"ARSALAN!!!" teriak laki-laki itu dengan senang. Raut wajahnya berubah dalam sekejap saja, nampak riang sekali bak anak kecil yang sedang bertemu badut. Kalau saja luka di perutnya tidak terasa sakit, mungkin dia akan melompat turun dari ranjang kamar rawat dan berlari memeluk sahabatnya itu.
Arsalan masih berdiri seraya bercekak pinggang di daun pintu kamar rawat. Diandra tersenyum melihat perubahan mood Alvan ketika Arsalan datang menjenguknya. Arsalan tersenyum takzim dengan menundukkan sedikit kepalanya kala Diandra melihat ke arahnya. Arsalan bersalaman dengan Diandra. Diandra menyambut uluran tangan Arsalan seraya tersenyum ramah.
"Yang udah jadi manajer beda ya, Pak Alvan---eits, tunggu dulu," Arsalan menatap lamat-lamat kedua mata Alvan, "lo habis nangis ya?"
Kedua matanya memang terlihat basah dan agak memerah. Alvan berdecak kesal. "Emangnya kenapa kalau gue nangis? Gue kan juga manusia."
Di detik selanjutnya tawa Arsalan meledak. Alvan menatap Arsalan tanpa ekspresi di wajahnya.
"Puas banget kayaknya lo kalau lihat gue nangis," tutur Alvan.
"Wah, iya dong!" sahut Arsalan dengan sisa tawanya.
"Anyway, lo enggak kangen sama gue ya? Peluk gue dong," pinta Alvan seraya memasang wajah sok imutnya dan merentangkan kedua tangannya.
Mata Arsalan membulat kala mendengar ucapan Alvan, dia bergidik ngeri. Dalam hati dia menduga sesuatu yang aneh-aneh tentang Alvan. Seketika Arsalan langsung menjauh dan menampilkan air muka takut dengan tingkah Alvan. Sekarang, giliran Alvan yang tertawa lepas melihat ekspresi wajah Arsalan. Tetapi, Arsalan tersenyum melihat Alvan yang tertawa lepas, sudah lama sekali dia tidak melihat wajah ceria sahabatnya itu.
"Ih, bahagia amat. Oh ya Van, gue pikir lo di sini udah punya cewek. Tapi ternyata sama aja, mau di Indonesia ataupun luar negeri lo tetap aja jomblo ya," tutur Arsalan seraya tersenyum jahat.
Alvan menyipitkan matanya. "Sialan, lo! Kuliah sana yang benar, mau jadi mahasiswa abadi lo?"
Arsalan mendengus kesal. "Cih! Mentang-mentang udah jadi manajer, sombong banget lo ya! Gue pecat lo jadi sahabat!"
"Jangan gitu dong, Ar," Alvan membenarkan posisinya, "lo tau dari siapa gue ada di Rumah Sakit? Terus lo sendirian ke sini?"
"Tau dari orang. Lo maunya gue ke sini sama siapa?" tanya Arsalan.
"Sama calon istri lo," jawab Alvan seadanya.
Arsalan menjitak kepala Alvan dengan kesal. "Udah tau gue jomblo! Masih aja ngeledek!"
Alvan tertawa lepas melihat reaksi Arsalan. "So, lo ke sini sama siapa?"
"Sama gue," sahut seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar rawat.
Alvan terdiam melihat kedatangan seseorang dari balik pintu kamar rawat. Sedangkan, Arsalan tersenyum kecil melihat orang tersebut. Orang itu masuk ke dalam kamar rawat, menyalami Diandra yang sedang sibuk dengan rajutan di tangannya, Diandra terlihat sangat terkejut ketika mengetahui kedatangan orang itu.
Seketika Diandra memeluk orang itu, air mata tak kuasa dibendung lagi. Diandra melepas rindu dengan orang itu. Alvan yang awalnya terkejut, kini tersenyum kecil melihat kedua orang yang itu saling melepas kerinduan. Sejenak, Alvan melupakan sesuatu yang terjadi dengan dirinya dan Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvan & Alvin
Teen Fiction"Gue sama lo beda dan gue gak suka dibanding-bandingin sama lo." -Alvan Kripton Avogadro "Gue emang lebih unggul dari lo." -Alvin Kripton Avogadro Highest rank : #1 in Brothership [31 May 2018] #1 in Twins [2 August 2018] Copyright 2017 © queenxia...