One week later....
Laki-laki itu tampak tampan dengan setelan kemeja biru tua yang dipadukan dengan kaus hitam dan celana jin hitam serta sepatu kets putih. Dia terus melihat dirinya di pantulan cermin. Sudah satu jam lamanya dia berdiri di depan cermin. Rambutnya tampak berantakan dengan sedikit olesan minyak rambut. Sudah lama sekali dia tidak berpenampilan rapi seperti ini.
"Kenapa jadi enggak percaya diri gini ya? Biasanya juga bodo amat sama penampilan," gumam Alvan dengan dirinya sendiri seraya menatap pantulan dirinya di cermin.
Dia berdecak kesal, mulai menyerah dengan penilaian gadis yang akan ditemuinya petang ini. Dia bergegas mengambil kunci mobil dan sebuket bunga aster dan sebuket cokelat yang dibelinya pagi tadi. Jalan raya kota London akhir pekan ini tampak ramai. Beberapa pengamen jalanan tampak menghibur di pinggir jalan kota. Beberapa pejalan kaki juga tertarik menonton pengamen jalanan yang bernyanyi dengan suara yang cukup bagus. Suasana petang kota London begitu sejuk dan ramai.
Setelah terjebak macet selama beberapa menit, akhirnya dia sampai di sebuah rumah yang cukup besar. Dia melihat seorang wanita separuh baya sedang menyiram tanaman di halaman. Alvan keluar dari mobilnya dan bertemu dengan wanita separuh baya itu.
"Permisi, Nyonya Trisha," sapa Alvan seraya tersenyum ramah.
Trisha menghentikan kegiatannya saat Alvan muncul dari balik pagar. Trisha menghampiri Alvan dan membuka pintu pagar.
"Eh, Alvan?"
"Maaf, saya ingin mengajak Teresa pergi. Apa Nyonya mengizinkan?" tanya Alvan dengan sopan.
Trisha tampak bingung. Dia mengernyitkan dahinya. "Lho? Teresa baru saja pergi dengan Jonathan."
Alvan termangu mendengar jawaban Trisha. Raut wajahnya berubah saat mendengar nama Jonathan. Alvan tersenyum kecut dan terlihat lemas. Alvan memang belum membuat janji dengan Teresa. Alvan sengaja tidak memberitahu Teresa bahwa dia akan mengajaknya pergi hari ini. Karena dia ingin membuat kejutan untuk gadis itu. Namun, sepertinya waktunya tidak tepat.
"Oh, begitu. Terima kasih, Nyonya. Kalau begitu saya permisi," pamit Alvan.
"Eh, tunggu, Alvan," panggil Trisha, "ada yang ingin kamu sampaikan kalau Teresa sudah pulang?"
Alvan menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak."
Alvan kembali ke dalam mobilnya. Dia menoleh ke arah jok belakang mobil, menatap hampa sebuket bunga dan sebuket cokelat yang sengaja dia siapkan sejak tadi pagi. Sepertinya dewi fortuna sedang tidak memihak kepadanya. Alvan memutuskan untuk menancapkan gas mobilnya menuju sebuah tempat.
Sekitar dua puluh menit, dia sampai di taman kota. Dia memarkirkan mobilnya di tempat parkir. Dia memutuskan untuk berjalan kaki menuju sebuah bangku taman. Dia ingin menenangkan diri di sana. Kawanan burung merpati tampak berkumpul di taman kota, membuat dirinya lupa sejenak akan masalahnya. Beberapa pengunjung taman kota antusias berfoto dengan kawanan merpati dan ada juga yang memberikan makanan kepada kawanan merpati tersebut.
Kemarin adalah hari terakhir Teresa dirawat di rumah sakit dan dinyatakan sembuh oleh Dokter. Alvan sangat senang akan hal itu. Hal itu menandakan bahwa tugasnya sudah selesai di sini. Besok dia harus kembali ke Indonesia. Semenjak Diandra pulang ke Indonesia, Alfred terus menelepon dirinya dan menyuruhnya agar cepat pulang. Alfred memberitahu bahwa ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh dirinya.
Alvan ingin menghabiskan waktu bersama Teresa sebelum dirinya kembali ke Indonesia. Dia ingin menjelaskan suatu hal kepada gadis itu. Teresa memang belum tahu bahwa dirinya akan pulang ke Indonesia besok, Alvan sengaja tidak memberitahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvan & Alvin
Teen Fiction"Gue sama lo beda dan gue gak suka dibanding-bandingin sama lo." -Alvan Kripton Avogadro "Gue emang lebih unggul dari lo." -Alvin Kripton Avogadro Highest rank : #1 in Brothership [31 May 2018] #1 in Twins [2 August 2018] Copyright 2017 © queenxia...