Tiga Puluh Sembilan

4.7K 349 55
                                    

⚠ : Sebelum baca, coba sekalian play videonya ya

"PERMISI, lo anak fakultas sosiologi 'kan?" tanya Arsalan kepada seorang perempuan yang tengah sibuk dengan buku-buku tebalnya.

Perempuan itu sedikit terperangah ketika mendapati Arsalan—notabenenya terkenal famous sebagai ketua UKM basket dengan tiba-tiba. "I..., iya. Ada apa ya?"

"Lo kenal Latisha kan? Lo lihat dia enggak hari ini?" cerocos Arsalan.

Gadis itu terlihat gugup. "Ke..., kenal kok. Tadi selesai kelas, aku sempat keluar bareng dia, terus dia bilang katanya mau ke perpustakaan."

Arsalan terdiam sejenak. Kemudian berterima kasih kepada gadis tersebut seraya tersenyum ramah. Entah sudah yang keberapa kalinya Arsalan bertanya dengan orang-orang tentang keberadaan Latisha. Arsalan sedikit bernapas lega, ketika ada yang memberitahu keberadaan Latisha dengan pasti. Arsalan bermaksud untuk mengembalikan payung Latisha yang kemarin malam tertinggal di mobilnya.

Arsalan segera bergegas menuju ke perpustakaan. Setelah sampai di perpustakaan, Arsalan meminta izin kepada sang penjaga perpustakaan untuk melihat buku daftar pengunjung perpustakaan. Arsalan tidak mungkin masuk ke dalam perpustakaan dan memeriksanya. Perpustakaan di kampusnya sangat besar dan luas. Arsalan berharap, jika Latisha benar-benar ada di dalam. Berulang kali Arsalan memeriksa buku daftar pengunjung perpustakaan, tapi tidak ada nama Latisha yang tercantum di sana. Sekalinya Arsalan berhasil menemukan nama Latisha, itu adalah data dua hari yang lalu.

Arsalan melirik kilas arloji hitam yang melingkari tangannya. Beberapa menit lagi, dia harus pergi untuk menghadiri kelas siangnya. Arsalan pun memutuskan untuk mencari Latisha setelah kelas siangnya selesai.

Sementara itu, di sebuah ruangan yang begitu berantakan dan berdebu terdapat tiga mahasiswi cantik nan famous, serta seorang mahasiswi nerd yang terbaring tidak berdaya. Hampir di seluruh sudut ruangan ini terdapat sarang laba-laba. Tempat ini, tidak lain adalah sebuah gudang yang letaknya sangat jauh dari Fakultas manapun. Bisa dibilang, gudang yang ada di kampus ini jarang sekali dilewati oleh para mahasiswa dan mahasiswi. Tempat ini jauh dari kata 'ramai'.

Kondisi seorang mahasiswi nerd itu benar-benar sangat kacau. Dia sudah kehabisan tenaga untuk melawan, lagi pula untuk apa juga dia melawan? Toh, kedua tangan dan kakinya saja diikat dengan sangat kencang. Sudut matanya dipenuhi luka lebam, begitu juga yang terjadi dengan sudut bibirnya. Rambut hitam legam yang tadinya terurai rapi, sekarang sudah terlihat kusut dan berantakan. Tidak tanggung-tanggung, sang ketua geng juga menggoreskan silet ke pipi gadis nerd itu. Seharusnya dia kembali menghadiri satu kelas lagi, bukannya malah berada di tempat ini.

Tidak banyak yang bisa dia lakukan, selain meneteskan air matanya. Dia juga tidak bisa berteriak, perekat yang sangat lengket menempel tepat di mulutnya. Sebenarnya percuma saja dia berteriak, karena gudang ini jauh dari tempat keramaian. Baju kemeja gadis itu sudah terlihat digunting-gunting, menyebabkan beberapa bagian kemejanya menjadi bolong. Sementara itu, ketiga gadis itu tersenyum puas, terlebih lagi dengan sang ketua geng.

"Ini akibatnya, kalau lo enggak mau menjauh dari Alvin!" ujar sang ketua geng bernama Kirana, dengan seringai puas.

"Okay, girls! Enaknya kita apain lagi cewek jalang ini?" tanya Kirana kepada kedua temannya itu.

"Gimana kalau kita kunci aja dia di gudang ini?" saran salah satu temannya seraya menyeringai.

Kirana tertawa sejenak. "Good idea!"

Kedua mata Latisha seakan berkata, menatap Kirana agar tidak melakukan hal kejam itu. Tapi, memangnya Kirana peduli? Kirana seakan tidak mempunyai hati, dia pun benar-benar melakukan hal kejam itu. Kirana memang sudah berencana untuk menyiksa Latisha, kemudian menguncinya di gudang ini. Pintu gudang perlahan tertutup rapat, menyebabkan ruangan tersebut menjadi gelap total.

Alvan & AlvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang