"Hm,, ini enak sekali" ucap Harun dengan mata berbinar. Sisi mengangguk tanda setuju. Mereka sedang memakan soup bawang. Thea hany bisa tersenyum senang karena keluarga Galang menyukai masakannya. "Iya benar. Masakanmu memang paling enak. Tak ada yang bisa mengalahkannya" Galang menarik bahu Thea pelan, kemudian mengecup pipinya singkat. Membuat Thea merona malu, karena Harun dan Sisi memperhatikan mereka. Harun berdehem pelan membuat Galang melepaskan pelukannya. Mereka kembali makan dengan hening. "Oiya, kalian menikah dua minggu lagi" ucap Harun tiba-tiba dengan nada datar. Membuat Galathe tersedak bersamaan. Thea sendiri terlihat lebih kaget. Ia mencoba mengendalikan rasa sakit di tenggorokannya. "Tapi ayah,, kami bahkan belum menyiapkan apapun" ucap Thea serak. "Aku tak keberatan. Bahkan kalau kami menikah besok, aku siap" timpal Galang mengedipkan sebelah matanya, nakal. Lagi-lagi wajah Thea merona malu. Ia menyenggol pelan kaki kanan Galang dengan kaki kirinya membuat Galang terkekeh karena Thea yang terlihat panik. Harun hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya. "Aku dan Russel sudah menyiapkan semuanya. Hanya acara kecil saja dulu, untuk keluarga kita. Nanti kalian tinggal memilih baju pengantin yang menurut kalian cocok. Ayah sudah tak sabar ingin kalian segera menikah. Ayah ingin segera menimang cucu" Ucap Harun panjang lebar sambil tersenyum. Jantung Thea berdebar halus ketika ia mendengar kata cucu. Ia menunduk malu, salah tingkah. Galang hanya mengulum senyum melihatnya. "Aku juga sudah tak sabar ingin menikah dengannya" Galang menarik bahu Thea kearah dadanya. Thea perlahan mengangkat wajah memperhatikan wajah Galang yang sedang tersenyum hangat padanya. Jantung Thea semakin berdebar dibuatnya, nafasnya terasa tercekat. Galang memajukan wajahnya dan mengecup bibir Thea singkat membuat gadis itu hanya bisa mengerjapkan matanya.
Thea menahan wajah Galang saat mobil mereka berhenti di salah satu lampu merah. "Jauhkan wajahmu dari wajahku!" Ucap Thea sedikit kesal. Galang mengerutkan kening. Ia menarik kembali wajahnya. "Kenapa?" Tanya Galang sedikit kesal. "Sudah cukup kau menciumku hari ini" Thea melingkarkan tangan di dada, kemudian mengalihkan pandanhan ke luar jendela. Galang tersenyum kecut. "Itu kan tanda kalau aku sangat mencintaimu" ucap Galang mulai menjalankan mobilnya kembali. "Iya tapi tidak di depan ayahmu juga" ucap Thea sedikit kesal. Galang menyeringai geli. "Jadi karena itu kau kesal? Jangan pedulikan ayah atau Sisi, kita kan sebentar lagi menikah" ucap Galang menyentuh pelan bahu Thea. "Tapi aku malu!" Thea mulai merajuk. Galang berdecak. "Kau tak perlu malu pada ayah. Dia juga kan sebentar lagi menjadi ayahmu, lagipula kita sebentar lagi menikah. Ayolah sayang, jangan merajuk seperti itu. Kalau kau terus seperti ini, aku jadi ingin menciummu lagi" Goda Galang membuat Thea menoleh dengan semburat merah di pipinya. "Ih! Dasar menyebalkan!!" Thea memukul pelan bahu Galang, kemudian melingkarkan kedua tangan ke tangan kanan Galang sambil menyandarkan kepalanya. "Lusa jam 1 siang, kita ke butik yah. Kita cari baju yang sesuai untukmu" ucap Galang mengelus pelan rambut Thea. Thea hanya mengangguk. "Aku tak menyangka creme brulee nya akan seenak itu" ucap Galang tak percaya. Thea tersenyum penuh arti. "Kau hanya perlu bersabar dan memasaknya penuh dengan cinta. Maka rasanya akan berbeda" ucap Thea mencium pipi Galang sekilas kemudian mengalihkan pandangan keluar jendela sambil mengulum senyum.
Galang terlihat turun dari lift dan berjalan ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu lift. Saat ia akan membuka pintu mobil, gerakannya terhenti saat ada seseorang menyapanya dengan lembut. Ia menoleh perlahan. "Nayla?" ucap Galang tak percaya. Hampir 2 bulan sejak kejadian itu, kejadian saat ia melepaskan gadis itu. "Boleh aku bicara sebentar denganmu?" Tanya Nayla dengan pandangan yang sulit diartikan. Galang melihat jam. Ia akan menjemput Thea jam 1. "Oke. Tapi waktuku tak banyak" ucap Galang menoleh kembali ke arah Nayla. Nayla mengangguk tanda mengerti. "Kita mengobrol di cafe depan" Nayla menawarkan. Galang mengangguk setuju kemudian mengikuti Nayla dari belakang. "Ada apa?" Tanya Galang sebelum mengesap kopinya. Nayla menghela nafas. Laki-laki ini sama sekali tak ingin berbasa-basi. "Aku dan Jordan sudah putus" ucap Nayla akhirnya. Galang menaikan sebelah alisnya. "Lalu apa urusannya denganku? aku sudah melepaskanmu, kita sudah tak ada hubungan sejak dua bulan yang lalu" ucap Galang mengepalkan tangannya. "Aku tahu itu. Tapi aku masih mencintaimu Lang. Aku tau aku salah. Aku benar-benar minta maaf. Tapi aku baru sadar, kalau kau sangat berarti untukku, hanya kau yang ada dihatiku" ucap Nayla menggenggam tangan Galang dengan wajah sendu. Galang menghela nafas. "Maaf Nay, aku tidak bisa. 12 hari lagi aku akan menikah dengan Thea" ucap Galang melepaskan tangan Nayla dengan tangan kirinya. "Tapi bukankah dulu, kau bilang, kau menikahinya hanya karena ingin mendapatkan harta ayahmu saja?" Ucap Nayla dengan mata berkaca-kaca. Galang menghela nafas. "Apa itu benar?!" Tanya seseorang dengan nada sangat dingin. Galang mematung. Ia sangat hafal dengan suara ini.
Naga menoleh bersamaan. Thea berdiri disana, dengan tangan kanan mengepal menahan amarah dan tangan kiri mencengkram kotak makan siangnya. Rahangnya terlihat mengeras. "Thea.. sedang apa kau,," "Aku tanya sekali lagi!!. APA ITU BENAR?!" ucap Thea dengan nada tinggi memotong ucapan Galang. Galang menghela nafas. "Ya,, itu memang benar.. tapi" Ucap Galang pelan. "BRENGSEK!!" Umpat Thea. Thea langsung menampar pipi Galang dengan keras. "Kau dan Tristan sama saja! Kalian berdua brengsek!! Kalian hanya memanfaatkanku demi harta. AKU BENCI KALIAN!!" Thea menghempaskan kotak makan siangnya hingga isinya berhamburan. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia benar-benar tak menyangka, tadinya ia ingin memberikan tunangannya kejutan namun malah ia yang mendapatkan kejutan. "Sayang, tenang dulu. Aku bisa jelaskan" ucap Galang pelan mencoba untuk meredakan amarah Thea. "Kau menikah saja dengan kekasihmu itu!!" Ucap Thea sedikit berteriak namun dengan nada bergetar menahan tangis. Dengan cepat ia melepaskan cincin tunangannya dan melemparkannya kearah Galang. Galang terlonjak kaget, refleks langsung menangkap cincin Thea. Gadis itu membalikan badan kemudian melangkah pergi dengan cepat. Galang menoleh kearah Nayla. "Pergilah. Dan maaf, aku tidak bermaksud menghancurkan hubungan kalian" ucap Nayla tulus. Galang hanya mengangguk, memasukan cincin Thea ke dalam sakunya kemudian berlari mengejar gadisnya. Terlihat Thea menghapus kasar air matanya beberapa kali. Ia membuka pintu mobil kemudian masuk dengan cepat. Galang mengetuk2 kaca mobil. "Sayang dengarkan dulu" ucap Galang sedikit panik. Terlihat Thea sudah berlinang air mata. Ia sama sekali tak menoleh kearah Galang. Ia membenci laki-laki itu.
Bersambung
YOU ARE READING
POP
FantasyOrang bilang, cinta dan benci itu perbedaannya tipis. Mungkin ini sebuah klise, namun ini benar-benar terjadi pada kehidupan mereka. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah 10 tahun dipisahkan. Banyak kebencian disana. Namun perlahan cinta mulai...