Setelah setengah jam berdesakan didalam angkot, akhirnya Milly sampai di Taman dekat komplek rumahnya. Ia sengaja turun disini untuk sekedar menikmati waktu sore sebelum pulang ke rumah.
Saat matanya sedang menjelajahi seisi Taman, tak sengaja Milly melihat penjual es krim dung-dung. Waktu mau mendekat, penjualnya malah pergi. Karena jaraknya cukup jauh, jadi teriakanya pun tak bisa membuat si penjual berhenti. Akhirnya Milly berlari mengejar si penjual es krim tersebut.
Setelah mengejar penjual es krim kurang lebih 7 menit, Ia berlari tapi bukannya semakin dekat malah semakin menjauh. Napasnya masih memburu, ia memilih berhenti sejenak untuk mengabil pasokan oksigen.
"Ngapain kakak lari-larian?" Milly menengok ke sumber suara, yang ternyata anak komplek rumahnya juga.
Bukannya menjawab pertanyaan si bocah tadi, Milly malah terfokus ke sepeda bocah lelaki itu yang tergeletak begitu saja, akhirnya ide cemerlang pun muncul.
Karena tadi sempat jam olahraga, dan Milly masih memakai celana OR-nya sampai sekarang. Diambilnya sepeda tersebut.
"Adul, kakak pinjem dulu sepedanya ya, nanti ketemu depan gang komplek. Oke!" serunya sambil mengayuh sepeda.
"Eh, tapi itu–"belum sempat Adul menjelaskan Milly sudah cukup jauh, jadi percuma ia berteriak, hanya membuang tenaga saja. "Remnya blong ka, huh main goes aja si." lanjutnya lirih.
🐾🐾🐾
Setelah melakukan aksi kejar-kejaran selama 10 menit, akhirnya Milly dapat menikmati es krimnya sambil mengayuh sepeda dengan santai, tak secepat tadi.Tangan kanannya memegang cup es krim, sedangkan tangan kiri menyeimbangi laju sepeda.
Tak memperdulikan tatapan aneh para pengguna jalan lainnya, mungkin mereka merasa tingkah Milly absurd, tapi Milly memilih masa bodo, toh dia yang menjalani bukan orang lain.
Yang penting perut kenyang, hati pun senang.
Tanpa disadari, ternyata laju sepedanya semakin cepat di jalanan menurun meski ia sudah mengeremnya.
Merasa ada yang janggal, Milly pun kontan berteriak sambil tetap menjaga es krimnya agar tak jatuh.
"Aaa... Remnya blong! Awass!" ia terus berteriak seperti itu selama jalanan menurun.
Semua orang yang sedang menikmati jalan sorenya pun harus rela segera menepi agar tak tertabrak sepeda yang Milly kendarai.
Awalnya Milly tenang, karena setiap pengguna jalan yang mendengar teriakannya langsung minggir, tapi satu pengguna jalan ini masih terlihat tenang dan jalan santai meski ia sudah berteriak lebih keras dan heboh dari sebelumnya.
Laju sepedanya mulai tak terkendali, semakin cepat di jalan yang lebih menurun dari sebelumnya. Karena mengayuh hanya di imbangi tangan kiri maka sepedanya pun mulai oleng-oleng.
"Woy! Awass remnya blong!" tetap tak ada tanda-tanda si pejalan ini akan minggir.
"Minggir woy! Minggir!!" ia menaikan suaranya lagi.
Tapi terlambat sudah, saat pejalan tadi menengok kebelakang, Milly sudah kehilangan keseimbangannya dan akhirnya..
Brukk..
Cup
Hal pertama yang terjadi, jelas bahwa Milly jatuh. Dari roda sepedanya saja masih berputar-putar.
Tapi yang terjadi selanjutnya..
Ternyata Milly jatuh tepat menabrak pejalan tadi dan tanpa sengaja bibir mungilnya mencium pipi pejalan itu. Jangan dibayangkan bagaimana bisa terjadi, karena Milly saja masih shock. Ia mulai bangun dari ke terkagetannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Teen Fiction"Kenapa lo selalu mengusik hidup gue!" "Karena aku suka sama kamu." "Jauh-jauh dari hidup gue!" "Gak bisa. Intuisiku ngarahnya ke kamu, apa masih kurang jelas?" ~~~ Ini adalah kisah dimana perjuangan, pengorbanan, dan pengharapan seorang -Millynea A...