Senyum Nayla terus mengembang saat mereka berdua naik carousel. "Aku akan jadi pangeran berkuda putih untukmu" ucap Galang sedikit berteriak. Nayla tersenyum melihat tingkah Galang yang mencoba menghiburnya. Terima kasih. Batin Nayla. "Ah, kepalaku sedikit pusing" ucap Galang memegang pelipisnya sesaat setelah mereka turun dari carosel. Nayla tersenyum. "Terima kasih" ucap Nayla mencium pipi Galang sekilas. Galang hanya terdiam kemudian menoleh sambil tersenyum hangat. "Ayo kita duduk dibangku itu" Nayla mengangguk kemudian mereka duduk dibangku taman tak jauh dari carousel. "Kau tunggu disini, aku akan membelikanmu minum dan es krim" ucap Galang sambil menyentuh bahu Nayla. Nayla hanya mengangguk. Galang kemudian melangkah menuju pedagang es krim keliling yang tak jauh dari Nayla duduk. "Je veux une creme glacee a la fraise*" ucap Galathe bersamaan. Galathe sama-sama menoleh. Seketika mata mereka membesar. "Oh Mon Dieu!!**" Pekik Thea. "Kau penguntit!!" Ucap Thea kesal. Ia menyipitkan matanya. "Haruskah aku menguntitmu?! Orang yang sama sekali tak penting dalam hidupku?!" Ucap Galang sinis. Kening Thea berkedut. "Lagipula, dari banyak tempat di Paris, kenapa kita harus bertemu lagi disini?? Hari ini aku bahkan sudah bertemu denganmu dua kali!!. Jangan2 kau menguntit kemana aku pergi??" Tanya Galang curiga. "Hei!! Otak Tumpul!!" Tegur Thea menunjuk wajah Galang. "Apa?!" Tantang Galang. Laki-laki ini benar2 menyebalkan. "Sayang, ada masalah?" Tanya Tristan tiba-tiba. Ia menyentuh pinggang Thea. Galang yang melihat hal itu hanya mendengus. "Ternyata si buruk rupa punya kekasih juga" ucap Galang dengan nada sinis. Thea terdiam. Tristan yang mendengar hal itu, merasa tersinggung. "Maaf. Apa yang baru saja anda katakan? Apa saya salah dengar?" Tanya Tristan dingin. "Dia, buruk rupa" ucap Galang mengulang kata-katanya sambil menunjuk kearah Thea. Tristan langsung melayangkan tinjunya ke pipi Galang, membuat Galang tersungkur ke tanah. "Tristan!!" Pekik Thea. * : aku ingin satu ice cream strawberry ** : Ya Tuhan!!
"Apa kau bilang?!" Tristan mencengkram kerah Galang dengan keras. Wajahnya merah karena amarah. Galang menyeringai. "Dia tidak pantas untukmu" ucap Galang datar. Tristan melayangkan kembali tinjunya. "Tristan cukup!" Thea menahan tangan Tristan yang sudah siap memukul Galang kembali. Terlihat darah segar keluar dari sudut bibir Galang. Galang meludah, ia menghapus kasar darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Kau pengecut!! Berani-beraninya kau menghina seorang wanita. Kau sama saja dengan sampah!!" Ucap Tristan menarik tangan Thea. Thea sekilas menoleh dengan tatapan sendu. Matanya berkaca-kaca. Galang yang melihat itu tersentak. Apa ia sudah keterlaluan? Batin Galang tiba-tiba merasa bersalah. Pasalnya ia sama sekali tak pernah melihat gadis itu mengeluarkan air mata. Bahkan ketika disekolah sekali pun. Galang berdiri dengan gontai, mengambil ice cream dan segera membayarnya. "Kenapa lama sekali?" Tanya Nayla menoleh. Galang menundukkan kepalanya. Ada apa dengannya? Batin Nayla. "Maaf,, tadi,," Galang mengangkat wajahnya. Seketika Nayla tersentak. "Kau kenapa?" Tanya Nayla panik, ia memegang sudut bibir Galang yang masih mengeluarkan darah. Galang menggeleng. Nayla mengeluarkan sapu tangannya. Dengan pelan dan lembut, ia membersihkan sudut bibir Galang. Galang hanya memperhatikan wajah Nayla dengan seksama. Tiba-tiba perasaan bersalah itu muncul kembali. Dengan perlahan, ia menyandarkan kepalanya ke bahu Nayla. Nayla terlonjak kaget. Namun ia hanya diam. Untuk beberapa saat, posisi mereka terus seperti itu. Sampai Nayla mengajaknya pulang karena salju akan segera turun.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/122979439-288-k593353.jpg)
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...