Part 15

202 12 0
                                    

Dengan tersenyum gugup Thea mendorong tubuh Galang menjauhi Tristan. "Ada apa denganmu?!" Tanya Galang membalikkan badan dengan cepat, membuat Thea menabrak tubuh Galang tanpa sengaja. Thea berdehem kemudian mundur beberapa langkah. "Aku yang seharusnya bertanya!! Ada apa denganmu?!" Tanya Thea dengan sedikit berteriak karena kesal. Ia tak mengerti dengan sikap laki-laki ini. "Lagipula mengapa kau bilang kalau kau calon tunanganku?! Apa kau tidak peduli perasaan Tristan?? Dia kekasihku" ucap Thea lagi. Galang mengangkat bahu tak peduli. Jujur ada rasa tak suka saat Thea menyebut lelaki itu sebagai kekasihnya. "Kau memang calon tunanganku. Atau kau tidak mau bertunangan denganku?" Tanya Galang menyipitkan matanya tajam. Thea menelan ludah, entah sejak kapan tapi ia merasa agak takut dengan tatapan laki-laki ini. "Bukan,," "Oh, atau kau mau pekerjaanmu dicabut??" Tanya Galang dingin. Thea tersentak. "Hei!! Otak tumpul!! Aku belum selesai bicara!!" Pekik Thea membuat Galang sedikit kaget namun laki-laki itu langsung bisa mengendalikannya. "Ayahmu menyuruhku untuk menjemputmu. Dia ingin kita makan siang bersama" ucap Galang datar. "Benarkah?" Tanya Thea tak percaya, ia menyipitkan mata curiga. "Biar aku telepon ayah" ucap Thea santai, ia merogoh tasnya. "Eh, jangan!" Pekik Galang kaget. "Eh, maksudku tadi ayahmu bilang kalau ia ada rapat, jadi tak mau diganggu" Ralat Galang saat Thea melihatnya dengan kaget dan tatapan curiga. Thea mengangkat bahu. "Baiklah. Aku akan pamit dulu pada Tristan" ucap Thea membalikan badan. "Terserah" ucap Galang datar. Ia mengikuti Thea dari belakang.

"Tristan" Thea menyentuh bahu Tristan pelan. Tristan menoleh. "Ayah menyuruhku untuk makan siang dengan orang ini" ucap Thea menunjuk kebelakang dengan ibu jarinya. Ekspresi Tristan tiba-tiba berubah. "Jadi maaf, aku harus pergi" ucap Thea menyesal. Tristan menarik pinggang Thea agar ia mendekat kearahnya. Galang hanya memutar bola matanya malas. "Tapi aku masih merindukanmu" ucap Tristan sedikit parau. Thea hanya tersenyum canggung. Jujur ia merasa tak enak dengan situasi ini. Tapi Galang kan tak ada hubungan special denganku? Mengapa aku harus merasa bersalah padanya? Ah,, mengapa jadi serba salah begini?! Geram Thea dalam hati. Tiba-tiba Tristan mencium Thea lembut dan penuh kasih sayang, membuat Thea seketika melupakan keberadaan Galang yang sudah menegang dengan tangan mengepal menahan amarah. Tristan melepaskan ciumannya. Terlihat wajah Thea memerah menahan malu. Ia menempelkan dahinya ke dahi gadis didepannya. "Aku mencintaimu" ucap Tristan lembut. Thea tersenyum. "Aku,," "Ayo cepat!" Galang menarik tangan Thea dengan kasar, membuat Thea terperanjat kaget. Tristan hanya menggeram kesal melihat kekasihnya ditarik kasar seperti itu. Galang melangkah keluar dari galeri dengan tangan masih mencengkram keras pergelangan tangan Thea. Thea hanya bisa meringis saat cengkraman itu bertambah kuat. "LEPASKAN AKU OTAK TUMPUL!!" Thea menghempaskan tangan Galang kasar. Membuat Galang terdiam. "Sakit" lanjut Thea lagi dengan nada pelan. Ia menyentuh pergelangan tangan kirinya yang memerah. "Ada apa denganmu?! Apa kau tidak punya sopan santun? Aku sedang bersama kekasihku, tidak bisakah kau memberi kami waktu?!" Ucap Thea kesal. "Aku tidak peduli. Itu bukan urusanku. Kalau kau terus berlama-lama dengannya, kau hanya menghabiskan waktuku saja" ucap Galang datar membuat kening Thea berkedut karena kesal. "Kalau begitu jangan makan siang denganku!!" Ucap Thea menendang tulang kering kaki kanan Galang karena kesal setengah mati. "Argh!!" Galang meringis kesakitan. Thea melangkah pergi tanpa mempedulikan Galang. Galang menoleh. "Gadis gila!!" Teriak Galang sambil memegang kaki kanannya dengan wajah memerah karena kesakitan.

Seminggu setelah kejadian di galeri. Thea masih ingat, malam harinya Galang mengajaknya makan malam dan meminta maaf atas apa yang ia lakukan. Dan sekarang hari yang ditunggu pun tiba. Thea lagi-lagi menghela nafas. Jujur ia belum siap bertunangan apalagi dengan laki-laki itu. Namun apa ia punya pilihan lain? Tidak. Dan itu membuatnya semakin pusing. "Hei ka" Sisi menyentuh bahu Thea pelan. Thea menoleh kemudian tersenyum melihat calon adik iparnya. "Kau terlihat sangat cantik" ucap Sisi dengan mata berbinar-binar. Thea tersenyum malu. Dengan make up natural dan dress hijau tosca pas badan diatas lutut dengan high heels warna senada membuat Thea terlihat berbeda. "Terima kasih" ucap Thea tersenyum tulus. "Jadi apa sudah siap?" Tanya Sisi mengulurkan tangan. Thea menghembuskan nafas kemudian menerima uluran tangan Sisi. Mereka melangkah menuju salah satu ballroom hotel. Terlihat Galang sedang berbicara dengan Digo. Digo menoleh kemudian menyenggol lengan Galang pelan. Ia menoleh. Galang terdiam, lebih tepatnya terpana. Matanya terlihat berbinar dengan sedikit senyum yang menghiasi wajahnya. Thea menunduk malu. "Ini dia, calon kakak iparku" Goda Sisi. Thea meremas pelan dressnya, gugup. "Boleh tinggalkan kami sebentar?" Tanya Galang pada keduanya. "Oke. Sepertinya calon kedua mempelai membutuhkan waktu berdua" Goda Digo membuat semburat merah muncul di pipi Thea. Disi hanya tersenyum geli melihat itu.

Galang merogoh sakunya, ia mengeluarkan sebuah kalung dengan bintang sebagai bandulnya. "Aku melihat ini, dan tiba-tiba aku ingin membelinya. Aku ingin kau memakainya hari ini" ucap Galang langsung memasangkan kalung tersebut di leher Thea. Seketika tubuh Thea menegang. Ia merasa tubuhnya terperangkap dalam tubuh Galang. Lagi-lagi jarak wajah mereka hanya beberapa inchi, membuat wajah Thea seketika memanas. Jantungnya berdebar tak karuan, rasanya ia sudah mulai kehabisan nafas. Galang melepas tangannya, Thea menghela nafas lega. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Bagaimana menurutmu?" Tanya Galang menyentuh kalung yang berada di leher Thea. Tangan Galang otomatis menyentuh kulit Thea, membuat Thea seketika menegang kembali. "Bagus" ucap Thea dengan susah payah. "Kenapa badanmu terasa panas? Kau sakit?" Tanya Galang menyentuh dahi Thea. Thea menggeleng. "Kau yakin?" Tanya Galang memastikan. Thea mengangguk. "Baiklah. Dari sini kita harus berpura-pura terlihat mesra. Kalau tidak para tamu akan curiga" Bisik Galang. Thea hanya mengangguk. "Ayo kita ke depan, acaranya akan segera mulai" ucap Galang membimbing tangan kanan Thea untuk melingkar ke tangan kirinya. Thea menghela nafas lega, karena saat ini memang itu yang ia butuhkan jika tidak ia akan terjatuh karena lututnya yang sudah sangat lemas.

"Sekarang waktunya untuk tukar cincin" ucap salah satu pembawa acara. Digo kemudian memberikan dua pasang cincin mas putih, tanpa ukiran. Terdapat berlian kecil pada cincin Thea. Galang mengambil cincin tsb, kemudian memasangkannya di jari manis tangan kiri Thea. Thea hanya terdiam, ia terlalu terkesima dengan semua ini. Dulu ia sama sekali tak ingin dijodohkan dengan laki-laki ini, tapi mengapa sekarang ia merasa ada sesuatu dalam hatinya yang meletup-letup karena bahagia?. Thea kemudian mengambil cincin Galang, dengan tangan yang sedikit bergetar ia memasangkan cincin tsb di jari manis tangan kiri Galang. Thea menghela nafas lega. Ia ingin segera mengakhiri ini. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Semua undangan bertepuk tangan bahagia. "Sekarang, Tuan muda Galang, silahkan mencium nona Thea. Sebagai tanda peresmian" ucap salah satu pembawa acara dengan nada semangat membuat Thea terlonjak kaget. Wajah Thea tiba-tiba memerah. Ia menoleh. "Aku rasa itu tak perlu. Ini di depan umum. Hahaha" Thea tertawa canggung untuk menutupi debaran jantungnya yang mulai menggila. Tiba-tiba Galang menggenggam tangan Thea, membuat gadis itu menoleh. Galang sedang melihatnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Begitu dalam dan begitu banyak kerinduan disana. Entah apa yang terjadi, namun perlahan Thea menutup matanya dan Galang tahu itu adalah pertanda. Galang menciumnya lembut dan singkat. Para tamu kembali bertepuk tangan bahagia. Thea hanya menunduk malu, mencoba mengatur nafasnya yang memburu dan dadanya yang terasa sesak. Ada apa denganku? Apa aku jatuh cinta pada laki-laki ini? Tanya Thea dalam hati.

Bersambung

POPWhere stories live. Discover now