Tujuh Belas

5K 355 25
                                    

"LO Alvin kan?"

"Lo ngomong apaan sih? Gue Alvan, Ar,"

"Gue tau lo Alvin!—"

Laki-laki itu pun segera menutup mulut Arsalan dengan tangannya dan berbisik. "Jangan keras-keras ngomongnya!"

Mata Arsalan membulat. Arsalan menginjak kaki laki-laki itu, spontan laki-laki itu meringis seraya memegangi kaki yang diinjak Arsalan, juga melepas tangannya dari mulut Arsalan.

"Gue bisa jelasin semuanya," ucap laki-laki itu yang kemudian berjalan ke suatu tempat. Laki-laki itu berjalan dengan santai, agar tidak dicurigai oleh orang-orang. Arsalan pun mengekor di belakang laki-laki itu. Setelah merasa cukup jauh dari lapangan balap dan juga sepi dari keramaian, mereka pun duduk di bangku taman.

"Kenapa lo bisa tau, kalau gue bukan Alvan?" tanya laki-laki yang sangat mirip sekali dengan Alvan.

Arsalan menoleh kilas laki-laki yang ada di sampingnya, kemudian membuang wajah ke sembarang arah. "Gue kenal lo dan Alvan udah lama. Iris mata lo beda sama dia. Dia punya iris mata cokelat hazel, sedangkan iris mata lo biru langit."

"Apa Billy tau kalau gue bukan Alvan?" tanya Alvin dengan cemas.

"Muka lo berdua bener-bener mirip. Cuma iris mata yang beda. Gue rasa, Billy bukan pengamat yang baik," Arsalan memicingkan kedua matanya. "Apa alasan lo menggantikan posisi Alvan? Ada niat terselebung apa lo ngelakuin kayak gini?" sarkas Arsalan.

Alvin terdiam.

"Lebih baik lo pulang, sebelum lo ketemu sama Alvan dan bikin masalah lagi. Walaupun sebenarnya gue udah bilang ke Alvan buat enggak datang ke sini. Tapi, lo pasti tau dia. Dia enggak akan pernah mau melibatkan masalahnya sendiri dengan orang yang menurutnya berharga," jelas Arsalan seraya menghela napas pendek.

"Gue gak akan pulang," kata Alvin.

"Bego! Resikonya nyawa, lo mau Alvan lebih hancur dari yang sekarang ini? Gara-gara dia yang terus-menerus dianggap enggak berguna sama kedua orangtua lo. Alvan akan lebih hancur, karena ulah lo sendiri. Sok jadi pahlawan, tapi secara enggak langsung lo bikin masalah lagi di hidup Alvan. Bokap lo enggak akan ngebiarin anak tersayangnya terluka, itu yang Alvan bilang ke gue," tukas Arsalan yang terlihat kesal.

"Itu alasan dia jaga jarak sama gue? Apa juga karena tragedi waktu itu?" tanya Alvin.

"Gue cuma sahabat dia, sedangkan lo saudara kandung dia. Seharusnya lo lebih tau kenapa dia bersikap dingin dan jaga jarak sama lo," Arsalan mengambil jeda, "kalau sekarang lo nekat buat menggantikan posisi Alvan, sama aja lo menghancurkan Alvan secara gak langsung."

"Van! Ar! Billy udah nunggu di lapangan balap. Cepet siap-siap, Van!" ujar teman satu geng motor Arsalan dan Alvan yang memperingati mereka berdua.

"Lo tunggu aja di lapangan. Sebentar lagi gue sama Alvan nyusul ke sana," sahut Arsalan seraya melirik Alvan palsu.

"Apa lo tau alasan dia terima tantangan dari Billy?" tanya Alvin.

"Yang gue tau, dia mau menyelesaikan semuanya. Dia cuma mau urusan Victorious Rider sama Rapid Fire selesai. Dia mau berubah setelah ini, fokus dengan tujuan hidupnya, buat orang di sekitarnya bahagia. Dan untuk hadiah yang ditawarkan Billy, uang dengan jumlah yang besar, dia mau kasih uang itu ke orang yang lebih membutuhkan," jawab Arsalan.

Alvin semakin terenyuh dan tekad untuk menggantikan posisi Alvan di lapangan balap semakin kuat. Jangan remehkan seorang Alvin. Dulu, dia juga merupakan salah satu bagian dari Victorious Rider. Juga, merupakan pembalap handal di Victorious Rider, sama seperti kembarannya.

Alvan & AlvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang