tak ingin Galang melihatnya seperti ini. "Tenanglah. Semua akan baik-baik saja" ucap Galang pelan. Ia menggenggam tangan Thea untuk menenangkan gadis itu. Thea hanya mengangguk pelan.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/122979439-288-k593353.jpg)
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...