Tiga Puluh Satu

5.2K 388 66
                                    

MATAHARI terlihat menyembul dari balik awan, pagi yang cukup cerah. Suasana riuh dan sorakan dari para penonton menyatu dengan udara. Para pemain basket semakin bersemangat, ketika para supporter dari masing-masing kelompok bersorak menyemangati tim mereka masing-masing. Perlombaan basket di SMAN Garuda Bangsa sedang berlangsung.

Lapangan basket di SMAN Garuda Bangsa terlihat ramai. Alvan baru saja tiba di SMAN Garuda Bangsa setelah ia meminta izin Pak Leo----guru pembimbing----untuk pergi ke rumah sakit, dikarenakan Alvan masih harus mengurus Papanya dan Alvin yang masih berada di rumah sakit. Tak jarang para perempuan menatap Alvan dengan mata tak berkedip, bahkan ada yang berbisik kagum ketika Alvan lewat. Namun, Alvan tetap berjalan santai, mencari teman-teman basketnya.

Tiba-tiba ponsel Alvan bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Alvan merogoh saku celananya dan membaca pesan masuk tersebut. Seketika sebuah senyuman manis terukir di bibirnya.

From : Doi orang

Semangat ya lomba basketnya! Semoga bisa membanggakan sekolah ya! Kalau nanti waktunya gak bentrok sama lomba basket, mungkin aku bakalan datang ke lapangan kok hehehehe

Alvan baru teringat sesuatu, Latisha memang seharusnya datang hari ini ke SMAN Garuda Bangsa. Karena, Latisha harus mengikuti lomba cerdas cermat. Seharusnya Alvin juga datang, karena dia harus mengikuti lomba cerdas cermat dan lomba basket. Tapi, karena kondisi Alvin masih belum memungkinkan untuk beraktivitas, Alvin pun tidak diizinkan untuk mengikuti lomba. Pak Leo pun memakluminya.

"Alvan!" panggil seseorang.

Alvan seketika mencari sumber suara tersebut, ternyata itu temannya, Afnan yang sudah siap dengan seragam basket sekolah SMAN Bina Karya. Alvan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan menghampiri Afnan.

"Yang lain ada dimana?" tanya Alvan.

"Mereka lagi ganti baju. Tadi gue disuruh pak Leo buat cari lo. Katanya  pak Leo tadi lo chat dia, kalau lo udah sampe di sini dan gua disuruh jemput lo. Takut nyasar katanya, lagipula sekolah ini kan gak kalah luasnya dari sekolah kita," jawab Afnan.

Alvan hanya mengangguk pelan menanggapinya. Ketika mereka sedang berjalan untuk menuju ruang ganti, kedua iris cokelat hazel Alvan menangkap sesuatu. Wajah Alvan menjadi dingin, menatap beberapa laki-laki yang tengah meliriknya dengan tatapan tajam. Alvan berusaha tak peduli, tak mau membuat ribut di sekolah ini.

Tak lama, Alvan melihat seseorang yang dikenal sedang duduk di sebuah kursi panjang, sepertinya sedang sibuk membahas soal-soal dengan teman yang ada di sampingnya.

"Latisha?" panggil Alvan dengan ragu, ia takut salah orang.

"Loh, Alvan? Kok gak ke lapangan? Bukannya lomba basket udah dimulai? Apa sekolah kita udah selesai?" tanya Latisha dengan bingung.

"Belum, masih nunggu beberapa menit lagi. Tadi gue izin sama pak Leo ke rumah sakit dulu," jawab Alvan.

"Oh ya, gimana keadaan Papa kamu sama Alvin?" tanya Latisha.

"Udah lumayan sehat. Mungkin besok udah dibolehin Dokter pulang," jawab Alvan seadanya.

"Dia ikut lomba cerdas cermat ya Van? Gue denger dia jago matematika, sama kayak Alvin," bisik Afnan.

Ekspresi wajah Alvan langsung berubah, ketika Afnan menyebut nama Alvin. "Ya, emang mereka berdua sama-sama jago matematika. Jodoh kali."

Alvan langsung pergi meninggalkan Afnan. Latisha terlihat bingung, Alvan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Afnan mengerutkan dahinya, dia juga terlihat bingung, apa yang salah dari ucapannya?

Alvan & AlvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang