Part 36

244 10 0
                                    

Hei, bukankah tadi ia sedang kesal. Mengapa pula Tristan menanyakan hal bodoh itu?. "Kau memang selalu mencintainya, dan itu tak akan pernah berubah" Tristan tersenyum. Itu bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan. Mendengar hal itu wajah Thea merona. Sialan, mengapa wajahnya malah merona disaat yang tak tepat hanya karena ucapan Tristan yang menyatakan kalau ia mencintai laki-laki bodoh itu. Ya, ia akui, ia memang mencintai laki-laki itu. Ia juga bingung apa alasannya. Namun, hei, ia sedang marah pada laki-laki bodoh itu sekarang. "Aku yakin dia hanya sibuk. Aku yakin dia tak sengaja melakukannya. Aku tahu perasaannya padamu, aku bisa melihat itu dari matanya. Kau sangat berharga untuknya, kau tahu" ucap Tristan dengan nada penuh keyakinan. Membuat Thea lagi-lagi merona. Hati Tristan berdenyut saat melihat wajah gadis didepannya merona. Namun sayang itu bukan untuknya. "Dan aku yakin, dia hanya cemburu padaku. Namun ia tak bisa menyampaikannya dengan baik" ucap Tristan saat yakin Thea hanya diam. "Sudahlah, jangan menangis lagi. Kalian kan bisa mengundang kerabat dan teman-teman dekat dulu. Ayolah tersenyum" ucap Tristan menarik kedua sudut bibir Thea membuat sebuah senyuman. Thea memukul pelan tangan kiri Tristan, membuat lelaki itu terkekeh geli. "Terima kasih Tristan. Aku tak menyangka, aku merasa lebih nyaman dengan kita yang seperti ini. Kau selalu ada untukku sekarang" Thea memeluk Tristan tulus. Tristan hanya bisa tersenyum pahit.

H-5. Thea melangkahkan kakinya dengan riang menuju kantor Galang. Ia ingin memperbaiki hubungannya karena masalah kemarin. Ia membawa croisant kesukaan Galang. Darimana ia tahu, entahlah, ia juga bingung. Tapi ia yakin, laki-laki itu menyukai roti ini. Sekilas Thea menoleh kearah lain, kemudian menoleh kembali menuju kantor Galang. Thea tersentak. Ia menoleh kemudian menyipitkan matanya. Kening Thea berkedut. Laki-laki sialan. Ia melangkah dengan cepat. Wajahnya penuh amarah. Thea menepuk pelan bahu laki-laki tersebut. Ia menoleh tanpa sadar kemudian menoleh kembali ke lawan bicaranya. Thea mengangkat sebelah alis, menunggu. Tak butuh waktu lama, laki-laki itu menoleh dengan wajah memucat. "Sayang!" Pekik Galang kaget. Thea hanya memutar bola matanya. "Sedang apa kau disini?" Lanjut Galang sedikit terbata. "Simpan panggilan menjijikanmu itu!. Dan lihat, apa kataku kemarin ternyata memang benar. Sialan kau GALANG HARUN!" ucap Thea dengan nada dingin dan sinis. Matanya sangat mengintimidasi Galang membuat Galang benar-benar ciut. "Hei. Dia ini,," "Aku tahu siapa dia!" Ucap Thea benar-benar marah. Galang menelan ludah dengan susah payah. Ia hanya ingin bercerita pada Nayla, mengapa yang terjadi malah bencana?. "Pernikahan kita, aku tunda" ucap Thea datar. "Apa?!" Pekik Galang kaget. Thea menatapnya tajam. Galang terlihat frustasi, ia meremas pelan rambutnya. "Theaa, sayang. Dengarkan aku dulu" Galang melihat Thea dengan tatapan terluka dan sendu. "Ayo Nayla, kita pergi. Biarkan laki-laki brengsek ini sendiri" ucap Thea datar menyimpan keranjang rotinya. Galang hanya bisa tertegun. "Tu-tunggu. Kau mau kemana?" Galang terlihat bingung dan shock. Pernikahan yang tinggal 5 hari lagi, terancam gagal. "Shopping!. Jangan mengikutiku!" Ucap Thea dengan nada dingin dan tegas saat Galang akan melangkahkan kakinya. Galang langsung mematung. Thea dan Nayla melangkah pergi. "Sialan!!" Umpat Galang frustasi.

Bersambung

POPWhere stories live. Discover now