KORIDOR rumah sakit terlihat lengang, menyisakan langkah derap sepatu kedua laki-laki yang saling berkutat dengan pikirannya masing-masing. Langkah kakinya semakin dipercepat ketika melihat sebuah papan petunjuk yang bertuliskan ruang dokter. Laki-laki di belakangnya menggerutu kesal, karena Alvan yang terburu-buru sampai lupa kalau sebenarnya dia tidak sendirian.
Langkah Alvan terhenti ketika sampai di depan ruang dokter, Arsalan menatap Alvan dengan penuh tanya.
"Kenapa? Ragu masuk ke dalam?" tanya Arsalan yang nampaknya bisa membaca pikiran Alvan saat ini.
Alvan menoleh sejenak ke Arsalan seraya memberi tatapan bertanya.
"Jangan emosi, yakin kalau dia pasti baik-baik aja. Percaya sama gue," Arsalan menenangkan Alvan seraya menepuk pelan pundak Alvan.
Alvan pun menghela napas panjang, menatap pintu ruang dokter sekali lagi. Alvan memutar kenop pintu ruang dokter—aktivitasnya tertahan ketika ada seseorang yang juga memutar kenop pintu ruang tersebut dari dalam. Dengan refleks, Alvan dan Arsalan mundur ke belakang. Muncul dua orang laki-laki di hadapan Alvan dan Arsalan. Laki-laki dengan perban di kening serta plaster di sikunya. Sejenak, Alvan terpaku menatap laki-laki tersebut.
"Loh? Kok?" keluarlah seorang laki-laki yang baru saja mengabarkan Arsalan— dengan wajah bingungnya, bahwa Alvan palsu—lebih tepatnya kembaran Alvan masuk ke rumah sakit.
"Liatnya biasa aja. Gue Alvan yang asli," ketus Alvan.
Gio masih tetap terperangah seraya menatap bergantian wajah Alvan dan Alvin.
"Kapan-kapan gue jelasin, Yo. Anyway, gimana motornya? Rusak parah?" tanya Arsalan. Bukan pemilik motor yang ditanyakan kondisinya, tapi malah kondisi motornya yang ditanyakan.
"Rusaknya lumayan parah sih, tuas remnya gak berfungsi. Hati-hati aja kalau mau pake motor itu. Besok bawa aja motornya ke bengkel, biar gue yang urus," jawab laki-laki bernama Gio.
"Thanks. Lo balik duluan aja, biar dia gue yang urus," ucap Alvan seraya melirik dingin Alvin.
Laki-laki bernama Gio pun melakukan bro hug dengan Arsalan dan Alvan. Setelah itu, mereka memutuskan untuk duduk di sebuah bangku panjang. Sepi dan sunyi kembali menyelimuti ketiga lelaki itu. Alvin yang berkutat dengan pikirannya, Arsalan berkutat dengan ponselnya, sedangkan Alvan hanya menatap kosong lantai rumah sakit.
Arsalan menghentikan aktivitasnya dan menatap kedua saudara kembar itu secara bergantian. "Gue tau, ada yang mau kalian omongin kan? Yaudah, gue tinggal. Gue harap kalian berdua bisa akur kayak dulu lagi."
Alvan memberi isyarat kepada Arsalan agar tidak meninggalkan dia dengan Alvin. Sedangkan Arsalan membalasnya dengan tersenyum. Di sisi lain, Alvin memberi tatapan terima kasih kepada Arsalan. Kemudian Arsalan memutuskan untuk meninggalkan Alvan dan Alvin.
Suasana sepi kembali menyergap kedua laki-laki itu, canggung pun mulai menyelimuti mereka. Alvan tidak mau memulai pembicaraan, terlebih lagi dengan orang yang ada di sampingnya ini. Tapi, ada banyak hal yang membuat dirinya terlampau penasaran. Alvan menundukkan kepalanya, enggan menganggap jika Alvin ada di sampingnya.
"Sorry," lirih Alvin.
Ya, satu kata terlontar begitu saja dari mulut Alvin. Alvan masih tetap dengan posisi menunduk, tidak berkutat atas apa yang sudah diucapkan Alvin.
'Sialan nih, Arsalan,' umpat Alvan dalam batin.
"Lo udah ngelakuin tindakan bodoh. Liat sekarang, keadaan lo kayak gini. Melakukan sesuatu tanpa pikir panjang. Dasar bego!" ujar Alvan yang kembali berkata kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvan & Alvin
Teen Fiction"Gue sama lo beda dan gue gak suka dibanding-bandingin sama lo." -Alvan Kripton Avogadro "Gue emang lebih unggul dari lo." -Alvin Kripton Avogadro Highest rank : #1 in Brothership [31 May 2018] #1 in Twins [2 August 2018] Copyright 2017 © queenxia...