Thea berjalan keluar rumah dengan wajah penuh amarah. Apa lagi yang kali ini ayahnya lakukan? Apa yang selama ini ia lakukan untuk ayahnya masih kurang? Dan sekarang ayahnya ingin merenggut satu-satunya kebahagiaan dari hidupnya?. "DAMN!!" teriak Thea menendang kerikil kecil. Dimana Digo? Apa yang ia lakukan sekarang? Apakah ayahnya lebih menyayangi adiknya itu?? Kenapa ayahnya selalu memaksakan kehendak padanya sedangkan Digo bebas memilih apa yang dia mau??. "ARGH!!" Teriak Thea membuat orang-orang disekitarnya menoleh. Tiba-tiba ia tersadar dan telah berada dibawah apartement Tristan. Thea menghela nafas. Ia kemudian melangkah masuk ke lantai dua. Ia mengetuk pintu. Tak lama kemudian Tristan keluar dengan bertelanjang dada. Membuat Thea mengerjapkan matanya. Thea mengalihkan pandangan menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Masuk" ucap Tristan saat melihat wajah Thea yang memerah. Thea mengikuti Tristan dari belakang kemudian menghempaskan dirinya di sofa. Tristan keluar dari kamar, memakai kaus putih. Ia ke dapur kemudian mengambilkan orange jus. "Ada apa?" Tanya Tristan menyimpan gelas orange jus diatas meja. Ia kemudian duduk di kursi meneruskan lukisan yang tadi sempat tertunda. "Kau tau, ayah akan menjodohkanku dengan anak sahabatnya" ucap Thea sedikit frustasi. Tristan diam, masih menggoreskan cat-cat ke dalam lukisannya. "Aku tak suka!! Ayah selalu saja memaksakankan kehendaknya padaku!" Geram Thea kesal.
Tristan masih mendengarkan sambil terus fokus ke lukisannya. "Apakah dia lebih sayang Digo dibandingkan aku? Aku selalu berusaha memenuhi keinginan ayah. Tapi apa yang aku dapat sekarang? Dia ingin merenggut kebahagiaanku!!" Ucap Thea sedikit berteriak. Matanya mulai berkaca-kaca. "Mengapa hari ini kau banyak mengeluh? Dengan mengeluh kau tak akan pernah bisa menyelesaikan masalahmu" ucap Tristan datar masih fokus ke lukisannya. Pelipis Thea berkedut. "Apa katamu? Aku mengeluh?? Oh God. Tristan!! Aku akan dijodohkan!! Dijodohkan!! Apa kau sama sekali tak peduli?!" Tanya Thea seketika berdiri ia mengepalkan tangannya. Namun Tristan masih duduk fokus ke lukisannya. Bagaimana bisa kekasihnya berkata sedingin itu. Bahkan terkesan tak peduli. Tanpa sadar air matanya menetes. "Apa yang terjadi denganmu?" Ucap Thea pelan. Ia melangkah keluar dari apartement Tristan dengan perasaan yang kacau. Ia berharap kekasihnya bisa menenangkannya, namun yang terjadi perasaannya semakin tak karuan. Ia bodoh bisa mencintai laki-laki dingin itu.. Thea menoleh kearah pintu. Bahkan kekasihnya itu sama sekali tak mengejarnya. Thea mengepalkan tangan. "Laki-laki bodoh!" Ucap Thea meneteskan air mata, ia menghapus kasar air mata yang keluar sambil terus melangkahkan kaki entah kemana.
Beberapa kali Galang mencoba menghubungi Nayla, tapi handphone kekasihnya itu sama sekali tak aktif. Hanya voice mail yang terus saja terdengar. Membuatnya semakin kesal. "Apa yang dia lakukan?! Kenapa handphonenya tak aktif?!" Geram Galang kesal. Ia melangkahkan kaki menyusuri sepanjang sungai seine dengan keadaan yang kalut, dan wajah menahan amarah. Tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang. Gadis itu terlihat meringis. "Pardon moi. Je ne te vois pas. Je,,*" kata-kata Galang menggantung saat gadis itu mengangkat wajahnya. Keduanya terdiam kaku. Oh my,, kesialan apa lagi ini?? Setelah mendapatkan kabar buruk, sekarang aku harus bertemu dengan orang menyebalkan ini? Batin Thea kesal. "Oh lihat, siapa ini??. Putri buruk rupa, si kutu buku yang dingin, sekarang telah berubah menjadi angsa. Operasi plastik berapa juta Euro?" Ucap Galang datar dengan nada sarkastik. "Hei!!" Pekik Thea, wajahnya memerah karena menahan amarah. "Apa?!" Tantang Galang. "Dasar anak sok kaya, otak tumpul!!" Ucap Thea menginjak kaki Galang dengan sekuat tenaga memakai hak high heelsnya. "Aw!!" Ringis Galang. "What hell are you doing?!" Galang meloncat2 sambil memegang kaki kananya. "Itu balasan, untuk 2 tahun high school yang menyebalkan!!" Ucap Thea melangkah pergi sambil menyenggol bahu Galang. Galang menoleh. "Gadis Gila!!" Ucap Galang sedikit berteriak. * : maafkan aku. Aku tidak melihatmu. Aku,
Bersambung

YOU ARE READING
POP
FantasiaOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...