Lima

8.2K 582 71
                                    

LAKI-LAKI itu berjalan tanpa tujuan yang jelas. Ia tidak pergi ke sekolah hari ini. Ia terlalu penat dengan masalah-masalah yang cukup membebaninya hari ini. Alvan hanya ingin seseorang mengerti dirinya, dia hanya membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang cukup. Selama ini, dia hanya bisa dibanding-bandingkan dengan Alvin dan itu cukup membuatnya sangat muak.

"Pa! Maafin Alvan, Pa! Alvan janji gak akan nakal lagi! Jangan kurung Alvan di gudang Pa, ampun!"

PLAK!

"Aww! Ampun, Pa! Sakit! Maafin Alvan Pa!"

"Siapa suruh kamu gak dengerin apa kata Papa?! Kamu dibilangin sekali gak pernah ngerti! Gak kayak Alvin yang selalu nurut sama Papa! Sekarang masuk ke dalam gudang! Atau hukuman kamu Papa tambahin!"

Alvan pun hanya bisa pasrah dan menuruti perintah sang Ayah. Ia hanya bisa menangis dan menangis. Luka-luka yang belum kering akibat cambukan dari sang Ayah, kini kembali menghias di sekujur kaki, tangan, dan tubuhnya. Alvan tahu, dia akan dikurung hingga esok pagi, hanya karena hal sepele saja bisa dihukum hingga seperti itu.

Kilas peristiwa masa kecil yang tidak menyenangkan terputar ulang di otaknya. Alvan mengusap wajahnya dengan kasar, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya.

"Bener kata mama, gue emang gak pernah berguna," ujar Alvan seraya tersenyum kecut. Tepat ketika dia sedang berjalan, ada sebuah sampah botol minum air mineral. Alvan yang merasa kesal dan butuh pelampiasan, dia menendang sampah botol mineral itu ke sembarang arah.

PLETAK!

"AWH!"

Tanpa sengaja ternyata tendangan bebas Alvan mengenai kepala seorang gadis cantik blasteran Inggris-Indonesia yang sekarang sedang menoleh ke segala arah—mencari tau darimana botol plastik itu datang. Alvan mengumpat dalam hati, tidak seharusnya dia menendang sampah botol air mineral itu.

"Alvan?"

Gadis yang terkena tendangan sampah botol air mineral itu menghampiri Alvan dengan tiba-tiba. Alvan mengernyitkan dahinya dengan bingung, karena gadis itu ternyata mengetahui nama dirinya. Ia sepertinya tidak pernah bertemu dengan seorang gadis cantik blasteran Inggris-Indonesia ini.

"Lo siapa? Kok bisa tau nama gue?" tanya Alvan dengan tatapan datarnya.

"Udah aku duga, kalau kamu ternyata bakalan lupa sama aku," ucap seorang gadis yang kini masih Alvan tanyakan namanya di dalam hati.

"Emang kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Alvan dengan wajah datarnya.

"Aku temen SMP kamu. Kamu punya kembaran kan? Namanya Alvin Kripton Avogadro. Alvin itu alim, enggak usil, jarang masuk BK. Sedangkan kamu itu bandel, usil, sering masuk BK, pokoknya kamu beda banget sama Alvin," ujar gadis itu.

"Emang sebandel apa sih gue dulu? Dasar manusia, gak pernah inget kebaikan yang pernah dilakukan orang bandel. Anyway, temen SMP gue banyak, mana gue inget lo siapa," ucap Alvan dingin.

"Aku inget kebaikan kamu kok. Kamu pernah bantuin aku pas aku dikeroyok sama orang jahat. Dan kamu juga yang nolong aku saat itu dengan jurus karate kamu yang WOW itu dan itu sangat keren! Anyway, aku Ana, Ana Sevania Pelangi," ujar gadis itu dengan sangat senang dan diakhiri dengan kekehan pelan.

Alvan hanya menatap datar gadis yang ada di hadapannya. "Oh, lo yang pernah kecebur selokan deket sekolah itu ya?"

"Ya ampun! Itu 'kan kejadian yang paling memalukan tau!" gadis itu mengerucutkan bibirnya dan menghela napas pendek. "Kenapa sih, kamu masih inget hal paling memalukan itu? Kesel deh!"

Alvan & AlvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang