Part 17

201 14 0
                                    

"Thea" sapa seseorang, Thea menoleh. "Hei, Liora, Tania, Joan. Kalian datang juga" Thea memeluk satu persatu temannya. "Maaf kami baru datang, kau tau lah" Liora tersenyum diikuti kedua temannya. Thea mengangguk paham. "Dimana calon suamimu?" Goda Tania mengedipkan sebelah matanya. Thea tersenyum, menoleh ke belakang, kemudian menoleh ke kiri dan kanan. "Tadi dia ada disampingku. Mungkin dia sedang ke toilet atau,," "Hei sayang.." ucap seseorang dengan suara lembut. Thea tak perlu menoleh karena ia tahu siapa pemilik suara tsb. Galang tiba-tiba memeluk Thea dari belakang, membuat tubuh Thea menegang. "Ah, ini dia orang yang kita cari. Selamat ya atas pertunangan kalian" ucap Joan tersenyum. Thea hanya bisa mengangguk, sungguh ia benar-benar gugup. Pasalnya selain Galang terus mengeratkan pelukannya, hembusan nafas Galang yang memburu di lehernya semakin terasa, entah laki-laki itu sengaja apa tidak. Oh satu hal yang membuat wajah Thea semakin memerah, ia bisa merasakan debaran jantung yg memacu dari laki-laki itu. "Iya, terima kasih" ucap Galang dengan nada sedikit bergetar. "Kalian ini lucu sekali, muka kalian sama-sama memerah" Goda Liora tersenyum geli. Thea hanya bisa tersenyum kikuk sambil memegang tangan Galang yang melingkar dipinggangnya. Ia mencari pegangan agar ia tak jatuh karena rasanya lututnya sudah sangat lemas. "Sungguh, kalian pasangan yang serasi" ucap Joan dengan mata berbinar-binar. Thea lagi-lagi tersenyum kemudian mengangguk pelan.

"Benarkah? Aku senang mendengarnya" ucap Galang dengan nada sedikit serak. Jujur memeluk gadis ini sungguh membuat dadanya begitu sesak, namun ia tak ingin melepaskan pelukannya. Ia ingin menikmati moment ini, sebentar saja. Galang melihat leher Thea kemudian mengecupnya pelan, membuat Thea tersentak dan wajahnya semakin memerah. Galang semakin mengeratkan pelukannya. Teman-teman Thea hanya bisa terus menggoda Galathe. "Hm,, sayang bisakah kau lepaskan pelukanmu? Aku ingin minum, agak terasa panas disini. Hahaha" ucap Thea tertawa kikuk. "Kau ingin minum? Biar aku ambilkan. Tunggu sebentar" Thea mengangguk. Galang melepaskan pelukannya, Thea menghela nafas lega. Ia mencium pipi gadis itu sebelum ia melangkah pergi. Nafas Thea tercekat. Ia hanya bisa mengerjapkan matanya berkali-kali kemudian memegang tangan Liora agar tak terjatuh. "Haha. Kau pasti benar-benar sangat mencintainya" Goda Liora sambil menyeringai geli. Thea hanya bisa terdiam sambil menenangkan jantungnya yg berdebar. "Kalian benar-benar lucu.. kalian seperti pasangan yang baru kenal saja. Malu-malu" Goda Tania. Thea hanya menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah makin merona. Sial, akan ku balas laki-laki itu. Batin Thea. "Sayang, ini minumnya" ucap Galang lembut. Ia memeluk pinggang Thea dengan tangan kanannya kemudian menariknya mendekat. Thea menerima gelas yang diberikan Galang. Ia menoleh kemudian tersenyum hangat pada laki-laki itu. Galang lagi-lagi terpana. "Terima kasih sayang" Thea mendekatkan wajahnya kearah Galang kemudian mencium pipi laki-laki itu lembut. Ia mengusap pelan pipi Galang dengan punggung tangannya untuk menghapus bekas lipstik yang menempel. Galang menegang. Kali ini wajah Galang yang merona hebat. Rasakan. Batin Thea menyeringai.

"Hm,, kalian silahkan nikmati hidangannya. Kami harus menyapa tamu yang lain. Benar kan sayang?" Ucap Thea dengan senyum devilnya. Ia menggenggam tangan Galang kemudian meremasnya. Galang menelan ludah. Gadis ini pasti kesal. "Iya, benar. Hahaha" ucap Galang tertawa kikuk. Ketiga teman Thea mengangguk. "Sekali lagi selamat untuk pertunangan kalian. Jangan lupa undang kami dipernikahan kalian nanti" ucap Joan tersenyum. "Pasti" Galang tersenyum lebar sambil menarik bahu Thea pelan. Ingin sekali gadis itu memukul kepala laki-laki ini. Thea tersenyum kemudian melangkah menjauh sambil terus menarik tangan Galang. Setelah yakin tak ada yang mendengar, Thea mendekatkan wajahnya. "Apa-apaan itu tadi?!" Bisik Thea dengan nada sedikit tinggi. "Apa?" Tanya Galang pura-pura tak mengerti. "Kau terus menerus menyentuhku!! Apa kau mencari kesempatan dalam kesempitan?!" Bisik Thea lagi, ia menatap tajam kearah Galang. Galang hanya bisa tertawa kikuk. "Tentu saja tidak. Kau ingat kan kita pura-pura saling mencintai. Mereka akan curiga kalau kita sama sekali tak ada kontak fisik" ucap Galang datar. Thea mendengus. "Tapi tidak sebanyak itu!!" Ucap Thea kesal. Ia refleks langsung membekap mulutnya, takut ada yang mendengar. "Kau tak suka aku menyentuhmu? Atau kau ingin aku menciummu saja?" Goda Galang membuat wajah Thea merona. "Otak tumpul!! Dasar gila!" Ucap Thea melangkah pergi. Galang hanya tersenyum geli melihat gadis itu merona karena ia menggodanya. "Perasaan ini,, sungguh menyenangkan" ucap Galang tersenyum sambil memegang dada kirinya.

Entah apa yang terjadi, ingatan masa lalu saat ia bersekolah bersama Thea tiba-tiba menghentak pikiran Galang. Dulu ia sering membully gadis yang sedang berdiri disampingnya, mengerjainya dan mungkin membuat gadis itu membencinya setengah mati. Tiba-tiba rasa bersalah merasuk dalam hatinya. Galang menghela nafas. Ia bingung harus melakukan apa. Apa gadis itu akan memaafkannya? Atau apakah gadis itu juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya? Atau apakah ia sama sekali tak pernah menganggap kehadirannya?. Berbagai pertanyaan berputar-putar dikepalanya, membuat Galang meremas pelan rambutnya frustasi. Ia melepaskan tangannya kemudian melangkah menjauh dari samping gadis itu. Thea menoleh saat Galang melepaskan tangan dari pinggangnya, ia memperhatikan Galang yang berjalan gontai. Ada apa dengan laki-laki itu? Batin Thea khawatir. Pasalnya saat ia tadi meminta Galang melepaskan pelukannya, ia bahkan sama sekali tak bergeming. Tapi sekarang? Saat ia mulai nyaman dan mulai terbiasa dengan pelukan laki-laki itu, dia malah melepaskannya dan pergi begitu saja. "Laki-laki aneh" gumam Thea pelan ia menoleh kembali kearah teman lamanya. Galang duduk kemudian meneguk satu gelas vodka. Entah mengapa, namun rasanya satu gelas saja tak cukup. Ia meminumnya lagi, hingga tak terasa ia sudah minum gelas yang ke lima. "Hei. Ada apa denganmu ka? Kau sudah bertunangan dengan gadis cantik, pintar dan juga menarik, tapi kau malah meninggalkannya dan mabuk sendirian disini? Apa kau tidak takut calon istrimu direbut laki-laki lain?" Tanya Sisi agak khawatir. Galang menoleh dengan wajah dan mata memerah. Ia memang tak terlalu pintar minum. "Calon istri?" Tanya Galang bingung kemudian menyeringai. "Dia,, hik, mungkin sangat,, membenciku" racau Galang ia menggoyang-goyangkan gelas ditangannya, kemudian mulai meminumnya lagi.

Bersambung

POPWhere stories live. Discover now