18• Sebuah Rencana

2K 116 4
                                    

Sekarang kan, jamanya emansipasi wanita. Masa lo nyerah tanpa usaha sih?

🍁🍁🍁

Deru motor Agam mereda, kini mereka telah sampai di depan gerbang rumah Milly.

Milly turun dari motor kemudian melepas helm dan memberikannya pada Agam.

"Makasih."

"Sama, Mentari." jawabnya dengan senyum simpul.

"Udah, masuk sana. Atau mau nunggu gue anterin sampai depan pintu?"

"Ogah. Udah sana balik." tolaknya cepat.

Baru saja Milly menyentuh gerbang, suara Agam membuatnya berbalik badan kembali.

"Sekarang kita teman, kan?"

Milly menghela napas panjang, harus gitu dia jawab."Hm"

Terlihat garis senyum dibibir Agam. "Lama-lama temen jadi demen, kan?" gumam Agam lirih, tapi masih terdengar samar-samar oleh Milly.

"Hah?"

"Gapapa, gue balik yah." pamit Agam, memakai helmnya kembali dan menstater motor.

"Jangan rindu."

Setelah mengatakan itu, motornya menjauh dari kompleks rumah Milly.

Milly menatap kepergian Agam dengan gelengan kepala. Kemudian memilih masuk kedalam rumah.

Siapa juga yang bakal rindu. Dikira dia Dilan apa?

Baru saja ia akan menutup pintu rumah. Suara motor memasuki pekarangan rumah yang ada di depan menyita perhatiannya.

Terlihat dari celah gerbang, disana, Milen dan.. Bella turun dari motor. Beriringan masuk ke dalam rumah.

Milly tersenyum miris, melihat pemandangan di hadapannya sekarang.

Harusnya Milly senang, satu lagi teman kecilnya juga telah kembali. Tapi entah kenapa, ada perasaan aneh setiap melihat kedekatan mereka.

Tak berniat untuk memikirkan kemungkinan apapun. Milly menutup pintu dan masuk kedalam.

Kali ini, tidur sore mungkin solusi terbaik.

🐾🐾🐾

Pagi ini Deby menangkap basah Milly yang sedang asik ngemil coklat di kelas. Puluhan bungkus coklat varian rasa pun ada di atas meja.

"Wah, enak bener keliatannya. Sumbangin buat gue satu, gak papa lah,"

Milly yang masih asik mengunyah coklat tak merasa terganggu dengan kedatangan Deby.

"Lo mau?" tawar Milly dengan menyodorkan satu batang coklat di hadapan Deby.

Deby jelas mengangguk. Baru saja tangannya mau meraih coklat itu, Milly langsung menyimpannya kembali di meja. Malahan sekarang dia melingkarkan tangannya mengelilingi coklat, sebagai benteng.

"Beli sendiri." katanya cuek.

Deby mencebikan bibirnya. Dia berjalan duduk di samping Milly.

"Lo kenapa sih? Muka lecek amat kek baju belum di setrika gitu,"

"Gue lagi patah hati." jawab Milly dramatis. Bahkan dia langsung memasukan 3 batang kecil coklat kemulutnya.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang